Cetakan Pertama : Desember 2019Buku Kapital Multikultural Pesantren |Studi tentang kapital multikultural dalam buku ini ingin menambah khazanah baru bagi wacana multikultural dan pendidikan multikultural. Apalagi, dalam perkembangan studi multikultural, keragaman sering kali dipandang sebagai problem/masalah yang harus diselesaikan melalui praktik pendidikan multikultural. Padahal, keragaman tersebut justru merupakan aset yang berharga apabila dikelola dan didayagunakan secara maksimal. Kajian ini juga ingin memperlihatkan bahwa pendidikan Islam, terutama pesantren, memiliki seperangkat modal/aset yang tidak kecil dalam merespons isu-isu tentang keragaman, heterogenitas, dan multikultural.Kajian kapital multikultural di dua pesantren, yakni pesantren Al-Qodir dan Aswaja-Nusantara Yogyakarta memperlihatkan bahwa bagi kedua pesantren ini, realitas multikultural tidak dipahami sebagai problem, melainkan sebagai aset/kapital yang harus dikelola dan didayagunakan. Namun, kedua pesantren tersebut juga memiliki karakteristik masing-masing dalam penggunaan aset multikultural tersebut.Berbagai kegiatan pendidikan di pesantren yang melibatkan santri dan kelompok budaya dan agama lain tersebut menunjukkan pemanfaatan kapital multikultural sebagai basis utama dalam menjalankan proses pembelajaran secara praktis di pesantren Al-Qodir tentang mulikulturalisme yang diantaranya dalam bentuk toleransi, dialog dan kerja sama lintas agama. Untuk membangun kepercayaan sosial di kalangan lintas agama, pesantren juga sering kali menghadiri undangan acara yang diselenggarakan komunitas agama lain. Bahkan, para santri dari pesantren Al Qodir juga turut hadir dalam peresmian Gereja Katolik St. Fransiskus Xaverius Cangkringan yang diresmikan pada tanggal 28 November 2013. Selain penampilan dari kelompok Jatilan dan Wayangan, kelompok Hadroh yang beranggotakan sekitar 30 santri dari Pesantren Al-Qodir juga tampil memeriahkan acara peresmian gereja tersebut. Sebelumnya, tahun 2012, para santri Al-Qodir juga turut pada acara “Karnaval Perdamaian”, dengan melakukan perjalanan dari tugu Yogyakarta sampai Malioboro. Sebagaimana yang diakui salah satu informan, “Di sana ada Islam, Kristen, Konghucu, Hindu, Budha, ikut semua, yang dari Islam cuma dari pesantren sini. Kita di baris paling depan sendiri, memakai sarung.”
*Buku baru
*Original
*Plastikan dari Penerbit
*Packing AMAN, RAPI
*PROSES CEPAT
*GARANSI 100% jika Produk Rusak/Tidak Sesuai/Cacat KAMI GANTI BUKU BARU atau UANG ANDA KEMBALI
Judul: Kapital Multikultural Pesantren
Penulis: Sauqi Futaqi
Ukuran : x, 223 hlm, Uk: 17.5×25 cm
ISBN : 978-623-02-0427-2
Cetakan Pertama : Desember 2019
Buku Kapital Multikultural Pesantren |
Studi tentang kapital multikultural dalam buku ini ingin menambah khazanah baru bagi wacana multikultural dan pendidikan multikultural. Apalagi, dalam perkembangan studi multikultural, keragaman sering kali dipandang sebagai problem/masalah yang harus diselesaikan melalui praktik pendidikan multikultural. Padahal, keragaman tersebut justru merupakan aset yang berharga apabila dikelola dan didayagunakan secara maksimal. Kajian ini juga ingin memperlihatkan bahwa pendidikan Islam, terutama pesantren, memiliki seperangkat modal/aset yang tidak kecil dalam merespons isu-isu tentang keragaman, heterogenitas, dan multikultural.
Kajian kapital multikultural di dua pesantren, yakni pesantren Al-Qodir dan Aswaja-Nusantara Yogyakarta memperlihatkan bahwa bagi kedua pesantren ini, realitas multikultural tidak dipahami sebagai problem, melainkan sebagai aset/kapital yang harus dikelola dan didayagunakan. Namun, kedua pesantren tersebut juga memiliki karakteristik masing-masing dalam penggunaan aset multikultural tersebut.
Berbagai kegiatan pendidikan di pesantren yang melibatkan santri dan kelompok budaya dan agama lain tersebut menunjukkan pemanfaatan kapital multikultural sebagai basis utama dalam menjalankan proses pembelajaran secara praktis di pesantren Al-Qodir tentang mulikulturalisme yang diantaranya dalam bentuk toleransi, dialog dan kerja sama lintas agama. Untuk membangun kepercayaan sosial di kalangan lintas agama, pesantren juga sering kali menghadiri undangan acara yang diselenggarakan komunitas agama lain. Bahkan, para santri dari pesantren Al Qodir juga turut hadir dalam peresmian Gereja Katolik St. Fransiskus Xaverius Cangkringan yang diresmikan pada tanggal 28 November 2013. Selain penampilan dari kelompok Jatilan dan Wayangan, kelompok Hadroh yang beranggotakan sekitar 30 santri dari Pesantren Al-Qodir juga tampil memeriahkan acara peresmian gereja tersebut. Sebelumnya, tahun 2012, para santri Al-Qodir juga turut pada acara “Karnaval Perdamaian”, dengan melakukan perjalanan dari tugu Yogyakarta sampai Malioboro. Sebagaimana yang diakui salah satu informan, “Di sana ada Islam, Kristen, Konghucu, Hindu, Budha, ikut semua, yang dari Islam cuma dari pesantren sini. Kita di baris paling depan sendiri, memakai sarung.”
Spesifikasi dari Buku Kapital Multikultural Pesantren
MerekDeepublishSKU1127930767_ID-1777320523ISBN ISSN978-623-02-0427-2
Ulasan
Belum ada ulasan.