Bilik Pustaka

Smartly: Pengintegrasian Stakeholder dalam Mewujudkan Perpustakaan Desa yang Berkualitas untuk Menumbuhkan Minat Baca Masyarakat di Era Revolusi 4.0

Potensi sumber daya manusia Indonesia merupakan salah satu aspek penting bagi Indonesia untuk mencapai kemajuan suatu negara. Penduduk Indonesia yang berjumlah 270,20 juta jiwa pada tahun 2020, tentu menjadi potensi besar dalam menunjang kemajuan negara apabila dapat dimaksimalkan pemanfaatannya. Jumlah penduduk yang banyak apabila didukung dengan keterampilan atau keahlian yang mumpuni akan menjadi peluang untuk mendapatkan tenaga kerja yang berkualitas dan berdaya saing global dalam membantu percepatan pembangunan.

United Nations Development Program (UNDP) mencatat bahwa Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia tahun 2018 sebesar 0,707 dengan mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yang hanya 0,704. Hasil tersebut menempatkan Indonesia peringkat 111 dari 189 negara yang disurvei. Meskipun IPM Indonesia semakin membaik, namun hal yang masih disayangkan yaitu Indonesia tergolong paling rendah apabila dibandingkan dengan 5 negara di kawasan ASEAN (Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filipina). Data ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia sesungguhnya belum memiliki daya saing yang kuat dalam menghadapi globalisasi, sehingga perlu untuk terus ditingkatkan perbaikan kualitasnya (BPS, 2018).

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan, dan standar hidup. Salah satu dimensi pengukuran yang menyumbang peran penting dalam penilaian IPM yaitu indikator melek huruf atau tingkat baca tulis. Data BPS 2020 menunjukkan bahwa tingkat buta aksara penduduk Indonesia sebesar 1,93 % atau sekitar 5,21 juta jiwa, dengan enam provinsi yang tergolong tertinggal yaitu Papua (21,9%), NTB (7,46%), NTT (4,42%), Sulawesi Selatan (4,22%), Sulawesi Barat (3,9%), dan Kalimantan Barat (3,81%). Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2020) menyebutkan bahwa terdapat 0,34% individu yang mengalami putus sekolah. Persentase siswa yang mengalami putus sekolah tertinggi diduduki SD (37,36%), sedangkan untuk jenjang SMP, SMA, dan SMK secara berturut-turut sebanyak 24,17%, 16,88%, dan 20,36%. Tingginya tingkat putus sekolah di Indonesia menggambarkan masih rendahnya tingkat pendidikan di Indonesia, sehingga hal ini juga nantinya berdampak pada tingkat melek huruf seseorang. Fenomena tersebut semakin diperparah dengan rendahnya minat baca masyarakat Indonesia.

Menurut data UNESCO tahun 2016, minat baca masyarakat Indonesia berada diperingkat 60 dari 61 negara yang disurvei. Minat baca masyarakat Indonesia hanya berada diangka 0,001%, yang artinya hanya terdapat 1 orang dari 1000 orang Indonesia yag gemar Indonesia (Kemetrian Komunikasi dan Informatika RI, 2017). Bahkan Taufik Ismail menjelaskan bahwa Indonesia mengalami Tragedi Nol Buku. Suatu tragedi dimana tidak adanya kewajiban membaca buku di sekolah-sekolah di Indonesia, yang sudah terjadi dari tahun 1950-an sampai saat ini. Tentu hal ini sangat memprihatinkan, terlebih ketika dibandingkan dengan negara lainnya. Di Thailand, hingga tamat Sekolah Menengah Atas (SMA) seorang siswa harus tamat membaca buku hingga 5 Judul (1986-1991), Malaysia 6 judul Buku (1976-1980), Singapura 6 judul buku (1982- 1983), dan Jepang 15 judul buku (1969-1972). Sementara itu, negara-negara maju seperti Jerman, Perancis, Belanda mewajibkan siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) harus menamatkan hingga 22-32 judul Buku (1966-1975) (Bondar, 2013).

Menurut Soeatminah (dalam Idris dan Ramadani, 2015), salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya minat baca masyarakat Indonesia yaitu faktor keragaman buku atau bahan buku bacaan yang tersedia. Seseorang akan berminat membaca buku apabila buku tersebut menarik, sesuai kebutuhan dan bermanfaat bagi mereka. Hal ini semakin diperkuat dengan hasil data penelitian Tata Kelola Taman Bacaan di Indonesia, yang menyebutkan bahwa 61,5% jumlah koleksi buku bacaan di Indonesia belum memadai, 33% mungkin memadai, dan hanya 5,5% yang sudah memadai (Kompasiana, 2019). Hasil penelitian ini semakin mempertegas bahwa rendahnya budaya membaca di Indonesia tidak hanya disebabkan oleh faktor minat yang masih rendah, namun ketersediaan buku yang masih kurang memadai juga turut menjadi faktor penyebabnya. Lebih lanjut, Nurul Iswari menyebutkan bahwa rendahnya minat baca masyarakat disebabkan oleh tiga faktor yaitu: belum ada kebiasaan membaca yang ditanamkan sejak dini; akses untuk sarana pendidikan terbatas, khususnya perpustakaan; dan masih kurangnya produksi buku di Indonesia sebagai dampak dari belum berkembangnya penerbit di daerah, insentif bagi produsen buku dirasa belum adil, dan wajib pajak bagi penulis yang mendapatkan royalti rendah sehingga memadamkan motivasi mereka untuk melahirkan buku berkualitas. Adanya berbagai permasalahan yang menghambat tumbuhnya minat baca masyarakat, maka diperlukan suatu langkah srategis dan berkesinambungan untuk membantu masyarakat dalam mengakses buku bacaan yang berkualitas dan memadai.

Perpustakaan desa merupakan salah satu instrumen stratgis untuk menumbuhkan budaya membaca dikalangan masyarakat. Minat masyarakat terhadap perpustakaan harus ditingkatkan melalui inovasi-inovasi yang dilakukan. Perustakaan desa harus dibuat dengan mengikuti kebutuhan serta perkembangan masyarakat. Perpustakaan desa harus dapat hadir sebagai media pembantu masyarakat dalam mempermudah akses pengetahuan ataupun sebagai perantara dalam membantu permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat. “SMARTLY” adalah sebuah inovasi pengintegrasian stakeholder dalam mewujudkan perpustakaan desa yang berkulitas untuk menumbuhkan minat baca masyarakat di era revolusi 4.0. Inovasi ini menerapkan pengintegrasian stakeholder dari berbagai peran guna membantu mewujudkan perpustakaan desa yang berkualitas.

Perpustakaan desa yang berkualitas merupakan perpustakaan yang mampu menghadirkan inovasi-inovasi dasar agar dapat mengintegrasikan kemudahan pengaksesan dengan perkembangan kebutuhan masyarakat. Website desa merupakan salah satu teknologi desa yang dapat dioptimalkan penggunaannya dalam meningkatkan cakupan dan kualitas perpustakaan desa. Website desa yang saat ini hanya berisi profil desa beserta program-programnya, maka sangat perlu untuk diperluas lagi cakupan penggunaannnya, yaitu salah satunya melalui penambahan program perpustakaan desa.

SMARTLY merupakan sebuah ide yang menginiasi pengoptimalan web desa untuk membantu menggencarkan kembali budaya membaca, khususnya melalui perpustakaan desa. Pengoptimalan perpustakaan desa dengan memanfaatkan fasilitas web desa, tidak hanya dapat membantu dalam mempromosikan adanya perpustakaan desa, namun juga dapat membantu pengaksesan perpustakaan dengn lebih mudah karena adanya penggunaan kemajuan teknologi. Melalui kemudahan akses perpustakaan desa ini, harapannya dapat meningkatkan minat masyarakat untuk mengunjungi perpustakaan desa, baik secara online maupun offline. Hal ini sejalan dengan Insani dan Putu (2020), yang menyatakan bahwa inovasi pada setiap produk mampu meningkatkan kepuasan konsumen terhadap jasa dan produk yang telah digunakan. Apabila suatu produk maupun jasa yang diberikan sesuai dengan kebutuhan pelanggan dan memberikan kepuasan, maka akan menciptakan loyalitas pelanggan terhadap suatu produk atau jasa.

Perpustakaan dengan gagasan SMARTLY ini nantinya akan dilengkapi dengan berbagai menu utama sebagai penunjang akses perpustakaan secara online. Secara rinci, menu yang ditawarkan pada perpustakaan desa online ini yaitu sebagai berikut:

  1. Rekomendasi. Menu rekomendasi berfungsi untuk memberikan rekomendasi buku softcopy maupun hardcopy yang sedang banyak digemari, ataupun rekomendasi berdasarkan kebutuhan masing-masing indidu.
  2. Koleksi digital. Menu koleksi digital berfungsi untuk memberikan info tentang koleksi buku digital yang tersedia.
  3. Layanan. Menu layanana berfungsi untuk memilih jenis layanan yang diinginkan, baik itu peminjaman dan pengembalian buku, ataupun hanya membaca
  4. Profil. Menu profil berfungsi untuk menampilkan gambaran atau identitas perpustakaan desa secara singkat.
  5. Organisasi. Menu organisasi berfungsi untuk menampilkan struktur organisasi perpustakaan desa
  6. Aktivitas. Aktivitas berfungsi untuk menampilkan aktivitas yang terjadi di perpustakaan desa, baik itu dalam aktivitas kerja sama pembangunan perpustakaan, aktivitas santunan buku, dan lainnya.

Memanfaatkan website desa untuk membantu pengoptimalan perpustakaan desa sangat penting dilakukan. Pengoptimalan ini berperan penting dalam membantu menyebarluaskan keberadaan perpustakaan desa di kalangan masyarakat, sehingga jangkauan perpustakaan ke masyarakat semakin luas. Namun dalam keberjalanannya, tentu hal tersebut tidak dapat berjalan secara sendirian. Perlu adanya peran berbagai stakeholder dalam mewujudkannya perpustakaan desa yang kuat dan jelas. Diperlukan kerjasama berbagai pihak untuk mewujudkan perpustakaan desa yang kesinambungan.

Perlu adanya integrasi berbagai stakeholder dari berbagai latar belakang berbeda, guna melengkapi masing-masing peran dalam menciptakan perpustakaan desa yang berkualitas. Dalam suatu gerakan untuk mengupayakan perpustakaan desa, perlu adanya campur tangan pemerintah pusat, khususnya dalam hal ini Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan untuk memberikan bantuan insentif, bantuan arahan, ataupun memberikan payung hukum terhadap gerakan perpustakaan desa. Peran pemerintah pusat dibutuhkan untuk membuka jalan bagi pemerintah daerah ataupun para penggerak perpustakaan desa lainnya dalam menentukan rancangan ataupun langkah untuk keberjalanan perpustakaan desa. Apabila peran pemerintah pusat dalam pemberian fasilitas untuk keberjalanan perpustakaan desa telah terlaksana, maka diperlukan langkah lanjutan dari pemerintah daerah, khususnya dalam hal ini kepala desa, untuk bisa menjadi inisiator atau penggerak dalam membangun perpustakaan desa yang berkualitas. Sudah saatnya, kepala desa dengan segala kewenangannya mau dan mampu untuk merangkul pihak-pihak yang dapat mempelopori kesuksesan perpustakaan desa. Kepala desa dapat merangkul para perangkat desa untuk bisa menjadi tenaga profesional yang nantinya bisa mengelola website perpustakaan online ataupun bahkan memberikan fasilitas pengajaran untuk para pegiat literasi dalam meningkatkan skill mereka, sehingga nantinya didapatkan sumber daya manusia yang memang berkualitas. Kepala desa juga perlu merangkul para pegiat literasi yang masih mau memperjangkan literasi di desa. Kepala desa dapat merangkul mereka untuk dimintai bahan pertimbangan dalam menentukan langkah-langkah strategis bersama masyarakat, atau bahkan nantinya dapat dijadikan tenaga ahli yang mengurusi perpustakaan desa sesuai kebutuhan di masyarakat. Dan yang terakhir, perlu adanya rangkulan kepala desa kepada masyarakat. Rangkulan ini sangat penting dilakukan untuk dapat memberikan kesadaran literasi atau membaca di lingkungan masyarakat, baik itu melalui kemudahan akses secara online, sosialisasi, pelatihan, ataupun pendekatan lainnya. Rangkulan ini kepala desa kepada masyarakat untuk menyerukan pentingnya budaya literasi ini, harapannya dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya literasi dalam meningkatkan kualitas seseorang, yang ke depannya dapat mempengaruhi pertumbuhan pembangunan bangsa.

Perpustakaan desa menjadi salah satu instrumen startegis dan krusial bagi masyarakat, khususnya dalam menumbuhkan budaya membaca atau literasi masyarakat. Oleh karenanya, perpustakaan desa perlu melakukan inovasi-inovasi sesuai perkembangan kebutuhan masyarakat. Hal ini perlu dilakukan untuk mempermudah masyarakat dalam mengakses fasilitas bahan bacaan yang sesuai dengan kebutuhan. Harapan dengan adanya kemudahan akses masyarakat terhadap bahan bacaan yang sesuai dengan kebutuhannya, nantinya dapat menumbuhkan budaya membaca atau literasi ke depannya. Semakin banyak masyarakat yang sadar akan pentingnya membaca, harapannya nantinya dapat mempercepat peningkatan kualitas sumber daya manusia di Indonesia, sehingga mempunyai daya saing secara global.

Daftar Pustaka:

Bondar, Adin. 2013. Logical Framework Pembangunan Perpustakaan Desa/Kelurahan dalam Rangka Peningkatan Kegemaran Membaca. Perencana Madya Perpustakaan Nasional RI. 20 (2): 2-28

BPS. 2018. Diakses pada tanggal 25 Januari 2015. https://www.bps.go.id/pressrelease/2019/04/15/1557/pada-tahun-2018–indeks-pembangunan-manusia–ipm–indonesia-mencapai-71-39.html#:~:text=Pembangunan%20manusia%20di%20Indonesia%20terus,82%20persen%20dibandingkan%20tahun%202017.

BPS. 2020. Diakses pada tanggal 25 Januari 2015. https://www.bps.go.id/indicator/28/102/1/persentase-penduduk-buta-huruf.html

Idris, Meity, H. dan Izul Ramdani. 215. Menumbuhkan Minat Membaca pada Anak Usia Dini. Jakarta Timur : Redaksi Umar.

Insani, Nabilah Alya, Putu N.M. 2020. Pengaruh Kualitas Pelayanan, Harga dan Promosi terhadap Loyalitas Pelanggan GoFood di Kota Bandung. Jurnal Ilmiah MEA. 4 (3): 112-122.

Kementrian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia. Diakses pada tanggal 25 Januari 2015.

https://www.kominfo.go.id/content/detail/10862/teknologi-masyarakat-indonesia-malas-baca-tapi-cerewet-di-medsos/0/sorotan_media

Kompasiana, 2019. Diakses pada tanggal 25 Januari 2015. https://www.kompasiana.com/syarif1970/5d003fa13d68d523b0371c44/61-5-koleksi-buku-taman-bacaan-di-indonesia-tidak-memadai

Bondar, Adin. 2013. Logical Framework Pembangunan Perpustakaan Desa/Kelurahan dalam Rangka Peningkatan Kegemaran Membaca. Perencana Madya Perpustakaan Nasional RI. 20 (2): 2-28

PROFIL PENULIS

Nama : Siti Zamzawiyah
Alamat : Kretek II RT/RW 001/005, Karangrejo, Borobudur, Magelang, Jawa Tengah

 

 

 

 

 

 

 

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *