Bilik Pustaka

Perpustakaan dan Ruang yang Lain

Dimas Indianto S.
(Ketua Instruktur Literasi Jawa Tengah)

Ada banyak ruang yang bisa diberikan oleh perpustakaan atau TBM selain sekadar memberikan pelayanan pinjam meminjam buku. Ruang-ruang itu bisa tergantung pada kondisi sekelilingnya. Dalam hal perpustakaanatau TBM, misalnya, banyak hal yang bisa disentuh, banyak hal bisa diberikan ruang, sesuai dengan konteks sosio-kultural masyarakat sekitar. Inilah pentingnya, sebelum membangun perpustakaan atau TBM di desa, kita perlu mengerti kondisi dan situasi masyarakat sekitar.

Untuk itulah perlu adanya inventarisasi kebutuhan masyarakat sebelum benar-benar membangun perpustakaan atau TBM. Sebab perpustakaan atau TBM semestinya bukan sekadar fisik melainkan juga menyentuh ke ranah psikis masyarakat. Hal in bisa dilakukan, misalnya, dengan riset kecil-kecilan. Hal-hal yang memang belum ada dan perlu ada yang mana merupakan sesuatu yang penting bagi masyarakat.

Langkah ini perlu jika ingin perpustakaan atau TBM tidak sekadar menjadi ruang baca semata. Prinsip kebermanfaatan di sini sangat diperlukan. Jika perpustakaan atau TBM sudah mampu mengakomodasi kebutuhan masyarakat, maka secara otomatis masyarakat akan merasa diperhatikan dan difasilitasi. Dengan begitu akan muncul sense of belongin di hati masyarakat.

Kepekaan Sosial

Dalam hal ini, kepekaan sosial dari perpustakaan atau TBM dipertaruhkan. Apakah keberadaan perpustakaan atau TBM mampu menjawab kebutuhan masyarakat atau tidak? Lalu bagaimana cara kita menginventarisasi kebutuhan masyarakat? Pertama tentu melalui komunikasi, baik melalui diskusi ringan dengan masyarakat maupun melalui kegiatan anjangsana untuk sekadar mendengarkan keinginan masyarakat.

Kedua, mengamati dengan teliti hal-hal yang sekiranya pantas dilakukan. Maka ketika kita akan membuat sebuah ruang apapun bentuknya, ruang kreativitas, ruang apresiasi, atau bahkan ruang untuk kegiatan kemasyarakatan dengan memberikan fasilitas perpustakaan atau TBM kita.

Sejauh ini, sebagaimana perpustakaan lainnya, perpustakaan Halaman Indonesia yang berada di Desa Paguyangan menyediakan bacaan-bacaan ringan untuk anak-anak hingga remaja. Bahkan Perpustakaan Halaman Indonesia dijadikan tempat diskusi untuk mahasiswa-mahasiswa yang ada di Brebes Selatan, juga komunitas-komunitas seperti Gusdurian Bumiayu, Lingkar Maiyah Bumiayu, dan Bumiayu Creative City Forum (BCCF).

Namun begitu, Perpustakaan Halaman Indonesia mencoba menghadirkan ruang yang lain, yaitu tempat untuk ngaji anak-anak desa sekaligus orang-orang tua. Pilihan ini lantaran pada saat Perpustakaan Halaman Indonesia berdiri, belum ada TPQ yang menampung anak-anak untuk mengaji. Sehingga, saat itu, selepas maghrib anak-anak cenderung menghabiskan waktu untuk nonton TV.

Akhirnya, perlahan anak-anak desa mau mengaji di Perpustakaan Halaman Indonesia, setelah sholat berjamaah. Untuk itulah perpustakaan Halaman Indonesia di malam hari lebih mirip dengan TPQ. Namun itu justru nilai lebih, sebab memang masyarakat membutuhkan ruang itu. Bahkan, dengan Perpustakaan Halaman Indonesia membuka ruang semacam ini, kegiatan perpustakaan menjadi aktif sampai malam. Di sela-sela menunggu giliran, anak-anak bisa sambil membaca buku-buku yang ada.

Selain untuk anak-anak, Perpustakaan Halaman Indonesia memberikan ruang ngaji untuk orangtua, yakni setelah isya. Kegiatannya antara lain pembacaan maulid barzanji dan maulid diba’. Dengan begitu, keberadaan Perpustakaan Halaman Indonesia mampu merangkul semua kalangan, dari anak-anak, remaja, hingga orangtua.

Halaman Indonesia, 2020

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *