Bismillahhirrahmanirrahim
Segala puji bagi Allah Subhanahu Wa Ta’ala pemilik alam semesta beserta isinya. Sholawat serta salam kita haturkan kepada Nabi Agung Muhammad Sallahu ‘Alaihi Wassalam yang kita nantikan safaatnya di yaumil akhir nanti. Aamiin.
2018 adalah tahun cobaan terberat baginya. Tak pernah terbyayangkan sebelumnya Allah Subhanahu Wa Ta’ala akan memberikan cobaan sekaligus ujian terdahsyat dalam hidupnya. Bulan September di tanggal 6 tahun 2018 jam 13.30 itu menyisakan duka yang amat mendalam. Ya, dia harus mengikhlaskan anak yang masih berada dalam kandungannya di detik-detik akan lahir ke dunia. Anak laki-laki mungil nan menggemaskan akhirnya lahir tanpa suara dan kembali ke Rabb-nya.
Peristiwa itu menjadi titik balik baginya untuk tidak terlarut dalam kesedihan yang mendalam. Lalu apa yang bisa dia lakukan untuk mengisi hari-harinya yang begitu kosong? Ya, tiga bulan masa sulit pasca ditinggalkan anak tersayang menjadi masa sulit yang dilewati dengan perasaan tak pasti. Kadang kesedihan mendalam masih melanda membuat jiwa menjadi kurang stabil. Sampai akhirnya di Januari 2019 menemukan satu komunitas yang beranggotakan ibu-ibu hebat Indonesia melalui sahabatnya. Alhamdulillah melalui komunitas itu dia mulai menemukan arah ke mana akan mengisi hari-harinya agar lebih bermanfaat dan tidak kosong.
Akhirnya ketertarikannya dengan dunia literasi mulai terpatri ketika ada kesempatan di mana terdapat tugas menyampaikan keinginan yang ingin dicapai dalam hidup. Dia tak begitu cinta sebelumnya dengan buku, hanya biasa-biasa saja. Koleksi bukunya pun hanya sisa-sisa saat kuliah dan beberapa milik kakaknya. Namun, hatinya tergerak untuk mendirikan sebuah perpustakaan sederhana di rumah. Perpustakaan yang bisa dijangkau oleh banyak orang tentunya, terutama anak-anak. Kenapa anak-anak? Ya, dia masih teringat selalu dengan mendiang putranya yang telah berada bersama Rabb-nya.
Tekad kuat dunia literasinya diawali dengan ajakan teman untuk menulis kisah yang dituangkan dalam buku antologi. Awalnya tak yakin apakah bisa, namun bila tak mencoba pasti tak kan percaya. Maka ikutlah dia di dalam tim antologi dan nyatanya satu buku antologi terbit dengan salah satu isinya adalah hasil tulisannya.
Mulailah semua itu dengan pertemuan daring dengan teman-temannya sesama pecinta literasi. Alhamdulillah sungguh Allah itu Maha Baik, ketika ada niat baik dan tujuan utamanya adalah untuk mengembangkan literasi maka dipertemukan dengan banyak orang baik yang satu visi. Ketika memulai sesuatu yang belum pernah digeluti sama sekali maka memang harus banyak belajar dan tak malu bertanya, itulah yang dilakukannya selagi ada kesempatan belajar.
Kebingungan mulai melanda ketika dia mulai berpikir, lalu dari mana akan mendapatkan buku-buku untuk perpustakaan yang akan dirintis. Memang gayung bersambut, salah satu temannya menyarankan untuk membuka donasi ke khalayak, tak perlu memakai proposal tapi hanya berbekal status Wattshapp. Mana bisa? Pikirnya belum yakin.
Saran yang baik dan tidak sulit harus dicoba, ya, dia mencoba membuka donasi buku-buku bacaan dengan memasang status di Wattshap. Yang tak disangka, ada salah satu orang yang tak lama langsung merespon. Alhamdulillah betapa bahagianya dia tak menyangka sedemkian cepat. Bapak yang merespon itu adalah salah satu pegawai di sebuah perusahaan penerbit. Beliau langsung bertanya untuk siapa, butuh genre apa, silakan bisa ambil di kantor banyak buku yang bisa untuk mengisi taman baca panjenengan.
Betapa senang dan syukur yang ia panjatkan, tak menyangka ada orang baik yang merespon dan membantu keinginannya tersebut tanpa syarat apapun. Pemberian donasi buku-buku itu menjadi tambahan kekuatan baginya untuk menambah koleksi buku-buku untuk perpustakaannya. Tak lama teman satu komunitas pun menawari donasi buku, tak perlu pikir panjang dia langsung menjawab, ya, tentu Alhamdulillah. dan berlanjut ke teman-teman yang baru dikenal secara daring sampai saat ini sudah beberapa yang ikut memberikan donasi.
Perpustakaan mandiri yang menjadi impiannya akhirnya diberi nama TBM Alfarabi, sesuai nama mendiang anaknya. Nama tersebut dipilih agar dia bisa selalu mengingat bahwa memiliki pangeran surga yang akan menjemputnya kelak. Nama yang indah penuh makna yang memiliki harapan yang mendalam.
Dia banyak belajar dari mencari inspirasi melalui dunia maya. Melihat taman baca di seluruh Indonesia dengan berbagai tantangannnya. Kekagumannya akan banyak taman baca yang berjuang dari nol dengan segala usaha dari berupa materiil maupun nonmateriil. Dengan berbagai tantangan dicibir, disepelekan namun tak gentar tetap bergerak di jalurnya.
Dua tahun belakangan ini dia memang sangat aktif di dunia maya terutama instagram. Tak menyangka akan senang dengan produk yang bernama literasi. Beberapa even Membaca Nyaring yang sebelumnya tak pernah dilirik seketika menjadi hobi. Pernah mengikuti satu even Membaca Nyaring selama 15 hari, dan pada akhirnya menjadi salah satu pemenang dan mendapatkan hadiah buku. Nah, saat itulah dia memiliki cara lain untuk mendapatkan buku menambah koleksi taman baca dengan mengikuti giveway berhadiah buku.
Motivasinya semakin kuat ketika masa pandemi datang, melihat anak-anak sekitar hanya mengisi hari-hari dengan bermain ke sana ke mari. Dia mencoba memberikan warna baru, walaupun masih sangat baru. Dia membagikan pengalaman membaca untuk anak sekitar dengan membawakan buku-buku bacaan di Taman Pendidikan Alquran dekat rumahnya, karena memang perpustakaan mandiri belum ditata secara permanen. Alhamdulillah antusia anak-anak sangat baik.
Terkadang anak sulungnya bermain bersama teman-temannya di rumah, saat itulah kesempatan untuk memperkenalkan literasi pada anak-anak. Banyak kesempatan untuk berdiskusi tentang literasi bersama orang yang satu jalur yaitu mencintai literasi. Dan selama ini Alhamdulillah banyak kemudahan yang didapatkannya.
Sampai saat ini tekad bulatnya untuk memajukan dunia literasi di desanya masih bulat. Walaupun berjuang mandiri dia tetap yakin akan bisa menjadi sesuatu yang baik untuk orang banyak. Literasi dipilihnya karena dengan membaca berarti banyak orang yang masih mau belajar, orang yang masih mau belajar berarti orang itu jauh dari kesombongan.
Semoga sekelumit kisah di atas bisa menjadi motivasi bagi pejuang literasi di luar sana untuk bertekad bulat tanpa mundur teratur untuk memajukan literasi di Indonesia. Generasi yang bermanfaat adalah generasi yang cinta akan membaca.
Biografi Tokoh dan Penulis:
Tokoh tersebut bernama Arista Setiyastuti, seorang ibu rumah tangga dengan tiga anak sekaligus pengajar di sebuah Madrasah Tsanawiyah dengan ijazah pendidikannya sebagai guru mata pelajaran IPA. Perempuan kelahiran Banjarnegara 16 Februari 1989 ini mulai cinta dengan dunia literasi sejak tahun 2019 pasca tiga bulan ditinggal anak yang belum sempat ia dengar suaranya. Untuk lebih mengenalnya bisa melalui akun IG pribadi @aristastya atau akun ig TBM @tbm_alfarabi atau bisa via watshapp ke nomer 081311675045.