Pejuang Literasi

Dengan Literasi Aku Bisa Apa ?

“Jadikan setiap tempat sebagai Sekolah dan Jadikan setiap orang sebagai Guru.” Ki Hajar Dewantara

Untuk kalian pejuang literasi di manapun kalian berada. Silahkan seduh secangkir kopi hitam pahit, untuk menemani kalian. Karena penulis yakin, kalian akan membutuhkan seorang teman dalam membaca tulisan ini. Tulisan yang sekiranya mungkin akan merubah sedikit mindset pembaca apa yang bisa pembaca berikan setelah membaca tulisan singkat ini.

Kali ini penulis akan membagikan sedikit cerita dari seorang perempuan yang bisa disebut sebagai seorang pegiat literasi, dan juga bisa disebut sebagai seorang aktivis organisasi. Kenapa begitu? Karena dia adalah orang termasuk aktif dalam beberapa kegiatan organisasi, dimulai dari organisasi pelajar, kepemudaan hingga sosial. Bahkan dia sekarang masih tercatat aktif sebagai relawan penanggulangan Covid-19 di wilayah Provinsi Jawa Tengah.
Saat penulis bertemu, penulis langsung disambut dengan sebuah senyuman hangat. Dalam hati, penulis berkata, “memang betul kalau dia adalah satu dari sekian banyak sosok yang dibutuhkan oleh masyarakat”.

Dia adalah Mega William Sari, seorang perempuan yang sebagian besar masa remajanya dihabiskan di tengah masyarakat. Bagi perempuan yang akrab disapa Mbak Mey ini sudah menjadi hal yang biasa bertemu dengan orang baru. Karena memang seorang yang aktif di tengah masyarakat haruslah dituntut untuk bertemu dengan orang sudah dikenal maupun sebaliknya, juga dituntut untuk selalu menjaga setiap attitude.

Perempuan yang pada tahun ini berusia 20 tahun atau lebih tepatnya lahir pada tanggal 20 bulan juni tahun 2000 di Kabupaten Demak, sangat berteman baik dengan polusi udara, berteman baik dengan panas dan tak lupa merengkuh dengan hangat derasnya air hujan.
Bertempat tinggal di Desa Surodadi RT. 02 RW. 02 Kecamatan Gajah Kabupaten Demak atau yang lebih biasa dikenal dengan sebutan Demak Timur ini tak pernah merasa apa yang dia dapat selama ini sia-sia atau merasa bahwa yang dia lakukan selama ini tidak ada feed back apapun untuk dirinya.

“Walaupun tinggal di sebuah desa tapi tak pernah menyurutkan semangat untuk menjadi seorang yang bermanfaat bagi orang lain.” Kata Mbak Mey.
Penulis pun membenarkan. Ketika melihat perjuangan dia di atas kata literasi memang terlihat bagaimana dia berusaha agar literasi di Kabupaten Demak ini tidak stagnan. Apalagi setelah H.M. Natsir, S.Ag., M.Pd., MM. (Bupati Demak 2016-2021) bersama Kepala LPMP Jawa Tengah yang mewakili Kementerian Pendidikan dan kebudayan RI Drs. Harmanto, M.Si. serta Koordiantor USAID PRIORITAS Jawa Tengah Dr. Nurkolis, MM. bersama dengan Kepala SKPD serta masyarakat Demak mendeklarasikan diri sebagai Kabupaten Literasi dan meresmikannya di Halaman Pendopo Kabupaten Demak.

Akan tetapi, menurut dari Mbak Mey sendiri itu hanyalah sebuah deklarasi serta tidak adanya sebuah tindakan eksekusi yang nyata atau signifikan untuk masyarakat. Karena pencanangan itu hanya berlaku untuk daerah yang tertangkap mata oleh pemerintahan Demak, selebihnya terlewati.
“Meskipun aku dibesarkan di tempat yang buta akan literasi, tetapi jangan sampai aku buta literasi.” Kata Mbak Mey.

Mbak Mey sendiri mengakui bahwa masyarakat di Kabupaten Demak ini masih minim terkait pengetahuan literasi. Bahkan di tempat tinggalnya sendiri ia mengaku masih termasuk daerah yang cukup kalah apabila literasi disandingkan dengan gadget. Namun, ia juga meyakini bahwa bukan hanya di desanya saja, kemungkinan besar hal itupun terjadi di daerah lain di Kabupaten Demak.

Meskipun pemerintahan Kabupaten Demak sudah beberapa kali menunjuk beberapa desa dijadikan Kampung Literasi untuk dijadikan Role Model, tetapi tetap saja masyarakat belum sepenuhnya merasakan bahkan belum mengerti apa itu literasi.
Nah, dimulai dari sinilah “ghiroh” perjuangan seorang Mbak Mey dalam mengimplementasikan apa yang pernah ia dapat.

Omah Moco Kalijogo

Omah Moco Kalijogo adalah sebuah wadah para pegiat literasi di Kabupaten Demak dan Omah Moco Kalijogo ini diharapkan mampu menjadi jembatan bagi masyarakat yang masih tertinggal akan literasi. Dan juga dengan adanya Omah Moco Kalijogo ini para pegiat berharap mampu untuk turut serta dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

Itulah visi dan misi dari seorang Founder Omah Moco Kalijogo yang tak lain adalah Mbak Mega William Sari. Seperti yang tertuang dalam slogan Omah Moco Kalijogo yakni “Dedikasi Untuk Kemajuan Negeri”. Mendedikasikan dirinya untuk kemajuan negeri melalui literasi.
Omah Moco Kalijogo sendiri sudah 1 tahun menemani Kabupaten Demak dalam menggelorakan semangat berliterasi. Omah Moco yang sudah ada banyak relawan yang ikut serta dalam menjadi kaki untuk berjalan, sudah ada banyak relawan yang siap menjadi tangan untuk melindungi Omah Moco di bawah derasnya hujan.
Dan mendengar cerita dari Mbak Mey, penulis yakin bahwa memang betul Demak ini masih minim tempat untuk menawarkan di mana orang yang ingin menjadi seorang pegiat literasi.

Pertama kali mendengar nama tersebut, penulis mengira itu adalah sebuah tempat Taman Bacaan Masyarakat yang hanya Open Book House. Yang hanya dibuka di sebuah rumah dengan kepimilikan pribadi. Tetapi, Omah Moco Kalijogo yang lebih akrab dipanggil masyarakat Demak OMK ini ternyata bukan hanya mempunyai kegiatan Open Book House, namun juga memiliki program kegiatan yang secara langsung menyapa masyarakat. Menyapa dengan semangat yang menggebu, semangat yang membara, semangat yang penuh dengan pengharapan. Berharap dengan hadirnya OMK di tengah masyarakat mampu membawa manfaat dan keberkahan.

Buka Lapak Baca Buku Gratis. Itu adalah giat literasi dari OMK. Aksi nyata OMK keliling dari Dukuh, Desa, Kecamatan se-Kabupaten Demak. Buka Lapak Baca yang menjadi salah satu sekian dari banyaknya giat literasi nyata dari OMK. Berkarya nyata untuk masyarakat di Kabupaten Demak.
Setiap weekend, hari Sabtu dan Minggu, OMK akan menemui masyarakat Demak secara langsung dengan jadwal yang sudah ditentukan. Dan memang tidak perlu khawatir karena OMK ini mempunyai berbagai platform sosial media yang memuat berbagai aktivitas di setiap kegiatan. Bahkan rangkaian acaranya pun terbilang sangat menyenangkan, karena OMK akan mengajak pengunjung untuk Reading, Learning, Storytelling, Singing, Gaming (Membaca, Belajar, Bercerita, Bernyayi dan Bermain).

Meskipun umur OMK ini terbilang masih seumur jagung, tetapi tetap saja masih banyak hal yang siap menjadi tembok tinggi untuk OMK jangkau dan OMK lewati. Dengan giat aksi OMK yang menyapa langsung masyarakat tentunya mempunyai kesan tersendiri. Kenapa tidak, karena OMK ini selain belum mempunyai kendaraan yang bisa memfasilitasi juga keterbatasan bahan buku bacaan pun menjadi kendala yang berarti.

Belum mempunyai kendaraan yang siap memfasilitasi giat aksi OMK dalam melapak menjadikan kendaraan pribadi (motor) temen-temen relawan sebagai bahan untuk membawa kardus-kardus yang berisikan buku bacaan.

“Relawan tidak dibayar bukan karena mereka tak bernilai, tetapi karena mereka tak ternilai.” Kata Anies Baswedan, yang kembali ditegaskan oleh Mbak Mey.

Kesediaan itulah yang terakadang membuat terharu. Bahwa di masa sekarang masih ada orang-orang yang perduli. Untuk literasi khususnya.
Memang terlihat sepele dengan giat aksi Buka Lapak Baca Gratis ini, namun di balik layar proses yang dilalui begitu banyak sekali drama yang terjadi. Entah itu pembagian dus buku, dropping buku, pembagian tugas bawa tikar dan lain sebagainya. Namun semua drama itu akan hilang ketika giat literasi melapak sudah berjalan. Yang ada hanya tawa dan semangat yang mengiringi tanpa menunjukan wajah protes bahkan beban sedikitpun. Selain itu ada lagi sebuah kendala. Memang setiap orang memiliki kapasitas kesibukan yang tidak bisa disamaratakan sama halnya dengan temen-temen OMK yang memang tidak bisa disamaratakan jenis kesibukannya, meskipun mereka siap menjadi tangan dan kaki.

Dalam kurun satu tahun ini OMK telah merasakan bagaimana rasanya agar OMK ini tidak stuck/ stagnan dalam menggelorakan semangat berliterasi. Bagaimana tidak, jikalau pasti dalam sebuah organisasi, komunitas, forum atau perkumpulan apapun mengalami hal yang serupa; kejenuhan.
Sepi dan ramai lapaknya, ataupun sedikit atau banyak relawan yang siap menjadi tutor, itu adalah sebuah dari proses perjalanan juga tak langsung menjadi proses pembelajaran untuk OMK sendiri. Dua hal tersebut memang sudah menjadi resiko paten yang kemungkinan akan terjadi. Dan OMK harus siap apapun yang terjadi di setiap situasi juga kondisi.

Dan OMK ini bukan kepemilikan pribadi tapi milik bersama. Dan rasa kejenuhan itu pasti akan dirasakan, pasti akan datang cepat atau lambatnya. Namun, di saat rasa jenuh yang menghampiri, siapapun harus siap menguatkan. Termasuk Mbak Mey, karena Mbak Mey sendiri adalah seorang Founder, jadi harus siap menjadi ujung tombak maupun ujung tombok.

“Keberhasilan suatu organisasi, komunitas, forum atau apapun itu tidak tergantung pada pemimpinnya tetapi kerjasama bersama.” Kata Mbak Mey.
Dan untuk kesekian kalinya, penulis mengakui hal tersebut. Karena memang benar adanya. Sehebat apapun pemimpinnya, setangguh apapun tapi jika tidak adanya dukungan dari team di sampingnya pasti akan merasa kurang.

Mbak Mey pun juga mengatakan bahwa, “Saya tidak menuntut kamu (team saya) untuk sempurna, tetapi maksimalkan apa yang sudah menjadi passion kamu”.
Selain Buka Lapak Baca di tempat yang selalu berpindah, OMK ini juga mempunyai tempat yang sama untuk menyapa orang yang berbeda, meskipun tetap ada orang yang sama yang menyapa. Di alun-alun Kabupaten Demak, OMK ini juga menyapa secara langsung. Untuk agenda ini OMK sendiri sudah mematenkan untuk melapak di hari Sabtu malam Minggu. Nah untuk itu, penulis juga merasakan kalau OMK ini memang betul kekurangan dalam hal buku bacaan. Apalagi mengingat di setiap segmen ngelapak juga ada storytelling atau bercerita. Pastilah akan membutuhkan bahan buku untuk bercerita.

Selain Mbak Mey juga ada Mas Feri Irawan selaku Co Founder dari Omah Moco Kalijogo. Ia bertempat tinggal di Dukuh Pidodo Desa Karangrejo Kecamatan Bonang Kabupaten Demak.

Berdua, mereka mengawali berdirinya OMK ini dengan bermodalkan hanya dengan 25 buah buku bacaan. Dan saat ini OMK sudah memiliki sebanyak 400 buku bacaan yang setiap minggunya di-drop sana sini. Karena selain OMK ini Open Book House, juga karena ada giat aksi yang lain.
Bermodalkan niat berdedikasi, akhirnya OMK berani up dengan membuka Oprec atau Open Recruitment yang pada akhirnya menambah jumlah personil OMK.
“Catat! Kalau kita sabar, Allah-lah yang akan memudahkan.” Kata Mbak Mey.

Dalam pengelolaannya sendiri, buku-buku yang telah terkumpul dari donasi ditempatkan di basecamp atau tempat sekretariat OMK. Sedangkan OMK sendiri memiliki tempat sekretariat atau basecamp di tempat yang sama dengan tempat tinggal Mbak Mey, di Desa Surodadi RT. 02 RW. 02 Kecamatan Gajah Kabupaten Demak 59581.

Di setiap beberapa kesempatan, OMK selalu mengadakan pertemuan rutin dan bisa disebut dengan giat Temu Akrab. Di kegiatan itu, biasanya akan membahas terkait ke depannya OMK seperti apa, membahas konsep kegiatan buka lapak tentunya, full up anggota relawan bahkan melakukan sortir buku sesuai dengan jenis/genre buku.

Di sisi lain tantangan juga halangan. Banyak pihak yang memberikan semangat OMK untuk terus menebarkan semangat berliterasi. Karena Mbak Mey sendiri memiliki background aktivis di Kabupaten Demak, tak ayal membuat OMK ini sedikit lebih cepat mengepakkan sayap untuk dikenal. Sudah beberapa kali OMK bersinergi dengan organisasi, komunitas atau forum. Karena, OMK sendiri selalu membuka open collaboration kegiatan literasi bagi personal maupun perkumpulan. Karena selain dari Buka Lapak, dengan Open Collaboration ini juga diharapkan mampu menjadi patokan kekonsistenan OMK dalam berliterasi. Juga tak lupa, karena setiap pegiat sosial harus menyadari kebutuhan untuk memperkuat jaringan. Itulah mengapa kita selalu Open Collaboration.

(Dari Founder OMK – Mbak Mey)

Hai kamu yang rela,
Meluangkan waktu untuk berbagi,
Mengerahkan tenaga untuk sebuah tujuan,
Membagikan ilmu dan materi kepada sesama tanpa merasa lelah dan penat,
Terima kasih telah berjuang hingga saat ini. Perjalanan kita masih panjang dan tak mudah. Namun sekali lagi, jika dilakukan bersama-sama akan terasa lebih muda, terasa lebih ringan juga menyenangkan.
Terima kasih untuk para relawan diseluruh jagad raya.
Semoga, kita semua para relawan bisa memberikan kebahagiaan serta arti yang positif untuk pembangunan sumber daya manusia.
Mendidik masyarakat menjadi lebih baik lagi itu merupakan sebuah rencana tiada batas.
Dan untuk kalian para team OMK,
Ketika diri ini tak berucap betapa rasa pesimisme itu menghantui, disitu hadir kalian orang-orang yang siap membersamai mewujudkan semua ekspektasi.
Kemudian kita bersama membangun rasa optimisme, menolak tunduk pada rasa takut dan menyerah.
Inna ma’al-usri yusra : Sesungguhnya setelah kesusahan akan ada kemudahan.
Teruslah bergerak untuk turut serta mencerdaskan kehidupan bangsa.

Penulis berharap, dengan sedikit cerita singkat perjalanan seorang Mega William Sari dalam menjadi seorang pegiat literasi mampu menularkan semangat berliterasi kepada pembaca tulisan ini. Tentunya tak lupa semoga pula tulisan singkat ini juga memberikan manfaat dan keberkahan untuk penulis juga pembaca. Karena yang bisa penulis petik dari cerita di atas adalah mendapatkan sesuatu yang baru itu mudah, tetapi mempertahankan itu yang sulit. Juga selalu ada harapan bagi mereka yang berdo’a dan selalu ada jalan bagi mereka yang berusaha.
Semoga, di lain kesempatan, penulis dan pembaca masih bisa saling bertatap pada serentetan kalimat dalam sebuah cerita. Terima kasih, salam hangat dari Kabupaten Demak untuk seluruh pejuang literasi di seluruh Nusantara.

BIOGRAFI TOKOH DAN PENULIS

Nama : Mega William Sari
Alamat : Desa Surodadi Rt. 02 Rw. 02 Kec. Gajah Kab. Demak 59581
Tempat/Tanggal Lahir : Demak/ 20 Juni 2000
HP : 0838 – 3670 – 8541
E – mail : [email protected]

Facebook : Mega Mulyana William Sari
Instagram : @Mega_William6
Motivasi : “Gagal itu urusan nanti yang terpenting kita berani mencoba”
dan terus mencoba.
Pendidikan Terakhir : SMK Pontren Darussalam Demak
Pengalaman Organisasi :

  • Organisasi Siswa Intra Sekolah
  • Dewan Kerabat Hizbul Wathan Qobilah KH. Mas Mansoer
  • Dewan Sughli Daerah Hizbul Wathan Kwarda Demak
  • SAKA Pariwisata Kwarcab Demak
  • Remaja Masjid Agung Demak
  • Pimpinan Daerah Ikatan Pelajar Muhammadiyah Kab. Demak
  • Muhammadiyah Disaster Management Centre
  • Forum Demak Hijau
  • DPK KNPI Kecamatan Gajah
  • DPD KNPI Kab. Demak
  • Karang Taruna Kecamatan Gajah
  • MRI – ACT Demak
  • Relawan Covid – 19 Jawa Tengah
  • Komunitas 1001 Buku

 

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *