Pejuang Literasi

Jalan Sang Srikandi

Siapa yang tidak mengenal sosok Srikandi dalam pewayangan negeri ini? Srikandi sebagai penggambaran perempuan kuat, tangguh, mandiri, tegas, dan berani. Karakternya menjadi model percontohan yang selayaknya dimiliki oleh perempuan Indonesia sejak dulu hingga sekarang. Ikon yang tetap relevan di masa kini, bahkan kita pun sering mendengar istilah Srikandi digunakan orang-orang untuk menyebut perempuan yang memenuhi kriteria karakter baik tersebut dalam berbagai bidang. Kalau Indonesia memiliki Srikandi, orang Barat di industri perfilman Hollywood-nya juga punya sosok yang identik sama karakternya yaitu Wonder Woman.

Perempuan yang bernama Rini Nurawati atau biasanya disapa Mbak Rini berasal dari Kelurahan Klemunan Kecamatan Wlingi Kabupaten Blitar merupakan salah satu Srikandi literasi di Bumi Bung Karno. Ketika banyak orang di sekitarnya mengabaikan literasi, tapi perempuan berusia empat puluh lima tahun ini justru tidak. Ia sudah bertekad sengaja mencemplungkan diri ke dunia yang sama sekali belum pernah dikenalnya. Bagaimana mau kenal, perjalanannya di pendidikan formal hanya sebatas Sekolah Dasar (SD). Pernah ia ikut sekolah kesetaraan setingkat SMP, namun belum genap dituntaskannya, ia harus terbang ke Batam mengais rupiah. Kondisi ekonomi membuatnya terputus bersinggungan dengan sekolah. Maka satu-satunya jalan merubah nasib di pikirannya hanya dengan bekerja. Ke negeri Taiwan dan Hongkong pun dilakoni selama sembilan tahun.

Perjalanan hidup yang panjang penuh semangat juang selalu terpatri dalam dirinya. Tidak ada rumus merasa malu dengan kekurangannya, justru kekurangan itulah yang menjadi penyemangat untuk terus bergerak maju. Prinsipnya ialah menjadi manusia yang lebih baik dari waktu ke waktu, dan seluas-luasnya menebarkan manfaat kepada sesama makhluk Tuhan, tidak peduli hewan, tumbuhan, atau sesama manusia sendiri.

Pertemuan dengan dunia literasi bermula ketika Bapak Lurah memberi informasi ke orang-orang yang aktif di kegiatan masyarakat termasuk dirinya, bahwa ada undangan acara ke Surabaya. Saat itu semuanya belum tahu urusan apa yang akan didapatkan di Kota Pahlawan. Bak takdir yang sudah menuntun, tidak ada seorang pun yang mau diberangkatkan mengikuti kegiatan ke Surabaya, buang-buang waktu kata mereka.

Hanya Mbak Rini yang mau mengajukan diri. Berbekal rasa penasaran yang tinggi dan haus akan tambahan ilmu baru, ia akhirnya berangkat. Sesampainya di sana baru ia berkenalan dengan istilah literasi. Acara tersebut diselenggarakan oleh Perpustakaan Nasional sebagai sosialisai program strategi pengembangan perpustakaan dan pemanfaatan TIK untuk peningkatan layanan sebagai wujud transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial. Diharapkan dengan melakukan perubahan, semakin memberi dampak besar terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar.

Tidak ada istilah minder dalam kamus hidupnya. Saat peserta lain menguasai teknologi dan terlihat level pendidikannya dari tutur bahasa Indonesia yang diucapkan, namun ia tak peduli. Hanya ingin tahu terus-menerus terhadap apa yang disampaikan pemateri mendorongnya aktif di sepanjang kegiatan, sampai ia mendapat poin terbanyak.

Sepulang dari Surabaya barulah ia pahami bahwa ternyata ada bidang literasi yang menarik hatinya. Kesempatan berbagi terbuka sangat luas melalui literasi sebab bisa menjangkau ke semua bidang lain seperti ekonomi, agama, budaya, dan seterusnya. Dengan kata lain bila menyebut literasi tidak cukup berputar pada minat baca saja melainkah jauh lebih besar lagi menuju semua lini kehidupan.

Sudah cukup lama menjadi ibu RT (Rukun Tetangga), kini tugas yang ia emban makin bertambah. Sebelumnya Mbak Rini terbiasa dimintai bantuan orang-orang sekitar rumahnya, seperti mengurus persalinan di bidan atau rumah sakit sampai kadang ia harus mengajari si ibu memandikan bayinya, lalu saat ada yang minta dibantu mengurus kematian dan surat-surat lain yang dibutuhkan tetangga kana-kiri tetap tak pernah ditolak. Ia akan mengusahakan semaksimal mungkin menolong orang-orang yang membutuhkan.

Hal yang baru harus disertai semangat yang baru. Dari sini ia diperkenalkan dengan ruangan yang berada di pojok timur Kantor Kelurahan Klemunan. Didapatinya ribuan buku memenuhi ruangan yang kelak akan menjadi tempat mencurahkan sebagian kehidupannya. Adalah Perpustakaan Mawar, nama cantik anggun, dan mempunyai unsur kekuatan. Ia teringat beberapa tahun lalu saat menjadi TKW (Tenaga Kerja Wanita) kerap mengunjungi perpustakaan di negara Hongkong yang begitu bagus. Masih jauh dibandingkan perpustakaan yang akan dikelolanya.

Baginya ini adalah tantangan besar di tengah data dari berbagai sumber yang menyebutkan bahwa tingkat literasi khususnya minat baca di tanah kelahirannya masih terbilang rendah. Namun, ada sebuah keyakinan kuat yang sanggup menggerakkan. Kepercayaan bahwa literasi adalah satu jalan besar yang sanggup membawa perubahan masyarakat ke arah yang jauh lebih maju. Sadar sepenuhnya jalan yang dipilih tidak mudah, butuh perjuangan panjang, kontinu, dan berliku.
Benar saja, upaya pertama dengan membawa puluhan buku ke TK dan SD yang berdekatan dengan Perpustakaan Mawar dipandang sebelah mata. Kurang kerjaan, nggak ada manfaat dan buang-buang waktu kata orang-orang. Bukan Srikandi kalau ia patah semangat dan terhenti di tengah jalan. Dukungan penuh dari suami begitu berharga, memiliki peran besar untuk dirinya terus bergerak. Bahkan saat kurang bersemangat melanda sang suami selalu memotivasi.

Hal berikutnya yang dilakukan yaitu menata ruangan, menambah fasilitas, dan melengkapi dengan pernak-pernik yang menarik orang masuk ke perpustakaan. Selain itu juga melakukan pencatatan dan merapikan administrasi. Tantangan yang cukup membuatnya kebingungan di awal pada bagian administrasi, sebab sudah terbiasa Mbak Rini mencatat dengan cara manual atau tulis tangan. Sedangkan kebutuhan sekarang harus menggunakan teknologi. Ia tergolong orang desa yang gaptek (gagap teknologi). Tak pernah sekalipun sepanjang hidupnya memakai komputer atau laptop. Hal ini memacunya untuk belajar menguasai komputer sampai ia bertekat membeli laptop.

Sebagai sukarelawan di Perpustakaan Mawar, tentu hak yang didapatkannya berbeda dibandingkan pegawai kelurahan lain. Perpustakaan Mawar yang satu lokasi dengan Kantor Kelurahan Klemunan sangat menguntungkan bagi Mbak Rini. Bapak Lurah begitu mendukung inisiatif yang dilakukan untuk memajukan perpustakaan, sehingga memberi keleluasaan kepada Mbak Rini yang gaptek bekerja sama dengan beberapa pegawai kelurahan. Paling tidak separuh amanah yang ditanggung menjadi lebih ringan adanya bantuan dari orang lain.

Sempat beberapa orang asli daerah yang usianya lebih muda ikut serta aktif bergerak bersamanya, tetapi mereka belum ada yang sanggup bertahan lama.
“Bisa jadi karena sifatnya sukarelawan, yang landasan bergerak harus murni karena ikhlas dari hati.” Kata Mbak Rini sambil mengulas senyum.
Memang tidak semua orang memahami pentingnya literasi untuk kemajuan suatu bangsa. Pernah ada beberapa anak kecil usia PAUD tiba-tiba mendatangi perpustakaan. Disambutnya dengan baik, lalu diberikan rangkain pertanyaan dan ternyata anak-anak itu hanya ingin diajari membaca sebelum mereka masuk sekolah. Terlintas pertanyaan aneh dalam hati, “Kenapa malah minta ke sini kalau cuma ingin bisa baca? Terus orang tuanya mana?”.

Sekejap ia tersadar, barangkali inilah jalan yang Tuhan pilih agar dirinya bisa membantu anak-anak di daerahnya menyukai membaca, memilih buku sebagai teman setia bukan malah gadget yang selalu dibawa ke mana-mana seperti kebiasaan generasi di zaman sekarang.

Meskipun baru sekitar satu tahun memasuki dunia literasi, sudah banyak aktivitas perpustakaan yang telah diselenggarakan rutin dan deretan rencana akan diagendakan ke depan. Khususnya di masa pandemi, ketika sekolah masih dilaksanakan secara daring, muncul niat untuk mendampingi anak-anak supaya tidak jenuh berlama-lama di rumah sekaligus menguatkan psikolgis anak-anak.

Kegiatan yang diadakan di antaranya bidang keagamaan dengan mengaji membaca surat-surat pendek Al-Qur’an beserta doa-doa harian, bidang budaya tiap hari Minggu diadakan latihan tari tradisional, lalu pendampingan belajar. Uniknya dana yang tersedia sangat minim, memaksa Mbak Rini memutar otak lebih keras supaya semua kegiatan yang sudah dirancang bisa berjalan dengan maksimal. Dicarinya orang-orang yang memang memiliki kepedulian juga satu visi yang selaras ke lingkungan masyarakat melalui bertanya ke banyak orang.\

Dari satu pertemuan ke pertemuan lain akhirnya perpustakaan bisa melaksanakan beragam kegiatan untuk masyarakat melalui sinergi bersama komunitas, organisasi, atau perorangan. Di antaranya Jumat Berkah, Plant Zone, Karang Taruna. Selain itu bermitra dengan Pemustaka dari ibu-ibu Dasawisma.
Pada awal berdirinya Perpustakaan Mawar hanya dikhususkan untuk anak-anak sekolah yang kesulitan mencari tambahan ilmu pelajaran sekolah. Kini, dengan adanya program Transformasi Berbasis Inklusi Sosial jangkauannya lebih luas lagi, yaitu seluruh masyarakat dari beragam usia. Maka dibuatlah kegiatan yang sasarannya untuk orang-orang dewasa, seperti pelatihan dalam hal pangan untuk ibu-ibu, kegiatan “Sedekah Oksigen” dengan pemanfaatan tanaman herbal. Sekitar sebulan ini ia juga membuat pasar online yang sementara di grup aplikasi Whatsapp dan sekarang ada 60 lebih orang yang tergabung, berikutnya akan dibuatkan ke media sosial lain.

Ke depan akan ada perkerjaan lain yang sudah menanti Mbak Rini dan seluruh anggota yang ikut menggerakkan Perpustakaan Mawar yaitu mengupayakan peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar dengan literasi, melalui kegiatan pemberdayaan dan pelatihan yang juga berfokus ke peningkatan keterampilan. Sebagai motivasi, Perpustakaan Mawar juga menjalin kerja sama dengan Perpustakaan Bung Karno untuk pengajuan buku supaya lebih bisa menggerakkan minat baca masyarakat.

Pada bulan November tahun 2020 Perpustakaan Mawar Kelurahan Klemunan Kecamatan Wlingi berhasil meraih Juara 2 sebagai Perpustakaan Terbaik di Kabupaten Blitar. Kompetisi ini diselenggarakan oleh Dinas Perpustakaan dan Arsip. Justru ini bukanlah sebuah titik akhir, melainkan sebagai permulaan penguat untuk berjuang.

“Pokoknya sampai kapanpun Perpustakaan Mawar ini jangan sampai nggak ada, harus jauh lebih besar memberi manfaat untuk kesejahteraan masyarakat,” kata Mbak Rini.

Biodata Tokoh Cerita

Nama : Rini Nurawati
Tempat, Tanggal Lahir : Blitar, 7 April 1975
Domisili : Desa Klemunan, Kecamatan Wlingi, Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur
Pendidikan Terakhir : SD
Pengalaman Organisasi/Jabatan : Ibu RT, Posyandu, GPMB
Kontak Person : WA 082187372623
Email : [email protected]
Fb : Nabila Nabilabordir

Biodata Penulis

Nama : Karis Rosida
Tempat, Tanggal Lahir : Blitar, 22 September 1987
Domisili : Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur
Pendidikan Terakhir : S1
Pengalaman Organisasi/Jabatan : Pejuang Literasi Blitar, GPMB, UMKM Kab. Blitar
Karya/Prestasi : 1 Buku Antologi Puisi, 9 Buku Antologi Cerpen
Kontak Person : WA 081252313902
Email : [email protected]

Fb :  Karis Rosida
Ig : Karis Rosida

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *