Buku Atas Nama GmnI
Atas Nama GmnI adalah buku yang ditulis oleh Moh. Syamsul Arifin dan diterbitkan oleh Penerbit Penerbit Adab
Sinopsis Atas Nama GmnI
GMNI adalah salah satu organisasi ektra kampus yang lahir dari peleburan tiga organisasi, di antaranya: Gerakan Mahasiswa Marhaenis (GMM), Gerakan Mahasiswa Merdeka, dan Gerakan Mahasiswa Demokrat Indonesia (GMDI), yang memiliki kesamaan azas yakni: Marhaenisme. Azas Marhaenisme ini menentang segala bentuk penindasan. Memang tak banyak orang tahu tentang azas Marhaenisme ini. Padahal, sejatinya azas ini lahir dari pemikiran bung Karno.Tujuan bung Karno memproduksi azas tersebut tiada lain, selain menentang penindasan juga menjadikan Marhaenisme instrumen persatuan. Nasakom bukti konkrit bahwa bung Karno sangat membenci perpecahan. Ia begitu mencintai persatuan “Gotong Royong”. Berbicara soal GMNI, GMNI bisanya dua tahun sekali melaksanakan kegiatan Kongres dengan harapan supaya melahirkan sosok pemimpin atau ketua umum yang bisa mambawa GMNI se –Indonesia kedepannya lebih baik. Namun tak disangka malah dualisme yang ada. Kita semua berduka. Tak hanya itu, bencana dualisme ini juga sangat mencekik persatuan kita. Terkadang aku berpikir, apakah kita ini kader GMNI yang benar – benar mewarisi api ajaran bung Karno atau sebaliknya?. Jika berGMNI mewarisi api semangatnya Bung Karno tak mungkin kita merasa nyaman dengan dualisme yang terjadi, dan tak mungkin pula menikmati adanya perpecahan ini. Dalam hal ini rasanya kita ini tak pantas mememikkan salam perjuangan – merdeka, gmni jaya, dan marhaen menang, keluar dari mulut kita. Karena kata – kata (jargon) GMNI tersebut terlalu suci. Kita sebagai Pejuang Pemikir – Pemikir Pejuang sudah sepatutnya mewujudkan kata merdeka (sosialisme indonesia dalam praktik), GMNI jaya, dan marhaen menang dalam real life. Namun hal itu harus dimulai dengan hal sangat mendasar yaitu persatuan. Maka dari itu, insaflah!Kembalikan GMNI kepada arah perjuangan sesungguhnya. Galakkan working ideologi. Akhiri dualisme. Ini tugas kita, ini PR kita. Mari kita buka lembaran baru. Kita melangkah bersama, berjuang bersama, dan pokoknya kita harus bersatu, seperti kata bung Besar “Entah bagaimana tercapainya persatuan itu, entah bagaimana rupanya persatuan itu, akan tetapi kapal yang membawa kita ke Indonesia Merdeka itulah Kapal Persatuan adanya”. Lagian kalau kita tidak ingin bersatu mau ngapain juga? Kata bung Karno, kita belum hidup dalam sinar bulan purnama, kita masih hidup di masa pancaroba, tetaplah bersemangat elang rajawali.
Ulasan
Belum ada ulasan.