Langkah Taktis Membangun Perpustakaan Sekolah

23
Jun
Salah kaprah yang terjadi di banyak sekolah adalah anggapan bahwa untuk membangun sebuah perpustakaan harus memiliki gedung terlebih dahulu. Maka tidak heran bila banyak sekolah yang belum bersedia belanja buku walaupun sebenarnya mampu membelinya melalui Dana BOS dan sebagainya, hanya karena belum memiliki gedung perpustakaan. Padahal, membangun perpustakaan dan budaya literasi sekolah bisa dimulai atau dicicil dari hal yang paling kecil dan sederhana, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Kebanyakan sekolah terkendala dengan tidak adanya guru lulusan Ilmu Perpustakaan untuk kemudian dijadikan pengelola perpustakaan. Hal ini bisa diatasi dengan mengangkat guru yang bersedia secara sukarela mengelola perpustakaan dan memiliki minat dalam dunia literasi, sekalipun bukan lulusan Ilmu Perpustakaan. Karena tata kelola perpustakaan bisa dipelajari seiring berjalannya waktu. Bahkan, sekolah bisa memanfaatkan pengurus OSIS untuk dijadikan pengelola perpustakaan dan kegiatan literasinya.
Setelah didapatkan 2 orang yang bersedia mengurus perpustakaan, selanjutnya pihak sekolah memberikan tugas pada masing-masing orang tersebut. Orang pertama ditugaskan untuk mengurus administrasi (pencatatan, dan lain-lain), dan orang kedua ditugaskan untuk memberikan layanan secara langsung (program kegiatan, dan sebagainya).
Setelah pengelola perpustakaan sudah ada, selanjutnya menentukan ruang kosong maupun pojok kelas yang akan dijadikan tempat buku-buku dipajangkan. Karena pada umumnya, setiap kelas memiliki pojokan kosong yang bisa dimanfaatkan untuk menempatkan rak atau lemari.
Setelah tempatnya sudah ditentukan, sediakan lemari atau rak buku di ruangan atau pojok kelas tersebut.
Setelah tempat dan lemari/rak bukunya tersedia, silakan bagi sekolah untuk belanja buku koleksi yang kiranya relevan dengan minat siswa. Pemilihan jenis koleksi ini perlu diperhatikan, karena kebanyakan siswa tidak senang dengan buku-buku yang akademis dan formal. Alangkah lebih baiknya jika persentase buku fiksi diperbanyak daripada buku ilmiah atau nonfiksi.
Setelah buku datang, selanjutnya adalah mendata buku dalam katalog dan memberinya label tertentu sesuai aturan tata kelola koleksi perpustakaan pada umumnya.
Setelah buku didata dan diberi label, selanjutnya adalah memajang buku pada lemari dan rak buku yang sudah disiapkan sebelumnya.
Program literasi yang menarik bagi siswa dan guru perlu dijalankan agar minat baca siswa tumbuh seiring berjalannya waktu. Perihal program ini akan dijelaskan di poin berikutnya.
Yang dimaksud program jangka panjang di sini adalah misalnya perpustakaan sekolah belum memiliki gedung, maka sekolah harus merencanakan pembangunan gedung dalam beberapa tahun ke depan (misal 5 tahun ke depan). Karena ketika sekolah membeli buku setiap tahunnya, tentu jumlah buku semakin bertambah, dan dalam jangka waktu 5-10 tahun ke depan, ruangan yang ada sudah tidak bisa menampungnya lagi. Sehingga dibutuhkan gedung perpustakaan untuk dapat menampung koleksi tersebut.
No account yet?
Create an Account
tingkatkan terus..