Bilik Pustaka

Rula (Rumah Literasi dan Edukasi Apung) sebagai Gagasan Peningkatan Literasi di Desa Bajar Kemuning, Sidoarjo

Masalah pendidikan dan literasi yang ada di Indonesia adalah sebuah permasalahan yang tidak ada habisnya. Dalam hal ini terdapat beberapa permasalahan yang mejadikan budaya literasi tidak bisa berjalan dengan baik. Minat baca anak Indonesia tergolong paling rendah di dunia. Diperkirakan hanya sekitar 10% anak Indonesia yang tergolong kelompok gemar membaca. Hal tersebut sejalan dengan hasil survei Internasional Associantions for Evaluation of Educational (IEA) pada tahun 1992 menyebutkan kemampuan membaca murid-murid sekolah dasar IV Indonesia berada pada urutan ke-29 dari 30 negara di dunia. Berada satu tingkat di atas Venezuella menurut Sugiharti (1997:39).

Saat ini, hanya ada sedikit remaja yang tertarik pada buku dan bahan bacaan yang berhubungan dengan kegiatan akademik serta buku bacaan lain yang cukup tinggi tingat pemahamannya. Hal ini disebabkan oleh kualitas buku mulai dari isi, bahasa, dan cara menyampaikan informasi dalam buku yang kurang menarik. Remaja pada umumnya lebih menyukai buku dengan visual yang menarik, pembahasan yang ringan serta mudah dipahami. Sehingga buku yang paling banyak diminati saat ini adalah buku cerita bergambar seperti komik atau buku-buku bergambar lainnya. Penyajian buku yang menarik, teks bacaan yang padat, terdapat gambar yang nyata, dan dekat dengan kehidupan nyata dapat menimbulkan respon yang lebih baik dibandingkan buku yang hanya berisi tulisan saja.

Sedangkan rendahnya minat membaca menyebabkan Sumber Daya Manusia tidak kompetitif karena kurangnya pengetahuan. Remaja di era 4.0 akan lebih memilih memainkan handphone daripada membaca buku. Maka dari itu untuk meningkatkan minat baca dari remaja sangat penting untuk memperhatikan sarana prasarana yang tepat sesuai dengan selera remaja.

Desa Banjar Kemuning adalah salah satu desa yang berada di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Dalam hal ini penulis ingin mengembangkan literasi di wilayah ini karena di desa ini memiliki 2 sekolahan pada tingkatan sekolah dasar dan 1 perpustakan yang terdapat di Kantor Kepala Desa Banjar Kemuning. Perpustakaan yang berada di dalam kantor Kepala Desa Banjar Kemuning sangat minim pengunjung, hal ini dikarenakan tempat perpustakaan tersebut tidak memiliki daya tarik tersendiri bagi anak-anak dan juga para remaja di era 4.0. Sarana dan prasarana literasi dapat mempengaruhi kenyamanan pengunjung saat ingin membaca di dalamnya.

Berdasarkan beberapa permasalahan diatas, kita bekerjasama untuk mendirikan Rumah Literasi dan Edukasi Apung (RULA) yang berperan sebagai perpustakaan ini didirikan untuk membantu peserta didik di bangku sekolah maupun masyarakat umum untuk belajar serta meningkatkan budaya literasi. Lokasi yang di pilih adalah desa yaitu desa Banjar Kemuning dengan jarak cukup jauh dari kota namun desa ini memiliki daya tarik tersendiri untuk dijadikan rumah literasi. Rumah Literasi dan Edukasi Apung ini mengutamakan kenyamanan, sehingga semua orang baik petugas maupun pengunjung diwajibkan untuk bersikap ramah tamah, sopan santun dan selalu menjaga kebersihan. Dari sini kita tidak hanya ingin memberi tempat bagi remaja untuk membaca, tapi juga memberi output lebih seperti budaya menjaga kebersihan dan tata krama karena hal baik ini perlu di stimulus sejak dini agar Sumber Daya Manusia kita lebih berkarakter.

Konsep RULA ini memiliki dua ruangan, yaitu in-door dan out-door. Bagian dalam RULA berisi ruang administarasi untuk meminjam dan mengembalikan buku, spot untuk membaca dan menulis, ruang diskusi, serta rak dengan berbagai koleksi buku mulai dari majalah, buku cerita rakyat, dongeng anak, novel, komik, buku pengetahuan umum, dan buku-buku pengetahuan lainnya. Kodisi didalam ruangan dikonsep sedemikian rupa untuk memberi wadah remaja dan masyarakat umum yang perlu tempat untuk membaca, mencari referensi, berdiskusi bahkan berkarya di bidang literasi. Sedangkan untuk bagian luar di konsep seperti taman baca sehingga terkesan lebih santai. Untuk bagian luar ini, disediakan bangku-bangku dan alas bagi yang ingin membaca lesehan, ada pula area lapang yang dibiarkan kosong yang biasa digunakan untuk kegiatan rutinan kami sepereti Miggu mendongeng atau acara-acara lainnya seperti bazar buku pada bulan-bulan tertentu.

Rumah Literasi dan Eduasi ini menerapkan beragam program untuk pengunjung, mulai dari belajar mebaca, menulis dan berhitung (CALISTUNG), minggu mendongeng, menggambar dan mewarnai, senam, games, outbound, serta bimbingan membuat karya literasi seperti menulis puisi, cepren, cerbung, artikel. Kami menyusun jadwal kegiatan dengan menyesuaikan kebutuhan pengunjung agar program-program yang kami siapan berjalan baik, dapat bermanfaat bagi pengunjung, dan meningkatkan minat pada bidang literasi. Kami juga mengenalkan literasi tekonologi seperti blog agar remaja mengetahui bahwa literasi juga berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Untuk membuat karya literasi, kami tidak hanya membimbing tapi juga mewadahi dengan mempublikasikan karya mereka atau dengan mengikutkan lomba untuk mengapresiasi kreatifitas remaja.

Penggabungan konsep dasar literasi mulai dari mengembangkan kegiatan membaca, menulis, dan berhitung dengan menciptakan program kegiatan serupa, menggalakkan kegiatan literasi perpustakaan dengan berusaha menyediakan buku sebagai referensi, serta mengenalkan literasi media dengan menggunakan teknologi seperti penulisan blog dan artikel. Besar harapan kami untuk meningatkan minat baca masyarakat khususnya remaja karena budaya literasi yang ditanamkan sangat penting untuk pembentukan karakter di masa yang akan datang.

Pengimplemantasian dari gagasan RULA tentu diperlukan sebuah sinergi dengan menggunakan pendekatan Penta Helix yaitu dengan berkerja sama dengan beberapa stakeholder yaitu Pemerintah, Akademisi, Masyarakat, Investor atau pihak swasta dan juga media. Tanpa ada dukungan dari pihak-pihak tersebut maka gagasan ini sangat sulit untuk diimplementasikan. Pertama, peran dari Akademisi baik mahasiswa bahasa ataupun para dosen bahasa dan sastra Indonesia sebagai mitra pada program ini. Selain itu akademisi sebagai pihak fasilitator dalam penyuluhan dan sosialisasi menegenai pentingnya adanya RULA dalam meningkatkan literasi. Kedua, Investor ataupun pihak swasta sebagai pihak yang berperan penting dalam mengembangkan dan juga mengimplementasikan dari gagasan RULA dalam sektor pendanaan atau penyedia modal pembuatan rumah literasi ini. Ketiga, peran masyarakat atau komunitas sastra sebagi penggiat dan juga sebagi fasilitator untuk sosialisasi dan promosi RULA yang dapat membantu menciptakan sastrawan-sastrawan milenial yang berkualitas dan juga membangkitkan semangat untuk membaca.

Keempat, Pemerintah sebagai pihak yang memegang kekuasan otoriter yang memberikan legalitas hukum. Dalam hal ini juga pemerintah diharapkan dapat membantu permodalan secara penuh dalam pengimplementasian RULA. Kelima, media sebagai partner yang dapat membantu proses implementasi dan juga keberlangsungan dari adanya gagasan RULA sebagai media promosi. Dalam melakukan pembuatan karya penulis mengumpulkan data dari berbagai sumber bacaan mulai dari Jurnal, Artikel, Buku dan lain sebagainya. Selanjutnya penulis akan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber dan melakukan Metode penelitian yang digunakan yaitu metode Kualitatif.

Rumah Literasi dan Edukasi Apung ini merupakan program yang di susun untuk merealisasikan konsep dasar literasi sehingga masyarakat terutama remaja dapat mengenal literasi lebih luas lagi. Adanya sarana prasarana yang mendukung kegiatan literasi sangat berguna untuk meningkatkan minat membaca serta berfungsi sebagai wadah karya literasi yang diciptakan pengunjung. Pengenalan terhadap literasi teknologi dan media bermanfaat untuk mendukung kreatifitas pengunjung dan menyalurkan melalui media yang tepat dan mudah.Rumah Literasi dan Eduasi berusaha membangun remaja yang kreatif, santun, berkrakter, dan berwawasan untuk menciptaan SDM yang berkualitas. Dengan berkerja sama dengan stakeholder-stakeholder yang berkaitan untuk mewujudkan atau merealisasikan gagasan RULA (Rumah Literasi dan Edukasi Apung). Dalam hal ini penulis menyampaikan beberapa saran sebagai berikut:

  1. Pemerintah Indonesia yang sangat diharapkan bantuan dan mendukung dalam pengembangan dari sastrawan-sastrawan muda atau penulis-penulis pemula dalam seluruh program-program mahasiswa dalam membantu meningkatkan minat dalam bidang sastra dan juga mencetak sastrawan-sastrawan muda yang berkualitas. Dan juga membantu merealisasikan gagasan yang bertemakan literasi sehingga dapat tercipta sebuah kawasan dan juga budaya literasi dimasyarakat
  2. Pihak swasta diharapkan tidak hanya menyediakan modal dalam pengembangan kualitas dari gagasan RULA namun juga membantu dalam hal kemitraan yang saling menguntungkan
  3. Masyarakat yang ada ikut turut bergabung dalam perealisasian gagasan dan juga menjaga RULA agar dapat diminati oleh semua kalangan

Daftar Pustaka:

  • Sugiharti, Rahma.1997. Prilaku dan Kebiasaan Anak Gemar Membaca (Kasus Keluarga Perkotaan di Surabaya). Jakarta:LP3S

BIODATA PENULIS

Nama Lengkap : Nurin Niswah
TTL : Sidoarjo, 29 Oktiber 2001
Alamat : Jl. Udang Banjar Kemuning Sedati
Kabupaten/Kota : Sidoarjo
Provinsi : Jawa Timur

Pengalaman :

  • Mahasiswa
  • Anggota Club Research Mahasiswa
  • Co Devisi Penalaran di UKMF Research, Informasi and Technologi Universitas Trunojoyo Madura

Prestasi :

  • Juara 1 Lomba Essai Tingkat Nasional Himapebsi Universitas Trunojoyo Madura 2020
  • Juara 1 Lomba PKM-K tingakat Universitas Trunojoyo Madura 2020″

Karya : NETRA (Nusantara Edukasi Sastra) Sebagai Media Peningkatan Kualitas Penulis pada Digitalisasi Sastra
Instagram : @nisswah_
Facebook : Nurin Niswah

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *