Pejuang Literasi

Literasi Berdaya

Malam tak pernah menjadi bagian yang kelam untuk mereka yang ingin berjuang. Entah itu berjuang dalam bidang apa saja, salah satunya adalah berjuang dalam literasi. Literasi bukan berarti bicara perihal baca tulis saja, namun literasi lebih mengarah kepada hal kebaikan yang bersifat berkelanjutan. Begitulah yang dilakukan seorang mahasiswa yang turut serta membangun desanya. Baginya literasi adalah keharusan yang dikembangkan. Baik dalam skala kecil atau besar. Atau hanya sekedar menjadi penyemangat untuk membuat sebuah perubahan. Lelaki bertubuh kecil yang sering dipanggil “Iccan” itu menjadi seorang yang teguh dan pantang menyerah dalam membuat gerakan literasi sederhana. Baik untuk masyarakat atau kepada siswa-siswi yang menjadi bagian dari kemajuan literasi Indonesia.

Iccan, pemuda kelahiran Natambang, yang saat itu menjadi seorang mahasiswa akhir dan mengambil konsen di Prodi Sastra Indonesia, memiliki tekad untuk menumbuhkembangkan dunia literasi dari perpustakaan desanya. Semua gerakan kecil itu bermula dari keinginan untuk membangun desa. Apalagi saat itu, literasi menjadi satu hal yang sangat digencarkan oleh pemerintah. Tentu bagi seorang Iccan ini menjadi momentum untuk menumbuhkembangkan apa yang ia ketahui tentang literasi. Mimpi tak selamanya kita rasakan dalam tidur. Namun mimpi juga tak selamanya kita rasakan dalam kenyataan. Begitulah, ia memaknai literasi berdaya untuk masyarakat.

September 2019, menjadi bulan hangat beraroma rindu untuknya. Di sebuah tempat yang terletak di pinggir sungai dan nuansa alam yang masih kental, sebuah forum membuat diskusi selama 2 hari tentang literasi yang berdaya. Semuanya saling bercengkrama tentang keresahan dunia literasi di desanya masing-masing. Di antara orang-orang yang berdiskusi itu, Iccan adalah salah satunya. Dua hari membersamai kegiatan dan saling tukar pikiran. Maka terkerucutlah satu tujuan, untuk literasi yang memberdayakan.

Literasi yang memberdayakan tentunya tak cukup hanya dalam ruang lingkup diskusi sesama. Namun akan lebih terasa ketika mengeja masyarakat desa membawa satu perubahan, khususnya anak-anak yang masih segar darahnya untuk literasi berdaya. Malam berganti dan hujan membawa suasana itu menjadi sangat singkat. Bergantilah waktu yang menggerogoti kalbu ke hari-hari yang lain.

Seorang pejuang akan terus mencari jalan untuk menyebar kebaikan di manapun ia berada. Kegiatan diskusi juga akan mati jika tak mengumpulkan bagian yang terpisah. Begitulah kiranya, ketika jiwa muda menggelora dan ingin membuat perubahan. Pada dasarnya perubahan bukanlah tentang kecil atau besar, namun bagaimana perubahan ini bernilai kebaikan di mata masyarakat dan Tuhan Yang Maha Esa. Begitulah perjalanan singkat pemuda bernama Iccan dalam menggeluti literasi dalam perantauan. Hingga tiba saatnya ia dan beberapa rekannya mencanangkan untuk membangun komunitas.

***

Siang itu, saat matahari meninggi. Iccan dan rekannya yang bernama Yasmin mendiskusikan tentang hal apa yang dapat dikembangkan di kecamatannya. Ide ini bermula dari keresahan tentang peran mahasiswa yang silih berganti datang melaksanakan kerja kuliah nyata atau yang sering disebut dengan KKN, namun serasa acara ceremonial belaka. Dua muda-mudi itu tak menghakimi apa yang datang sebagai keharusan membawa perubahan yang besar, namun ada amanah khusus kepada pundak mahasiswa yang lahir dari kecamatan mereka. Singkat waktu diskusi mereka di pelataran masjid itu bermuara pada pengembangan literasi.

Memang tak mudah seperti yang dibayangkan. Banyak orang yang merasa asing dengan gerakan yang mereka buat.

Lambat laun, beberapa mahasiswa pun terkumpul dan memiliki visi misi yang sama. Visi yang ingin literasi berdaya di kecamatannya. Perkumpulan itu kemudian mereka beri nama “Komunitas Rumah Baca Nanggarjati”. Komunitas yang bergerak tanpa pamrih untuk membudayakan literasi, khususnya di tanah kelahiran mereka yaitu Kecamatan Arse; satu kecamatan yang terletak di Tapanuli Selatan, Sumatera Utara.

