Berbicara tentang Indeks Pembangunan Manusia (IPM) faktor pendidikan seringkali menjadi salah satu faktor yang menjadi ukuran bagaimana perkembangan IPM dalam suatu masyarakat. Ada beberapa indikator yang terkait dengan aspek pendidikan ini seperti angka drop out peserta didik yaitu angka partisipasi murni (APM), angka partisipasi kasar (APK), serta masalah angka buta huruf dan masalah budaya baca (reading culture).
Berkaitan dengan angka buta huruf, United Nations Development Programme (UNDP) menjadikan angka buta huruf dewasa (adult illiteracy rate) sebagai suatu barometer dalam mengukur kualitas suatu bangsa. Karena tinggi rendahnya angka buta huruf akan menentukan pula tinggi rendahnya Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index-HDI) yang di hadapi suatu bangsa. Berdasarkan laporan UNDP tahun 2003 dalam “Human Development Report 2003” bahwa Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Indeks-HDI) berdasarkan angka buta huruf menunjukkan bahwa “pembangunan manusia di Indonesia“ menempati urutan yang ke 112 dari 174 negara di dunia yang dievaluasi. Sedangkan Vietnam menempati urutan ke 109, padahal negara itu baru saja keluar dari konflik politik yang cukup besar. Namun negara mereka lebih yakin bahwa dengan “membangun manusianya“ sebagai prioritas terdepan pasti akan mampu mengejar ketinggalan yang selama ini mereka alami.
Berbicara mengenai minat baca dan budaya dalam masyarakat Indonesia, beberapa pengamat pendidikan mengakui bahwa minat baca dikalangan masyarakat kita khususnya anak-anak nampaknya masih memprihatinkan. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh H. Athaillah Baderi (2005) yang menyebutkan bahwa kemampuan membaca (Reading Literacy) anak-anak Indonesia sangat rendah bila dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya, bahkan dalam kawasan ASEAN. International Association for Evaluation of Educational (IAEE) pada tahun 1992 dalam sebuah studi kemampuan membaca murid-murid Sekolah Dasar Kelas IV di 30 negara di dunia, menyimpulkan hasil bahwa Indonesia menempati urutan ke 29 setingkat di atas Venezuela yang menempati peringkat terakhir pada urutan ke 30. Masih tentang rendahnya kemampuan membaca di kalangan anak-anak diperkuat oleh hasil kajian dari Vincent Greannary yang dikutip oleh WorlBank dalam sebuah Laporan Pendidikan “Education in Indonesia From Cricis to Recovery“ tahun 1998. Hasil studi tersebut menunjukkan bahwa kemampuan membaca anak-anak kelas VI di Sekolah Dasar setiap harinya hanya mampu meraih kedudukan paling akhir dengan nilai 51,7 setelah Filipina yang memperoleh nilai 52,6 dan Thailand dengan nilai 65,1 serta Singapura dengan nilai 74,0 dan Hongkong yang memperoleh nilai 75.5, (Ataillah Baderi, 2005). Membaca adalah suatu bentuk kegiatan budaya menurut H.A.R Tilaar (1999:381), maka untuk mengubah perilaku masyarakat gemar membaca membutuhkan suatu perubahan budaya atau perubahan tingkah laku dari anggota masyarakat itu sendiri.
Mengatasi perubahan budaya masyarakat memerlukan suatu proses dan waktu panjang sekitar satu atau dua generasi, tergantung dari “politicaal will” pemerintah dan masyarakat“ Ada pun ukuran waktu sebuah generasi adalah berkisar sekitar 15-25 tahun. Beberapa upaya untuk mendukung perwujudan manusia yang unggul, maka kita harus mengadakan perubahan sikap dan perilaku budaya dari tidak suka membaca menjadi masyarakat membaca (reading society). Karena membaca menurut Gleen Doman (1991 : 19) dalam bukunya How to Teach Your Baby to Read menyatakan bahwa “membaca adalah salah satu fungsi yang paling penting dalam hidup. Semua proses belajar didasarkan pada kemampuan membaca”. Karena melalui budaya masyarakat membaca kita akan melangkah menuju masyarakat belajar (learning society). Dedi Supriadi (2007) telah menyebutkan bahwa tumbuhnya suatu masyarakat membaca (reading society) adalah prasyarat lahirnya sebuah masyarakat belajar. Adapun kaitannya dengan budaya baca, menurut Supriadi (2007) bahwa budaya baca adalah salah indikator dari lahirnya sebuah masyarakat membaca, karena dengan tumbuhnya budaya baca, maka kegiatan membaca menjadi sebuah keharusan dan merupakan aktivitas sehari-hari dalam sebuah masyarakat untuk membaca. Salah satu cara untuk mendukung tumbuhnya budaya baca di kalangan masyarakat, perlu adanya upaya dari berbagai pihak agar tersedianya sarana untuk melakukan kegiatan membaca. Sehingga dibutuhkan suatusolusii baru untuk menyelesaikan problematika tersebut.
Berdasarkan problematika tersebut, kami memiliki solusi untuk memecahkan problematika yang ada guna untuk mengembangkam minat baca perpustakaan perdesaan yaitu Solusi Kreatif dan Inovatif dalam Mengembangkan Perpustakaan Pedesaan Ramah Lingkungan melalui (PETA-BOK) Perpustakaan Taman Baca Odong-Odong Keliling dan Memanfaatkan Gerobak Dorong Bekas sebagai upaya Meningkatkan Minat Baca Pada Anak Usia Dini, Remaja dan Dewasa. PETA-BOK merupakan Perpustakaan Taman Baca Odong-Odong Keliling yang mana taman baca ini diciptakan untuk menarik minat baca pada anak usia dini, bukan hanya itu saja tapi PETA-BOK ini digunakan untuk menarik minat baca pada anak remaja dan orang dewasa yang di lengkapi dengan taman baca dan juga tempat luas seperti lapangan untuk menjadi target lokasi. Karena yang nembutuhkan membaca bukan hanya anak-anak saja tapi orang tua pun perlu menjadi contoh penggemar budaya membaca bagi anak-anak mereka, yang nantinya PETA-BOK ini di lengkapi dengan berbagai macam dagangan agar bisa menarik minat baca bagi anak remaja yang mungkin suka ngemil, makan dan minum.
Selain itu PETA-BOK ini juga membutuhkan gerobak dorong bekas yang memang sudah tidak layak di pakai, yang bisa dirubah mejadi sesuatu yang bisa di pakai kembali, dengan memanfaatkan sampah gerobak para petani. Dengan cara mengumpulkan beberapa gerobak di berbagai desa atupun suatu wilayah tertentu. Cara untuk bisa mendapatkan gerobak dorong bekas sendiri bisa di promosikan di berbagai social media, untuk di buatkan pamphlet promosi donasi berupa gerobak bekas sebagai upaya untuk membuat perpustakaan perdesaan yang lebih ramah lingkungan. Karena dengan memanfaatkan sampah gerobak dorong bekas bisa meminimalisir sampah kayu yang berlebihan, sebagai upaya mengurangi sampah agar tidak terbuang di sungai, di bakar maupun di buang di laut yang mungkin akan memberikan pengaruh lingkungan pada sekitar.
Kemudian untuk PETA-BOK sendiri membutuhkan odong-odong sebagai perpustakaan keliling, yang bisa di dapatkan dengan cara galang dana desa sebagai transportasi perpustakaan kelilingnya. Untuk PETA-BOK ini diperlukan hiasan yaitu dengan di hiasi taman-taman bunga ataupun tanaman lainya yang bisa di letakan di sekitar odong-odong. Hal ini supaya nantinya tanaman itu bisa merambat di odong-odong. Tanaman-tanaman ini nantinya yang akan memberikan pembelajaran bagi anak-anak bahwa lingkungan sekitar perlu di lestarikan dan perlu hidup berdampingan dengan manusia bukan justru di rusak. Sehingga ketika masuk kedalam odong-odong perpustakaan, suasana ruangan di dalam odong-odong penuh dengan tanaman hijau yang mulai terlihat, dan uasana hati segera di sembuhkan dengan suasana yang nyaman. Sehingga dapat menyembuhkan dan memukau para pembaca.
Mengenai titik akhir lokasi PETA-BOK yaitu dibuatkan lokasi seperti lapangan yang di hiasi dengan tanaman, yang bisa membuat tempat lokasi menjadi elegan dan segar, dengam mata yang santai dan hijau, menciptakan tempat baca yang lebih nyaman. Dengan ruang baca yang terbuka, dengan rambatan tanaman, serta pot aqua bekas yang bergelantungan di pohon-pohon, dengan rak buku dengan kayu yang hangat dan music yang lembut, yang bisa melepaskan segala tekanan dari tubuh dan pikiran. Jadi taman baca bukan hanya untuk baca kelilingsaja tapi juga taman baca perpustakaan ini menyediakan tempat baca yang lebih terbuka dengan memanfaatkan lokasi lapangan terbuka sebagai targetnya. Perlu juga di buatkan tempat duduk dari bambu yang lebih ramah lingkungan, dan disediakanya tempat duduk berupa tikar dari bahan yang ramah lingkungan. Hal ini bisa lebih menciptakan kenyamanan apa lagi jika ada cemilan jajanan, minuman dan makanan yang bisa membuat perut menjadi kenyang sehingga membaca lebih bisa terfokuskan. Untuk jajanan yang bisa di jual belikan harus menggunakan wadah yang ramah lingkungan, bisa gelas yang terbuat dari bambu dan juga piring yang terbuat dari jenis kayu. Hal ini berguna untuk meminimalisir sampah, supaya tidak menimbulkan sampah berserakan di lokasi lapangan perpustakaan baca perdesaan.
Untuk memperlancar segala kegiatan PETA-BOK ini di perlukan kerja sama yang baik antara masyarakat dan juga para pemuda yang memang menjadi generasi utama bangsa. Siapa lagi yang akan mampu memajukan budaya membaca di Indonesia jika bukan di mulai dari kesadaran masyarakat dan semangat para pemuda. Dengan adanya kesdaran dari masyarakat dan juga semangat para pemuda pasti perpustakaan di pedesaan akan mempunyai banyak peminat baca yaitu dengan menyediakanya tempat yang layak untuk membaca, seperti lapangan terbuka yang di penuhi dengan taman-taman yang indah.
Berbicara mengenai minat baca dan budaya dalam masyarakat Indonesia, beberapa pengamat pendidikan mengakui bahwa minat baca dikalangan masyarakat kita khususnya anak-anak nampaknya masih memprihatinkan. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh H. Athaillah Baderi (2005) yang menyebutkan bahwa kemampuan membaca (Reading Literacy) anak-anak Indonesia sangat rendah bila dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya, bahkan dalam kawasan ASEAN.
Solusi Kreatif dan Inovatif dalam Mengembangkan Perpustakaan Pedesaan Ramah Lingkungan melalui (PETA-BOK) Perpustakaan Taman Baca Odong-Odong Keliling dan Memanfaatkan Gerobak Dorong Bekas sebagai upaya Meningkatkan Minat Baca pada Anak Usia Dini, Remaja, Dewasa. Ini perlu di lakukan karena selain untuk meningkatkan minat baca, perpustakaan PETA-BOK ini diciptakan lebih ramah lingkungan dengan memanfaatkan gerobak dorong bekas, pot bunga aqua bekas, botol minuman dari babmbu serta tempat duduk dari kayu, dan dilengkapi cemilan sehingga cocok untuk anak-anak, remaja maupun dewasa.
Untuk memperlancar segala kegiatan PETA-BOK ini di perlukan kerja sama yang baik antara masyarakat dan juga para pemuda yang memang menjadi generasi utama bangsa. Siapa lagi yang akan mampu memajukan budaya membaca di Indonesia jika bukan di mulai dari kesadaran masyarakat dan semangat para pemuda. Dengan adanya kesdaran dari masyarakat dan juga semangat para pemuda pasti perpustakaan di pedesaan akan mempunyai banyak peminat baca yaitu dengan menyediakanya tempat yang layak untuk membaca, seperti lapangan terbuka yang di penuhi dengan taman-taman yang indah.
Daftar Pustaka:
- Athailah, B. 2003. Gerakn Nasional Membaca : Suatu Pemikiran Kea Rah Akuntabilitas Pemerintah. Jakarta : Perpustakan Nasional RI.
- Athailah, B. 2005. Kiat Dan Strategi Meningkatkan Minat Baca Masyarakat : Teknis Perpustakaan, Sekjen Depdagri. Jakarta : departemen dalam negeri RI.
- Sukaesih, winato, Y, dan Sumiati. 2013. Jurnal Aplikasi Ipteks untuk Masyarakat. Pembinaan Perpustakaan Desa Di Kampung Cireudendeu Kelurahan Leuwigajah Kecamatan Cimahi Selatan. Vol 2 (2), 99-106.
- Seno Tri Bayu Aji, Heriyanto. 2013. Jurnal Ilmu Perpustakaan. Pengaruh Layanan Perpustakaan Keliling Terhadap Kemampuan Literasi Informasi “Wanita Tuna Susila” (Wts) Di Lokalisasi Gambilangu Semarang. Vol 2 (4), 32-40.
- Sebagian isi dari tulisan essai adalah ide penulis.
BIODATA DIRI
Nama : Umi Saputri
NIM : 1901080024
Jurusan : FTIK
Prodi : Tadris Biologi
TTL : Sri Kuncoro 19 Mei 2001
Status Perkawinan : Tidak Kawin
Status Pekerjaan : Tidak Kerja
Agama : Islam
Alamat Rumah : Tanggamus
Bismillahirrahmannirrahiim semoga juara. aamiin.