Buku Pilkada Serentak Nasional, Problematika dan Solusi
Pilkada Serentak Nasional, Problematika dan Solusi adalah buku yang ditulis atau disusun oleh Indra Syahrial & Dadan Herdiana dan diterbitkan oleh Penerbit Deepublish
Sinopsis Buku Pilkada Serentak Nasional, Problematika dan Solusi
Alasan esensial pemilihan gubernur, bupati, dan wali kota serentak secara nasional adalah amanah Pasal 4 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Wali Kota. Secara umum, pelaksanaan pilkada serentak telah dilaksanakan dengan baik sesuai dengan target dan harapan, hanya saja ada beberapa daerah yang menyisakan persoalan yang belum dapat diselesaikan, seperti pilkada di Kota Makassar yang sampai saat artikel ini dibuat belum sukses mendapatkan pemimpin yang diharapkan. Munculnya calon kepala daerah tunggal dan kemenangan kotak kosong pada pemilihan walikota dan wakil walikota merupakan realita yang mewarnai setiap proses pelaksanaan pilkada. Ini menarik untuk dikaji melalui sebuah kajian ilmiah atau penelitian sehingga akan ditemukan penyebab permasalahan calon tunggal ini selalu muncul.
Tidak tercapainya target partisipasi pada pilkada serentak tahun 2018 disinyalir dari semakin rendahnya animo masyarakat untuk menggunakan hak pilihnya. Beberapa faktor dapat menjadi penyebab menurunnya animo masyarakat tersebut, salah satunya adalah meningkatnya jumlah daerah pemilihan yang hanya memiliki satu pasangan calon kepala daerah. Pada pilkada serentak tahun 2018, tercatat ada 16 daerah yang hanya memiliki satu pasangan calon kepala daerah (calon tunggal). Hal ini bisa jadi salah satu alasan masyarakat malas untuk datang ke TPS.
Munculnya calon tunggal telah menimbulkan bermacam-macam persepsi publik, sebagian masyarakat menganggap munculnya calon tunggal adalah sebagai dinamika politik yang positif artinya menunjukkan bahwa sebagian masyarakat telah cerdas memaknai politik. Sebagian lagi ada yang memaknai munculnya calon tunggal pada setiap kepala daerah adalah sebagai sebuah kemunduran demokrasi. Mereka beralasan dengan munculnya calon tunggal maka masyarakat seperti tidak memiliki pilihan alternatif untuk memberikan hak suaranya, meskipun pada praktiknya masyarakat pemilih diberikan alternatif pilihan berupa kotak kosong tetapi tetap saja masyarakat menganggap bahwa kotak kosong merupakan alternatif tidak berwujud yang tidak memiliki pertanggungjawaban politik.
Ulasan
Belum ada ulasan.