Pejuang Literasi

Berjuang untuk Mencerdaskan Generasi Penerus untuk Kehidupan yang Lebih Serius

Desa Serut, Kecamatan Panti, merupakan salah satu desa kecil yang berada kaki Gunung Argopuro. 14 tahun lalu desa ini sempat mengalami lumpuh total dikarenakan bencana banjir bandang yang menyerangnya. Hal ini menjadi sejarah dan salah satu penyebab seorang gadis berumur 23 tahun bernama “Aulia” melahirkan Taman Baca Trinanda Education. Saat itu, dia sedang duduk di bangku sekolah dasar. Bencana banjir bandang memiliki dampak yang besar baginya, ia tidak bisa bersekolah untuk sementara waktu, kehilangan teman, saudara, dan suasana yang sangat mengkhawatirkan. Ia juga harus merekan (menemani) ayahnya turun ke lapangan untuk memberikan bantuan kepada korban bencana. Melihat perjuangan ayahnya yang harus mengorbankan tenaga dan nyawa menjadi taruhannya, Aulia memiliki cita-cita baru yakni ini menjadi pahlawan yang berguna untuk orang sekitar.

Di akhir tahun 2018 saat Aulia sedang menyelesaikan tugas akhir skripsi, ia menjumpai permasalahan-permasalahan yang muncul di desanya. Adapun permasalahan tersebut yakni adanya beberapa anak kelas 3 sampai 6 SD yang masih belum bisa membaca, tidak adanya fasilitas anak-anak dalam menyelesaikan tugas sekolah sehingga mereka hanya membaca buku saat di sekolah saja, anak-anak usia sekolah jarang bahkan tidak pernah membaca buku di luar buku sekolah, tingginya angka pengangguran, dan rendahnya perekonomian. Hal ini menjadi alasan terkuat Aulia untuk mulai mengumpulkan buku bacaan, mengadakan bimbingan belajar, dan mengembangkan bakat yang ada. Kemudian menyajikannya secara sederhana dalam “Taman Baca Trinanda Education”.

Perjuangan merintis sebuah taman baca dimulai, awalnya Aulia hanya memiliki sekitar 5 buku milik pribadi. Kemudian ia menyebarkan pamplet open donation ke sosial media, teman sekolah, kuliah, dan khalayak ramai. Tanpa diduga Aulia mendapat respon yang baik, ia mendapat donasi buku dan sejumlah uang. Namun yang terpenting adalah dukungan yang luar biasa dari keluarga, teman, guru, bahkan dosennya. Ia taruh buku-buku tersebut ke rak kardus yang telah dibuat, kemudian meletakkan di teras depan rumah. Awalnya hanya ada 1 rak kardus berisi 15 – 20 buku. Ternyata pengunjung yang datang lebih banyak dari buku yang tersedia. Mereka harus rela bergantian dan membaca bersama dengan pengunjung lainnya. Banyak pengunjung yang datang banyak pula donasi yang datang. Aulia semakin bersemangat mengumpulkan buku dan mencari ide bagaimana agar bisa mengembangkan taman bacaannya.

Pada tahun 2019 taman baca semakin berkembang, Aulia berhasil mengumpulkan sekitar 60 pengunjung taman baca. Pengunjung yang datang mayoritas anak-anak usia sekolah dan orang dewasa hanya mengawasi anaknya terkadang meminjam buku untuk dibaca di rumah. Buku-buku semakin banyak, dan sudah ada rak buku dari kayu di teras depan rumahnya. Karena buku-buku ditaruh di depan rumah, tak jarang saat hujan tiba buku-buku tersebut basah, bahkan ada kejadian menyedihkan. Saat hujan deras disertai angin rak buku roboh, rak kardus penuh dengan air dan air hujan mulai memasuki rumah. Aulia tidak bisa menyelamatkan buku-buku tersebut, ia hanya menangis dan berdo’a semoga keajaiban datang bersama orang-orang yang menebar kebaikan.

Dukungan kepada taman baca datang dari mana saja, namun Aulia kurang mendapat dukungan dari pemerintah desa dan kecamatan. Sedikit trauma dan kecewa saat mengingat peristiwa saat itu. Ia memberanikan diri membawa proposal dan menceritakan kepada perangkat desa hal apa saja yang telah ia lakukan. Ia hanya mendapat janji untuk diberi donasi buku. Tapi hasilnya nihil sampai saat ini. Kemudian Aulia melanjutkan perjuangannya ke kantor kecamatan, berharap ada sedikit harapan. Ia ditemui beberapa pejabat kecamatan, dan hasilnya sama saja. Namun, hal itu tidak menyurutkan semangat Aulia. Hal itu bahkan menjadi suntikan semangat bagi Aulia untuk mengembangkan dan menjalankan visi taman baca yakni mencerdaskan generasi penerus untuk kehidupan desa yang lebih serius.

Tak disangka sebelumnya, tidak ada dukungan dari pemerintah tidak menyurutkan semangat dalam diri Aulia. Dengan semangat, keinginan kuat dan kerja keras, Ia mampu membuktikan bahwa usaha tidak akan mengkhianati hasil, manjadda wajada. Taman Baca Trinanda Education semakin berkembang, pada bulan Agustus 2020 saat acara peringatan HUT RI ia berhasil mendapat 120 pengunjung dari anak-anak hingga orang dewasa. Acara tersebut juga mendapat kunjungan TNI AD dari Batalyon Magelang Jawa Tengah. Taman baca mulai dikenal seluruh elemen masyarakat, Aparat Negara (TNI dan Polri) mahasiswa, guru-guru, bahkan dosen. Tak hanya dari Kota Jember, ia juga mendapat dukungan dari luar kota bahkan luar provinsi. Aulia mulai tergabung dalam beberapa komunitas Taman Baca se-Indonesia seperti Pustaka Bergerak Indonesia, 1001 Buku, Givree Indonesia, Greenbooks Indonesia, Akademi Literasi, Penggiat Literasi Pedesaan, dan lain sebagainya. Facebook, Instagram bahkan Youtube berisi aktivitas masyarakat desa khususnya anak-anak saat bergabung di taman baca. Mereka belajar, membuat keterampilan dan mengembangkan bakat yang mereka punya.

Aulia mempunyai harapan, semoga ia mendapat dukungan sepenuhnya dari pemerintah desa dan mampu menjadikan masyarakat Desa Serut menjadi masyarakat yang berpendidikan baik. Ia yakin jika pendidikan baik maka kesejahteraan dan perekonomian akan baik juga.

Related Posts

2 thoughts on “Berjuang untuk Mencerdaskan Generasi Penerus untuk Kehidupan yang Lebih Serius

  1. @dwiabdus berkata:

    Semangat bu sukses selalu

    1. Tirta Buana Media berkata:

      Amiin. Terimakasih kak komentarnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *