Kau dalam catatan ke-1 sampai catatan ke-23 kusebut Lelakiku. Aku tak memilih mengatakan sayang, bebs, darling, namamu, atau sapaan lainnya. Aku ingin menggelarimu Lelakiku, karena kau memang lelaki yang sebenarnya lelaki. Tak hanya ada ketika perasaan dan pikiranku mengatakan putih dan hitam. Kau ada di saat segalanya butuh warna-warna lain di hidupku.
Selain itu, aku membayangkan saja ingin mengucapkan terima kasih kepada penerbit yang bersedia menerbitkan catatan ini, meski sifatnya pengalaman dan personal. Kau pernah mengatakan kepadaku dengan mengutip tokoh semiologi Prancis bernama Barthes bahwa tulisan adalah suara pribadi seorang pengarang yang sifatnya subjektif dan unik. Tulisan adalah ruang di mana pengarang secara jelas menunjukkan diri sebagai individu, karena di sinilah ia peduli dengan dirinya sendiri. Aku yakin, editor tertawa setelah selesai membaca seluruh catatan, karena memang sangat personal.
Ulasan
Belum ada ulasan.