Bilik Pustaka

Fasilitas Memadai, Masyarakat Tertarik

Indonesia sudah 73 tahun merdeka. Namun, banyak beberapa sisi kehidupan Indonesia yang belum benar-benar mencapai kemajuan berarti setelah kemerdekaan. Salah satunya adalah budaya literasi.

Dari sisi kemauan membaca, Indonesia ternyata tertinggal dari negara-negara tetangga. Kita tidak bisa pungkiri juga bahwa peradaban umat manusia dan kemajuan suatu bangsa berawal dari peradaban buku atau penguasaan literasi antar generasi yang berkelanjutan bukan karena potensi sumber daya alam yang melimpah saja.

Persoalan minat dan kebiasaan membaca yang ada pada masyarakat Indonesia tidak pernah habis untuk dibahas. Siapapun termasuk peneliti dan pemantau masalah ini semakin merasakan kebosanan dan terus prihatin dengan kondisi minat baca masyarakat yang minim. Berbagai kegiatan ilmiah seperti seminar, lokakarya, diskusi dan pidato/ceramah baik yang diselenggarakan di perguruan tinggi maupun di berbagai instansi terkait sudah sangat sering mengangkat tema tentang persoalan minat dan kebiasaan membaca masyarakat kita. Berbagai karya tulis ilmiah maupun populer yang ditulis oleh akademisi, mahasiswa, pemerhati masalah membaca, praktisi maupun masyarakat umum juga tidak sedikit yang mewacanakan, mengungkap dan menjelaskan tentang persoalan tersebut Bahkan dengan tantangan yang ada saat ini, pengaruh globalisasi, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, pengaruh perkembangan media massa, sepertinya menambah faktor penghambat dalam memecahkan masalah minat dan kebiasaan masyarakat Indonesia.

Kita sebagai generasi milenial perlu turun tangan langsung untuk memecahkan masalah ini. Apalagi sinergi diantara semua pihak serta kebijakan pemerintah untuk dapat menangani persoalan ini secara integratif dan berkelanjutan masih belum dapat diharapkan sepenuhnya.

Jika ditelaah dari sudut pandang kebudayaan, minat dan kebiasaan membaca ataupun menulis disebut sebagai aktifitas menulis. Gerakan literasi membaca lebih rendah dibandingkan gerakan literasi lisan. Kondisi rendahnya kenaikan literasi membaca membuat pemerintah Indonesia menelurkan Permendikbud No 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti, dan sebagai bentuk nyatanya digiatkannya Gerakan Literasi Nasional di tahun 2016, serta Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang lebih memfokuskan pada upaya menumbuhkan minat baca siswa di sekolah.

GLS dilakukan secara bertahap. Pemerintah membagi menjadi tiga pokok tahapan yaitu tahap pembiasaan, tahap pengembangan, dan tahap pembelajaran. Ketika siswa telah melakukan tahapan pembiasaan, maka yang perlu dikembangkan adalah daya baca siswa. Perlu pembelajaran tersendiri dengan metode-metode serta strategi yang tepat untuk dapat meningkatkan daya baca siswa sehingga siswa mampu memahami bacaan dengan sempurna.

Literasi

Robinson (1983:6) dalam Kusmana (2009) menyatakan bahwa literasi adalah kemampuan membaca dan menulis secara baik untuk berkompetisi secara ekonomis dan lengkap. Lebih lanjut dijelaskannya bahwa literasi merupakan kemampuan membaca dan menulis yang berhubungan dengan keberhasilan seseorang dalam lingkungan masyarakat akademis, sehingga literasi merupakan piranti yang dimiliki untuk dapat meraup kesuksesan dalam lingkungan sosial. National Assesment of Educational Progress mengartikan literasi sebagai kemampuan performansi membaca dan menulis yang diperlukan sepanjang hayat (Winterowd, 1989: 5, dalam Kusmana, 2009).

Para ahli hukum memandang bahwa literasi merupakan kompetensi dalam memahami wacana, baik sebagai pembaca maupun sebagai penulis sehingga menampakan pribadi sebagai profesional berpendidikan yang tidak hanya menerapkan untuk selama kegiatan belajar melainkan menerapkannya secara baik untuk selamanya (White, 1985: 46, dalam Kusmana, 2009).

Literasi adalah hak asasi manusia yang fundamental dan pondasi untuk belajar sepanjang hayat. Hal ini penting sepenuhnya untuk pembangunan sosial dan manusia dalam kemampuannya untuk mengubah kehidupan (UNESCO, 2015). “Melalui kegiatan Literasi Media, masyarakat tidak hanya mengetahui dan membantu mensosialisasikan tentang tugas pokok dan fungsi KPI, namun juga memahami informasi media dengan baik dan benar,” katanya saat membuka seminar dan diskusi Literasi Media dengan mengusung tema “Dari Masyarakat Untuk Bangsa” di Kota Serang, Banten, Senin (18/3/2019) dan diikuti ratusan peserta dari berbagai kalangan.

Literasi yang rendah pada setiap individu dapat menyebabkan kurangnya kemampuan dalam hal memahami dan mengelola informasi menjadi sesuatu yang menguntungkan bagi kehidupan pribadi. Budaya literasi dalam negara kita belum mengakar kuat karena kebanyakan masyarakat memilih untuk menonton dan mendengar.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa literasi adalah kemampuan dalam membaca dan menulis yang bertujuan untuk menambah wawasan yang luas.

Peran Aktif Masyarakat

Tantangan pendidikan kedepanya semakin berat semua orang bukan hanya pemerintah saja ikut andil dalam mencerdaskan generasi bangsa. Salah satu aspek yang terpenting untuk hal itu adalah gerakan literasi. Rendahnya literasi di lingkungan masyarakat menyebabkan kurangnya pengetahuan dan keterampilan yang mempengaruhi pendapatan negara.

Literasi pada masa saat ini mempunyai peranan yang sangat penting dimana teknologi sudah tersebar dimana-,dimana terutama masyarakat pedesaan. Era saat ini mau tidak mau masyarakat harus mengikuti perkembangan teknologi dimana bahwa teknologi mengedepankan pengetahuan dan informasi. Pemecah masalahnya bukan hanya ada pada pundak pemerintah saja melainkan seluruh lapisan elemen masyarakat. Jika masyarakat mengikuti perkembangan teknologi membaca buku bukan hanya kita mengunjungi perpustakaan melainkan kita bisa membacanya melalui platform online. Ini adalah salah satu contoh pemerintah bekerja sama dengan pustakawan untuk memajukan Indonesia dalam hal literasi membaca.

Perlu adanya penguatan peran spesifik pustakawan dalam menumbuh kembangkan minat literasi terutama untuk kalangan warga pedesaan. Literasi pada seseorang tentu tidak muncul begitu saja melainkan perlahan dipupuk mulai hal kecil dan dari lingkungan kecil yaitu melalui lingkungan keluarga yang kemudian dikembangkan di lingkungan sekolah dan diterapkan di lingkungan masyarakat.

Menurut Naibaho (2011), pada dasarnya kepekaan dan daya kritis akan lingkungan sekitar lebih diutamakan sebagai jembatan menuju generasi literat, yakni generasi yang memiliki ketrampilan berpikir kritis terhadap segala informasi untuk mencegah reaksi yang bersifat emosional. Literasi bukanlha hal paksaan tapi harus dituntut diri sendiri agar mau terjun dalam literasi. Karena jika paksaan maka ilmu yang didapat dalam berliterasi tidak akan masuk. Maka di desa perlu adanya fasilitas yang memadai seperti taman membaca yang didesain agar masyarakat tertarik untuk berkunjung. Dalam hal ini agar masyarakat termotivasi dan bisa menumbuhkan minat baca, aksara baru dalam masyarakat pedesaan.

Taman belajar atau perpustakaan desa perlu juga mengadakan berbagai macam perlombaan agar masyarakat yang minat bacanya tinggi bisa mendapat penghargaan sehingga dapat memotivasi masyarakat sekitarnya terutama remaja yang ada di sekitar desa. Gerakan literasi bagi masyarakat sangat perlu ditingkatkan karena hanya dengan itulah, menurutnya, kemajuan bangsa Indonesia secara perlahan-lahan namun pasti, akan dapat terwujud, kualitas manusia Indonesia akan makin meningkat, kualitas hasil pendidikan akan semakin baik dan berdaya saing tinggi.

Indonesia sudah 73 tahun merdeka. Namun, banyak beberapa sisi kehidupan Indonesia yang belum benar-benar mencapai kemajuan berarti setelah kemerdekaan. Salah satunya adalah budaya literasi. Literasi adalah kemampuan seseorang dalam membaca dan menullis untuk menambah wawasan yang luas. Gerakan literasi di masyarakat desa perlu adanya peningkatan fasilitas perpustakaan atau taman perpustakaan untuk menarik minat dalam meningkatkan kualitas literasi. Perlu adanya penguatan peran spesifik pustakawan dalam menumbuh kembangkan minat literasi terutama untuk kalangan warga pedesaan. Maka di desa perlu adanya fasilitas yang memadai seperti taman membaca yang didesain agar masyarakat tertarik untuk berkunjung.

Daftar Pustaka:

  • Hasanah Uswatun, dkk. ___. Pengembangan Pembelajaran Literasi Membaca untuk Meningkatkan Daya Baca Siswa.
  • Naibaho, Kalarensi. (2011). Menciptakan Generasi Literat Melalui Perpustakaan. Diaks dari :https://staff.blog.ui.ac.id/clara/2011/01/06/menciptakan-generasi-literat-melalui perpustakaan/
  • Tunadi.___. Memaknai Peran Perpustakaan dan Pustakawan Dalam Menumbuhkembangkan Budaya Literasi.
  • http://www.kpi.go.id/index.php/id/umum/38-dalam-negeri/35019-literasi-media-di-banten-kpi-dorong-peran-aktif-masyarakat-awasi-media

BIOGRAFI PENULIS

Nama : Devi Prameswari
TTL : Malang, 16 Oktober 2001
Pendidikan Terakhir : SMK Muhammadiyah 7

Pengalaman Prestasi :

  • Spesial Award LKTI 2020
  • Juara 2 KTI Tingkat Nasional 2020
  • Juara 2 Essay 2020

Instagram. : deviprameswari_
Facebook. : Devi Prameswari

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *