Prostodontik Kasus Klinis

Buku Prostodontik Kasus Klinis

Prostodontik Kasus Klinis adalah buku yang ditulis atau disusun oleh Leila Jahangiri, dkk dan diterbitkan oleh Penerbit EGC

Sinopsis Buku Prostodontik Kasus Klinis

Buku Prostodontik Kasus Klinis ini dirancang untuk menunjukkan betapa pentingnya kasus klinis dalam profesi dokter gigi dan prostodontik melalui penyajian berbagai kasus aktual dalam kerangka akademis. Prostodontik: Kasus Klinis membicarakan prinsip utama rehabilitasi dan pengaplikasiannya dalam praktik sehari-hari melalui penggambaran berbagai kasus dari yang sederhana hingga yang kompleks, dan dari yang sering dijumpai sampai yang jarang terjadi. Pendekatan unik ini mendukung tren baru dalam pembelajaran berbasis kasus dan berbasis masalah, yang mencakup beragam topik dari geligi tiruan lengkap konvensional hingga rehabilitasi mulut menyeluruh menggunakan implan dan geligi tiruan lepasan.

Daftar Isi

1. Kasus 1 – Perawatan pasien tak-bergigi dengan protesis geligi tiruan lengkap konvensional
2. Kasus 2 – Perawatan pasien tak-bergigi dengan overdenture penyangga dua implan pada rahang bawah
3. Kasus 3 – Perawatan pasien dengan sindrom kombinasi
4. Kasus 4 – Perawatan pasien tak-bergigi disertai atrofi mandibula yang parah
5. Kasus 5 – Penatatalaksanaan kasus florid cemento-osseus dysplasia (FCOD)
6. Kasus 6 – Perawatan pasien tak-bergigi sebagian menggunakan protesis gigi tiruan sebagian lepasan dengan penyangga implan
7. Kasus 7 – Perawatan pasien tak-bergigi sebagian dengan menggunakan geligi tiruan lepasan dan cekat
8. Kasus 8 – Penatalaksanaan ectodermal dysplasia I—geligi tiruan overdenture
9. Kasus 9 – Penatalaksanaan ectodermal dysplasia II—dengan geligi tiruan lepasan berpenyangga implan
10. Kasus 10 – Penatalaksanaan ectodermal dysplasia III—pendekatan multidisipliner
11. Kasus 11 – Penatalaksanaan gigi insisif sentral yang mengalami fraktur (I)—tingkat ringan
12. Kasus 12 – Penatalaksanaan gigi insisif sentral yang mengalami fraktur (II)—tingkat moderat
13. Kasus 13 – Penatalaksanaan gigi insisif sentral yang mengalami fraktur (III)—tingkat lanjut
14. Kasus 14 – Rehabilitasi gigi anterior (I)—kombinasi restorasi sebagian dan penuh
15. Kasus 15 – Rehabilitasi gigi anterior (II)—restorasi sebagian
16. Kasus 16 – Rehabilitasi gigi anterior yang memerlukan ekstrusi gigi secara ortodontik
17. Kasus 17 – Penatalaksanaan gigi berjejal yang parah—pendekatan multidisipliner
18. Kasus 18 – Penatalaksanaan pasien dengan gigi kaninus rahang atas yang mengalami transposisi
19. Kasus 19 – Penatalaksanaan pasien dengan kehilangan dukungan posterior
20. Kasus 20 – Penatalaksanaan konsekuensi dari kasus tak-bergigi sebagian
21. Kasus 21 – Penatalaksanaan gigi yang mengalami keausan (I)—akibat dari maloklusi gigi
22. Kasus 22 – Penatalaksanaan gigi yang mengalami keausan (II)—keausan lokal tingkat lanjut
23. Kasus 23 – Penatalaksanaan gigi yang mengalami keausan (III)—keausan generalisata tingkat lanjut
24. Kasus 24 – Perawatan implan versus perawatan endodontik
25. Kasus 25 – Perawatan gigi pascaperawatan endodontik
26. Kasus 26 – Indikator prognosis untuk strategi pencabutan pada rehabilitasi mulut secara menyeluruh
27. Kasus 27 – Perawatan pasien menggunakan protesis geligi tiruan lengkap dengan penyangga implan
28. Kasus 28 – Rehabilitasi seluruh mulut—protesis berpenyangga implan (I)
29. Kasus 29 – Rehabilitasi seluruh mulut—protesis berpenyangga implan (II)
30. Kasus 30 – Rehabilitasi seluruh mulut—protesis berpenyangga implan, berpenahan sekrup
31. Kasus 31 – Rehabilitasi seluruh mulut—protesis berpenyangga implan dan cekat dengan penyemenan
32. Kasus 32 – Rehabilitasi seluruh mulut—protesis cekat dengan dukungan kombinasi sisi dan implan
33. Kasus 33 – Rehabilitasi seluruh mulut—kombinasi implan dan protesis cekat dengan dukungan gigi dan protesis lepasan
34. Kasus 34 – Penatalaksanaan pasien bulimia
35. Kasus 35 – Penatalaksanaan manifestasi oral pada penyalahgunaan metamfetamin
36. Kasus 36 – Penatalaksanaan cleidocranial dysplasia (I)—perawatan pada pasien remaja
37. Kasus 37 – Penatalaksanaan cleidocranial dysplasia (II)—perawatan pada pasien dewasa