Masyarakat pedesaan identik dengan kegiatan rutinitas yang padat di kebun, sawah serta sebagian juga bekerja di kantor. Suasana pedesaan sangat berbeda dengan perkotaan. Cuaca yang sejuk dan masih bebas dari polusi pabrik dan sebagainya. Jalinan persaudaraan juga masih sangat terasa di daerah pedesaan. Bentuk kearifan lokal seperti sifat gotong royong dan saling menolong, penggunaan alat tradisional dalam bekerja serta pemanfaatan potensi alam masih dilaksanakan di desa. Namun demikian, keinginan untuk mencerdaskan anak bangsa dengan menggiatkan masyarakat dalam berliterasi tetap dijalankan oleh sebagian pemerintah desa yang dalam hal ini adalah kepala desa.
Tak bisa dipungkiri bahwa masih ada masyarakat desa yang memiliki sedikit pengetahuan tentang pentingnya membaca. Terutama dalam hal menggali ilmu pengetahuan melalui bacaan. Mereka bahkan ada yang tidak pernah membaca buku dalam kesehariannya. Aktifitas mereka setelah seharian bekerja di kebun, sawah atau kantor adalah diam di rumah atau bercerita dengan tetangganya yang pada akhirnya kadang menghasilkan pembicaraan yang tidak penting. Hal ini biasa dilakukan oleh ibu-ibu yang tidak memiliki pekerjaan dan tidak memiliki ide dalam menghabiskan waktu di rumah setelah melaksanakan tugasnya sebagai ibu rumah tangga.
Seorang pemimpin harus memiliki banyak ide dalam mengembangkan daerah yang dipimpinnya. Demikian pula dengan seorang kepala desa. Ia harus mampu memanfaatkan semua potensi yang ada dalam memajukan masyarakatnya. Tak terkecuali dalam mengembangkan literasi bagi masyarakat. Memotivasi masyarakat dalam membaca sungguh suatu pekerjaan yang termasuk sulit, terutama di daerah pedesaan yang masyarakatnya masih tergolong rendah pemahamannya tentang pentingnya membaca.
Amanah pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, Alinea keempat berbunyi: Kemudian daripada itu, untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melingungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa. Mencerdasakan kehidupan bangsa adalah sepenggal kalimat yang wajib dijiwai oleh seluruh masyarakat Indonesia.
Literasi, sepertinya menjadi salah satu magic word untuk mengukur kualitas pendidikan terbaik suatu negara di dunia. Sehingga ketika Indonesia di tempatkan pada peringkat ke-60 dunia dari 61 Negara yang disurvei, Pemerintah seperti tersengat. Terlebih hasil survei tahun 2016 yang dirilis John W. Miller, President Central Connectitut State University di New Britain itu, peringkat Indonesia tentang literasi berada di bawah negara-negara ASEAN (www.datatempo.com). Gerakan literasi diidentikkan dengan buku.
Buku adalah jendela dunia. Jika kita membaca buku, maka wawasan juga akan bertambah. Kegiatan membaca biasanya hanya kita lihat di perpustakaan yang ada di setiap sekolah mulai dari SD, SMP, SMA hingga Perguruan Tinggi. Namun sekarang ini, kita juga bisa melihat anak-anak membaca di lingkungan tempat tinggalnya.
Membaca buku dapat meningkatkan kemampuan untuk lebih mengetahui dan memahami perasaan orang lain. Dengan memahami perasaan orang lain, hubungan dalam bersosialisasi akan tumbuh lebih baik dan tercipta kondisi lingkungan yang lebih nyaman. Membaca buku sangat baik untuk pengetahuan zaman sekarang. Masyarakat bisa mendapatkan informasi yang sangat banyak dan berlimpah dari membaca.
Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah dengan budaya membaca. Sebuah peradaban yang maju tidak terlepas dari tingginya minat baca. Informasi tentang ilmu pengetahuan dan teknologi bisa didapatkan dengan cara membaca.
Salah satu cara untuk menumbuhkan dan meningkatkan minat baca bagi masyarakat desa sehingga menjadi sebuah budaya. Kehadiran perpustakaan di desa diharapkan mampu menjadi wadah bagi masyarakat desa dalam mendapatkan informasi serta membuat masyarakat menjadi lebih produktif dan kreatif serta memiliki wawasan yang lebih luas.
Perpustakaan desa selain dapat meningkatkan minat baca, juga bisa sebagai wadah edukatif bagi warga desa. Pengelolah perpustakaan harus menyediakan buku-buku yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakatnya, misalnya buku tentang pertanian, peternakan, pendidikan, wirausaha, budaya, sejarah, koran, majalah dll. Tak terkecuali juga buku yang banyak diminati oleh anak sekolah.
Dalam rangka menciptakan, menanamkan, dan menumbuhkan minat membaca masyarakat desa serta membangun masyarakat yang cerdas dan kreatif serta produktif, diperlukan komitmen bersama antara masyarakat dan pemerintah desa. Semua pihak mempunyai peran dan tanggung jawab bersama untuk kemajuan desa menjadi lebih baik. Pada dasarnya kemajuan perkembangan dan perubahan sebuah desa terlebih dahulu diawali oleh kemajuan sumber daya manusianya.
Tersedianya sarana dan prasarana perpustakaan yang baik dan didukung sepenuhnya oleh warga masyarakat dan pemerintah desa sebagai kolaborator diharapkan mampu menumbuhkan budaya membaca di kalangan warga desa.
Salah satu cara untuk menjadikan literasi sebagai jantung dalam proses pendidikan dalam masyarakat adalah pemerintah harus menyediakan buku-buku di lingkungan pedesaan. Artinya pemerintah harus menyediakan buku-buku yang dapat dibaca oleh warga desa. Untuk mewujudkan budaya gemar membaca seluruh warga desa, upaya yang dapat dilakukan dengan memperkenalkan buku pada seluruh warga desa dan membuat tempat baca yang menarik.
Hal inilah yang dilakukan oleh salah satu desa yang ada di Kecamatan Malua, Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan yaitu Desa Kolai. Salah satu warga yang bernama Syukur, S.IP membuat pojok baca di bawah kolong rumahnya. Hingga akhirnya ia bersama dengan warganya di tahun 2006 mendirikan sebuah perpustakaan.
Dengan kepiawaian yang dimiliki oleh Pak Desa, demikian ia disapa oleh warga setempat, bersama dengan seluruh masyarakatnya, beliau mampu menyulap kolong rumah sebagai pojok baca dan akhirnya menjadi perpustakaan desa berskala nasional. Bagaimana kiat-kiat Bapak Syukur, S.IP selaku pemerintah desa merintis pojok baca hingga menjadi perpustakaan desa berskala nasional?
Semuanya diawali oleh niat yang ikhlas dalam membangun desa. Perpustakaan Desa Kolai yang diberi nama Gerbang Ilmu Kolai, berdiri tahun 2006, bersamaan dengan awal mula Bapak Syukur, S.IP mulai menjabat sebagai kepala Desa Kolai. Mulanya buku – buku berasal dari koleksi pribadi miliknya, kemudian Beliau memanfaatkan salah satu rak buku di kantor Desa Kolai yang tidak digunakan untuk menyimpan buku-buku tersebut. Dari Awal itulah, Bapak Syukur berinisiatif membentuk perpustakaan desa. Jumlah koleksi buku pada saat itu baru mencapai 150 eksemplar.
Pada tahun 2007, Perpustakaan Desa mendapat bantuan buku dari Perpustakaan Daerah Kabupaten Enrekang, sehingga jumlah koleksi buku bertambah menjadi 450 eksemplar. Tetapi pada tahun 2010, kantor Desa Kolai mengalami renovasi sehingga Perpustakaan Desa terpaksa dipindahkan lagi ke kolong rumah salah satu warga. Melalui musyawarah desa dengan anggota BPD dan para tokoh masyarakat pada tahun 2016, dibangunlah sebuah gedung permanen di atas tanah seluas 90 m2 untuk dijadikan perpustakaan desa. Masyarakat Desa Kolai pun semakin antusias untuk berkunjung ke perpustakaan desa.
Perpustakaan Desa Kolai juga mendapat kesempatan untuk bermitra dengan perpuseru dan mendapatkan komputer sebanyak 3 unit yang di gunakan sehari-hari oleh pengunjung perpustakaan desa. Seiring dengan itu diterbitkan SK Kepala Desa Kolai No. 03 Tahun 2006 tentang pendirian Perpustakaan Desa Kolai dan SK No. 02 Tahun 2016 tentang pengangkatan pengelolah Perpustakaan Desa Kolai Kecamatan Malua Kabupaten Enrekang.
Jumlah koleksi buku di perpustakaan desa Kolai sampai saat ini sebanyak 2625 eksemplar. Dengan pengelolah perpustakaan 3 orang. Satu kepala perpustakaan, satu unit pelayanan baca, satu unit pengadaan dan pengelolaan. Jam buka layanan di perpustakaan desa Kolai mulai hari Senin sampai Sabtu pukul 08.00 sampai 22.00 WITA.
Untuk menselarahkan arah dan tujuan Pendidikan yang termaktub dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, maka Pemerintah Desa Kolai bersama seluruh stakeholder merumuskan visi Gerbang Ilmu Kolai yakni Menjadikan Perpustakaan Desa Sebagai Pusat Informasi dan Berkegiatan Bagi Masyarakat Demi Turut Serta Menderdaskan Kehidupan Bangsa. Selain Visi dirumuskan juga Misi Gerbang Ilmu Kolai diantaranya: mendekatkan akses masyarakat pada perpustakaan, mengembangkan minat baca dan budaya baca atau biasa disebut gerakan literasi, menjadikan perpustakaan desa sebagai pusat pembelajaran dan berkegiatan positif bagi masyarakat dan menyediakan layanan internet sebagai pusat informasi yang dibutuhkan oleh seluruh lapisan masyarakat.
Penulis sebagai tenaga pengajar SMA yang berada tidak jauh dari perpustakaan Gerbang Ilmu Kolai, merasa terpanggil untuk menselaraskan dunia pendidikan formal dengan pendidikan nonformal. Kedepan kegiatan-kegiatan yang dapat memacu dan memicu gebyar literasi perlu ditingkatkan. Berkaca pada pengembangan literasi di dunia pendidikan formal yang dikemas oleh Bapak Muhammad Ihsan, CEO Media Guru Indonesia dengan program andalannya adalah satu guru satu buku atau biasa disingkat SaguSabu. Dengan harapan bahwa tidak ada lagi guru yang tergabung dalam SaguSabu yang tidak mampu menulis buku sesuai dengan latar belakang ilmu yang dimiliki.
Salah satu program yang dicetuskan oleh Bapak Kepala Dinas Pendidikan Propinsi Sulawesi Selatan, Bapak Prof.DR.Mumammad Jufri, M.Si, M.Psi Psikolog, yaitu One School One Inovation, satu sekolah satu inovasi. Inovasi tersebut akan dituangkan dalam tulisan dan diterbitkan dalam sebuah buku. Dengan banyak menulis dan banyak membaca maka ilmu akan mudah diraih.
Kolaborasi inilah yang akan kita padukan ke depan. Masyarakat desa yang tidak memiliki akses pendidikan formal diimbaskan oleh guru-guru yang bergelut di dunia Pendidikan formal. Ilmu-ilmu terapan yang sesuai dengan kondisi masyarakat dapat diimbaskan melalui buku. Buku tersebut dapat dimasukkan dalam koleksi perpustakaan desa. Tidak menutup kemungkinan kita buat program juga yaitu SaRuSabu, satu rumah, satu buku. Namun, hal yang paling diutamakan lebih dahulu adalah minat membaca yang perlu terus digalakkan dalam masyarakat desa. Jika orang tua saja memiliki minat baca yang tinggi, apalagi anak-anaknya. Jika lingkungan rumah tangga mulai sadar tentang literasi, maka anak akan tumbuh beriringan dengan kurva literasi tersebut. Penulis yakin, dengan berbagai upaya yang kita sinergikan akan melahirkan masyakarat Indonesia yang cerdas, kreatif dan berkarakter.
Perpustakaan Desa Gerbang Ilmu Kolai memiliki struktur organisasi. Syukur,S.IP selaku Kepala Desa sekaligus penanggung jawab penuh organisasi. Beliau bertugas menjadi pelindung sekaligus penasehat terhadap seluruh program dan kegiatan yang diselenggarakan oleh pengelolah perpustakaan. Kepala perpustakaan, Muslimah, S.Pd dibantu oleh rekannya. Ibu Nurlaili selaku petugas pelayanan baca dan ibu Mutmainnah, SP selaku petugas pelayanan, pengadaan dan pengelolahan perpustakaan. Ketiga orang tersebut bertugas sebagai pengelolah perpustakaan, namun dalam keadaan tertentu ada beberapa petugas lain (relawan) yang membantu kelancaran operasional perpustakaan desa bilamana diperlukan.
Gerbang Ilmu Kolai sudah berbuat yang terbaik bagi masyarakatnya. Pemerintah desa sudah mengemas sedemikian rupa. Bebagai upaya telah dilakukan sehingga perpustakaan tersebut bisa bertahan dan berkembang dengan baik. Fungsi dari perpustakaan ini juga tetap berjalan dan dimanfaatkan oleh warga desa sebagai gerbang ilmu.
Pemerintah desa serta didukung oleh masyarakatnya merancang perpustakaan Gerbang Ilmu Kolai dengan sangat baik. Kucuran dana desa yang tergolong sangat besar dari pemerintah pusat dimanfaatkan sebaik mungkin. Sebagian Anggaran Dana Desa (ADD) dialokasikan untuk pembelian buku serta biaya pengelola perpustakaan.
Ruang baca yang ada dalam perpustakaan Gerbang Ilmu Kolai ditata dengan sebaik dan semenarik mungkin bagi pembaca. Hal itu dilakukan untuk membuat tempat ini menjadi tempat yang selalu dirindukan oleh warga yang ingin mencari informasi melalui bacaan. Hal itu pula yang membuat perpustakaan menjadi tempat favorit dalam menambah ilmu.
Sarana dan Prasarana di perpustakaan desa Gerbang Ilmu Kolai sudah tergolong baik. Hal ini dibuktikan dengan adanya ruang sirkulasi yang memenuhi standar kesehatan, ruang penyimpanan koleksi, dan ruang internet bagi pengunjung yang ingin online. Perpustakaan ini juga dilengkapi oleh ruang anak dan referensi, ruang baca yang sangat nyaman dalam membaca serta ruang pertemuan.
Perlengkapan lain yang digunakan untuk pelayanan di perpustakaan desa antara lain rak Buku sebanyak lima buah, rak majalah, rak surat kabar, rak buku referensi, rak display buku baru yang masing-masing jumlahnya satu. Jumlah meja baca yang ada hingga kini adalah 4, ditambah dengan 1 buah meja kerja. Para pengunjung perpustakaan lebih menyukai duduk lesehan sambil membaca. Oleh karena itu, petugas juga menyediakan kursi baca lesehan sebanyak 10 buah.
Bagi pengunjung perpustakaan yang ingin menggunakan komputer dalam mengakses sesuatu secara online, mereka bisa menggunakan ruang komputer yang sudah terkoneksi jaringan internet. Di dalamnya juga sudah tersedia 4 buah komputer lengkap dengan printer. Setiap ada pemberitahuan tentang pengumuman penting yang menyangkut perpustakaan, petugas akan menuliskannya di papan pengumuman. Papan pengumuman yang ada di perpustakaan ini berjumlah 3 buah.
Selain ruang internet, demi menambah kenyamanan petugas dalam bertugas serta pembaca yang berkunjung, perpustakaan juga dilengkapi 1 buah televisi, DVD player serta kipas angin. Jika pengunjung membawa barang bawaan, ia bisa menitip barang itu di tempat penitipan barang yang sudah disediakan.
Buku-buku yang ada di perpustakaan desa Gerbang Ilmu Kolai awalnya berjumlah ratusan. Namun, tahun 2018 buku tersebut mengalami penambahan hingga mencapai 2625 eksemplar. Buku itu terdiri dari buku fiksi, nonfiksi, dan juga audio visual. Sebagian koleksi buku-buku di perpustakan desa kolai merupakan bantuan buku dari Perpustakaan Daerah Kabupaten Enrekang dan bantuan buku dari Perpustakaan Nasional RI. Perpustakaan ini juga mendapatkan bantuan buku dari dana dekonsentrasi, selain dari ketiga bantuan tersebut. Perpustakaan desa Gerbang Ilmu Kolai selalu menganggarkan untuk pembelian buku-buku dari Anggaran Dana Desa (ADD) sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Jumlah anggota perpustakaan desa Kolai sebanyak 227 orang yang terdiri dari 93 laki-laki dan 134 perempuan. Kategori anggota perpustakaan desa adalah pelajar sebanyak 159 orang dan umum sebanyak 68 orang. Semua anggota perpustakaan bebas berkunjung ke perpustakaan dengan tetap memperhatikan jadwal pelayanan.
Perpustakaan Desa Gerbang Ilmu Kolai untuk sementara ini memiliki 3 layanan, diantaranya adalah layanan sirkulasi, yang buka mulai hari Senin sampai Sabtu pada jam 08.00-22.00 WITA, selanjutnya layanan komputer dan internet dimana setiap pengunjung perpustakaan desa, bebas menggunakan layanan internet untuk mencari informasi sesuai kebutuhan dan keperluan mereka tetapi tetap didampingi oleh pengelola perpustakaan desa , dan yang terakhir adalah layanan rumah pos baca yang merupakan inovasi baru dari perpustakaan Gerbang ilmu Kolai dengan membangun rumah pos baca (Pojok Baca) di setiap dusun yang ada di Desa Kolai, dibantu oleh karang taruna dan beberapa warga desa Kolai yang dapat digunakan oleh warga sekitar sebagai tempat membaca apabila menginginkan ruangan terbuka.
Dengan situasi perpustakaan yang nyaman, lengkap serta petugas yang selalu siap melayani setiap pengunjung untuk membaca, membuat perpustakaan ini menjadi ramai setiap hari kerja. Namun, jumlah pengunjung menurun selama situasi COVID-19. Bahkan, perpustakaan ini juga diliburkan demi melaksanakan himbauan pemerintah untuk tidak berkerumun. tempat ini kembali dikunjungi warga selama masa New Normal. Tentunya dengan mengikuti protokol kesehatan yakni 3M. Memakai masker, mencuci tangan dengan sabun serta menjaga jarak.
Sejak berdiri 4 tahun yang lalu, perpustakaan desa Gerbang Ilmu Kolai telah menorehkan banyak prestasi. Tahun 2017, perpustakaan ini menjadi juara 2 lomba perpustakaan desa Tingkat Provinsi Sulawesi Selatan. Prestasi gemilang itu terulang kembali pada tahun 2018, bahkan prestasi meningkat menjadi juara 1 lomba perpustakaan desa Tingkat Provinsi Sulawesi Selatan sekaligus menjadi perwakilan Sulawesi Selatan di tingkat Nasional.
Satu kesyukuran bagi warga desa Kolai bahwa ditahun yang sama, perpustakaan ini dikunjungi oleh tim penilai perpustakaan tingkat nasinal dan Alhamdulillah masuk dalam 5 besar terbaik tingkat Nasional. Prestasi yang luar biasa. Ini patut diteladani oleh desa lainnya dalam mencerdaskan warga dengan literasi melalui perpustakaan desa. Pemerintah desa harus memberikan contoh yang baik kepada masyarakatnya, berinovasi dalam membangun minat baca masyarakat, memanfaatkan perpustakaan desa sebagai wadah dalam mencerdaskan warga serta menggunakan dana desa dengan sebaik-baiknya untuk kepentingan masyarakat.
Referensi:
- Undang-Undang Dasar 1945, Alinea keempat
BIOGRAFI PENULIS 1
Mastura, lahir pada tanggal 25 Desember 1979 di Maroangin, salah satu kota di Kabupaten Enrekang Provinsi Sulawesi Selatan . Penulis merupakan anak ke 8 dari 9 bersaudara dari pasangan Baco dan Wallu. Penulis menyelesaikan pendidikan di SDN 4 Maroangin tahun 1991, SMPN 1 Maroangin tahun 1994, dan masuk SMU Negeri 157 Rappang pada tahun 1994. Pada tahun 1996 pindah sekolah di SMU Negeri 1 Maiwa dan tamat pada tahun 1997.
Kemudian, melanjutkan studinya di Universitas Negeri Makassar (UNM) jurusan Pendidikan Bahasa Inggris pada tahun yang sama dan lulus pada tahun 2002 dengan predikat sangat memuaskan. Penulis diangkat sebagai guru kontrak pusat pada SMA Negeri 1 Maiwa tahun 2003 dan menjadi Guru PNS pada SMA Negeri 1 Baraka Tahun 2005 hingga sekarang.
Penulis menikah dengan Miswan, S.Pd pada tahun 2009. Beliau adalah salah satu pengajar di SMAN 6 Enrekang. Sementara melaksanakan tugas sebagai guru Mata Pelajaran Bahasa Inggris, penulis dapat menyelesaikan studi S2 di UNM jurusan Administrasi Pendidikan kekhususan Manajemen Pendidikan tahun 2017. Saat ini, penulis sejak tahun 2005 dipercayakan sebagai Pembina Pramuka di SMA Negeri 5 Enrekang dan pengurus organisasi Pramuka Ranting Baraka. Penulis juga mendapat tugas sebagai Pembina debat Bahasa Inggris di SMA Negeri 5 Enrekang. Tahun 2016, penulis menjadi instruktur Kurikulum 2013 Kabupaten Enrekang
- WA : 085342181415 dan
- Email: [email protected]
BIOGRAFI PENULIS 2
Kasmiati, Lahir di Lapin Enrekang sebuah Desa kecil di Kabupaten Enrekang Provinsi Sulawesi Selatan, pada 14 Maret 1976. Penulis Menyelesaikan Pendidikan SD pada tahun 1989, SMP pada tahun 1992, dan SMA pada tahun 1995. Penulis melanjutkan Pendidikan S1 Jurusan Biologi Universitas Negeri Makassar dan Tamat 2001. Setelah lulus dari Universitas Negeri makassar (UNM) dengan predikat wisudawan terbaik (sangat memuaskan). Penulis diangkat jadi Guru Kontrak Pusat Tahun 2003 dan mengajar di SMU Muhammadiyah Enrekang.
Lulus CPNS Tahun 2005 di tempatkan SMK Negeri 2 Enrekang mengampu mata pelajaran Biologi adaftif. Penulis juga menyelesaikan Pasca sarjana di Universitas Muhammadiyah Parepare Jurusan Agribisnis pada tahun 2013 predikat Dengan Pujian. Sejak tahun 2015 penulis dimutasi ke SMA Negeri 1 Pasui sekarang SMA Negeri 10 Enrekang.
Prestasi yang dicapai penulis adalah Finalis Guru Teladan SMA/SMK Tingkat Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2011. Finalis Guru Teladan SMA Tingkat Nasional pada tahun 2019. Mendapat penghargaan dari Gubernur Provinsi Sulawesi Selatan dan Menteri Pendidikan Nasional tahun 2019.
- WA : 082347159734 dan
- Email: [email protected]