Komunitas Rumah Baca Nanggarjati kemudian bertumbuh dengan segala dinamika yang ada mulai dari kehadiran yang dianggap tak penting, abu-abu, atau dianggap sebagai komunitas yang buang waktu. Namun bagi Iccan dan kawan-kawannya yang lain, komunitas ini adalah tempat bertumbuh. Bertumbuh memberi kebermanfaatan di masyarakat dan anak-anak sekolah.

Pertumbuhan pun dimulai dari Gerakan Literasi Sekolah. Gerakan Literasi Sekolah adalah gerakan penyadaran literasi yang ditujukan untuk anak-anak sekolah di sekitar Kecamatan Arse. Saat itu Tuhan berpihak kepada mereka, Iccan dan rekan-rekannya mampu mengumpulkan massa dan mensosialisasikan gerakan literasi sederhana, mulai dari sudut baca, minat baca, baca tulis dan sebagainya. Kegiatan yang berlangsung selama dua hari ini disambut gegap gempita oleh sekolah-sekolah yang mereka kunjungi, sebut saja SMAN 1 Arse dan SMKN 1 Arse. Lambat laun kenangan ditanggalkan oleh Iccan dan rekannya yang lain, memberi apresiasi berupa buku bacaan kepada para peserta. Memang sederhana, namun membekas pada jiwa-jiwa mereka yang ingin memberdayakan literasi.

Waktu berputar begitu cepat dan tepat. Seakan membawa pada satu posisi yang membosankan. Aktivitas literasi terasa membosankan tanpa kehadiran sekretariat. Namun untuk membuat itu, tentulah tak akan tercapai. Maklum saja, mereka semua masih dibiayai oleh orang tuanya masing-masing. Sekretariat bukan menjadi masalah besar, hukum rimba pun berlaku untuk majunya literasi ini. Beberapa rekan Iccan sudah hilang tanpa alasan. Hingga tiba masa sulit serasa sendiri. Berkumpul dengan orang yang satu visi memang sangatlah menyenangkan, tetapi namanya hidup sudah berpeluang antara meninggalkan atau ditinggalkan. Komunitas berlalu demikian, kini tinggal Iccan dan beberapa rekannya yang memajukan literasi dari desanya masing-masing.

Suatu pagi, keresahan untuk literasi berdaya terjawab sudah. Saat matahari baru terbit, di pagi yang buta. Seorang wanita paruh baya datang menghampiri Iccan yang sedang menikmati secangkir Robusta. Wanita itu mendekat kemudian membuka pembicaraan dengan salam.

“Assalamualaikum, Nak.”

“Waalaikumsalam, Bu.”

Perbincangan pun dimulai dengan begitu cair dan bersahaja. Keduanya terlihat akrab, sebut saja namanya Bu Rina. Pertemuan pagi itu merumuskan tentang kegiatan yang akan dikembangkan di Perpustakaan Al-Hidayah Natambang Roncitan. Perpustakaan Al-Hidayah merupakan salah satu perpustakaan desa yang berada di Kecamatan Arse. Kegiatan demi kegiatan pun mereka canangkan mulai dari sirkulasi baca, pinjam buku, dan donasi buku. Memberdayakan literasi tentu adalah kewajiban semua orang. Tanpa terkecuali, karena literasi berdaya adalah keharusan. Kegiatan-kegiatan di Perpustakaan Al-Hidayah Natambang Roncitan berhasil membuka peluang yang lebih besar untuk perpustakaan. Sekitar Agustus 2020 Perlombaan Perpustakaan Tingkat Provinsi pun digelar. Iccan dan petugas perpustakaan serta aparat desa pun mencanangkan konsep untuk membawa Al-Hidayah ke kancah regional. Perjuangan itu tentunya tak sia-sia, mereka berhasil menyabet tiga besar dalam ajang bergengsi di Provinsi Sumatera Utara itu.

Literasi berdaya tentu bukan tentang seberapa besar kita menempatkan literasi sebagai pondasi dalam berpikir, namun menempatkan literasi sebagai pola pikir yang mencerdaskan. Dalam perjalananya Iccan selalu mecanangkan untuk terus bertumbuh dan mengabdi pada desa kelahirannya. Kisah ini hanya umpama hujan yang menetes dari langit dan akan membawa perubahan jika semua merasakan dan menjiwai literasi itu sendiri.

BIOGRAFI TOKOH DAN PENULIS

Iccan merupakan nama panggilan dari Mhd Ikhsan Ritonga, lelaki kelahiran Roncitan 30 Juli 1998. Merupakan alumnus Sastra Indonesia Universitas Negeri Medan. Saat ini berdomisili di Arse, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Bergiat di Forum Lingkar Pena Medan. Lelaki yang tertarik dengan dunia literasi ini juga merupakan alumnus kelas prosa Balai Bahasa Sumatera Utara. Beberapa tulisannya juga dimuat di media masa. Baginya literasi adalah keharusan yang harus dicintai dan dilakukan. Untuk berkomunikasi, penulis/tokoh dapat dihubungi melalui akun IG ikhsan_rtg, atau via e-Mail [email protected].

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *