Bilik Pustaka

Mewujudkan Perpustakaan Lingkup Desa Berbasis Digital sebagai Wadah Memajukan Perpustakaan Desa dalam Rangka Meningkatkan Desa yang Cerdas dan Sejahtera

Kemajuan teknologi yang sangat pesat pada beberapa dekade ini secara cepat mengubah kehidupan. Beberapa perkembangan dari kemajuan teknologi adalah munculnya internet yang semakin maju. Pada masa sekarang ini, internet sudah menjadi sebuah kebutuhan utama dalam menjalani kegiatan. Internet digunakan untuk mencari segala informasi yang dibutuhkan, melakukan transaksi dan sebagainya.

Keragaman fungsi dari internet ini memiliki dampak yang cukup besar pada dunia pustaka. Karena di internet sekarang sudah tersedia bahan bacaan berupa soft file dari sumber-sumber di internet, menjadi keberadaan Internet ini seolah-olah telah menggeser keberadaan buku sebagai jendela dunia.

Dulunya, sebelum internet maju, buku menjadi sumber segala informasi dan menjadi bacaan yang menarik untuk ilmu pengetahuan. Namun, keberadaan internet seolah-olah muncul dalam gelap, dan langsung secara sergap menikam peran buku. Padahal, buku memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan literasi seorang individu. Dengan membaca buku, individu dapat memiliki manfaat yang tidak dirasakan ketika membaca di internet. Dalam buku, kita bisa membentuk dan merasakan imajinasi yang lebih dalam, membuat individu lebih cerdas, meningkatkan kumpulan tata bahasa, meningkatkan analisis dan ketekunan, dan lain-lain yang tentunya akan memiliki dampak positif terhadap individu.

Permasalahan kepustakaan Indonesia tidak hanya begitu saja. Jika dilihat dari sisi literasi pun, Indonesia masih terjerat dalam angka literasi yang masih rendah. Jika dilihat dari data Alibata Kemendikbud, dilansir dari katadata (2020) ditemukan bahwa dengan data tahun 2019 dari Indeks Aktivitas Literasi Membaca (Alibaca) oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), yang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kecakapan, akses, alternatif, dan budaya, ditemukan bahwa satu provinsi memiliki indeks yang sangat rendah, dua puluh empat provinsi berkategori rendah dan hanya sembilan provinsi yang masuk dalam kategori sedang.

Minat membaca di Indonesia yang rendah dikarenakan beberapa faktor, seperti kecenderungan untuk belanja barang-barang yang mewah untuk kepentingan derajat sosial, orangtua yang kurang berperan dalam menanamkan sikap pentingnya membaca buku, serta masyarakat lingkungan yang kurang peduli dalam mendirikan sebuah gerakan dalam lingkup perumahan maupun sekolah yang mendukung literasi seperti taman bacaan, dan sebagainya. Kurangnya ketertarikan untuk membaca tentunya akan berdampak pada masa depan nanti.

Negara Indonesia yang masih menjadi negara berkembang, dan memerlukan insan-insan yang cerdas untuk membangun negeri menjadi lebih maju untuk mencapai cita-cita Bangsa dan Negara, akan sangat sulit untuk mendorong kemajuan bangsa ketika minat untuk membaca masih rendah.

Permasalahan dan dampak yang terjadi karena minat baca yang rendah ini tentunya sudah diusahakan oleh pemerintah. Pemerintah sudah memberikan beberapa kontribusi dalam meningkatkan literasi baik pusat maupun daerah, seperti Gerakan Literasi Nasional, pembentukan budaya literasi di lingkungan sekolah, taman bacaan, dan sebagainya. Selain itu, pemerintah desa juga mampu memiliki peran dalam meningkatkan literasi bagi masyarakatnya terutama anak-anak, salah satunya adalah Perpustakaan Desa.

Menurut Surat Keputusan (SK) Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 3 Tahun 2001, Perpustakaan Desa/Kelurahan adalah perpustakaan masyarakat sebagai salah satu sarana/media untuk meningkatkan dan mendukung kegiatan pendidikan masyarakat pedesaan, yang merupakan bagian integral dari kegiatan pembangunan desa/kelurahan. Terdapat beberapa tujuan dari perpustakaan desa, yaitu sebagai penunjang program wajib belajar, penyediaan buku-buku pembelajaran yang dapat menambah pengetahuan maupun kreatifitas, mendidik, memberikan pelayanan pustaka untuk mendekatkan masyarakat dengan buku serta yang utama yaitu menjadi sumber utama dalam peningkatan literasi masyarakat dengan penyediaan buku-buku segala informasi yang sangat bermanfaat kepada seluruh masyarakat penikmat perpustakaan, baik anak-anak maupun dewasa.

Tujuan-tujuan di atas memiliki satu tujuan mulia, yaitu untuk mencerdaskan insan-insan bangsa untuk dapat mewujudkan cita-cita Bangsa Indonesia yang terletak pada UUD 1945, yaitu memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, serta tujuan lain seperti pelaksanaan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Meski begitu, masih terdapat beberapa kendala dalam pelaksanaan perpustakaan desa. Kendala dalam melaksanakan perpustakaan desa sendiri terdiri dari beberapa faktor, yaitu dari sisi internal maupun eksternal. Hambatan-hambatan dari pengembangan perpustakaan desa dapat berasal dari kurangnya fasilitas dari perpustakaan desa dalam menyediakan buku bacaan yang menarik, kondisi perpustakaan yang kurang diketahui, pengelolaan perpustakaan desa yang masih kurang optimal, maupun dalam rangka pembinaan perpustakaan desa yang masih kurang baik. Seakan-akan, perpustakaan desa hanya didirikan begitu saja, namun tidak memiliki fungsi berarti kepada masyarakat desa dan kurangnya dukungan masyarakat terhadap perpustakaan desa juga terus menjadi hambatan terbesar dalam pengembangan manfaat perpustakaan desa yang lebih besar.

Eksistensi Internet juga seolah-olah menjadi musuh dari perpustakaan desa. Internet telah membuat individu cenderung tidak tertarik untuk membaca buku. Visual, bacaan yang lebih mudah dan murah didapatkan dengan internet terus menjadi alasan-alasan yang terus mendukung internet dapat menjadi musuh terbesar dalam pengembangan perpustakaan desa sebagai wadah pendukung literasi di desa.

Lalu, dengan besarnya hambatan baik dari sisi internal maupun eksternal yang tidak terbendungi akan dapat menyebabkan proses pengembangan perpustakaan desa menjadi semakin sulit. semakin majunya teknologi yang tak terbendung, serta kurangnya optimalisasi manfaat perpustakaan desa yang secara jangka panjang akan dapat menghancurkan perpustakaan desa secara berkeping-keping. Bagaimanapun juga, ketika perpustakaan desa nantinya tidak lagi beroperasi, maka sumber literasi dalam lingkup terdekat selain keluarga pun menghilang.

Fungsi-fungsi dan tujuan-tujuan dari perpustakaan desa yang menghilang serentak tentunya akan membuat banyak sekali dampak negatif yang terjadi, seperti semakin menurunnya minat baca dan literasi oleh penduduk desa, kurang berkembangnya tingkat kecerdasan penduduk desa, ketergantungan terhadap internet yang ketika terjadi candu dengan internet, terutama dengan sosial media akibat penggunaannya yang sebagian besar masih terarah terhadap penggunaan bersosial akan menyebabkan kurangnya komunikasi tatap muka dan kreativitas untuk melatih dan menambah keahlian individu, kurangnya penggunaan waktu yang lebih produktif, serta dapat menyebabkan terjadinya kekurangan rasa hormat terhadap sesama manusia sehingga terjadi bullying, hacking, carding maupun pornografi. Tentunya dampak negatif ini akan mempengaruhi mental seseorang, dan yang paling utama adalah ketika dampaknya akan lebih besar pada usia anak-anak maupun remaja. Mental anak-anak maupun remaja yang masih kurang stabil akan menjadi sasaran empuk dengan kerasnya dunia maya, sehingga ketika terjerat dalam satu hal negatif tentunya akan sangat berdampak pada kehidupannya nanti.

Untuk menunjang keberlangsungan perpustakaan desa harus dilakukan perubahan. Sekarang terpikirkan kembali; apa yang dimaksud perubahan, dan apa perubahan yang dapat dilakukan untuk dapat membuat perpustakaan desa tetap hidup? Sebenarnya, perubahan dapat dilakukan dengan berbagai aspek, baik dari sisi sumber daya manusia, fasilitas, maupun perencanaan penambahan bangunan perpustakaan desa. Namun, ketika hanya melakukan perubahan dari aspek-aspek itu saja, apakah dapat menjamin perpustakaan desa dapat menjadi hidup kembali? Apakah perpustakaan desa dapat mengibarkan sayapnya lebih lebar untuk menunjang keberhasilan dari sisi minat membaca masyarakat desa maupun kecerdasan? Jawaban yang dapat menyingkat segala pertanyaan in ialah: Tidak.

Jawaban sebelumnya membuat kita berpikir; kenapa tidak bisa? Memang dengan perubahan dari aspek-aspek ini masih kurang membawa keberhasilan dalam peningkatan perpustakaan desa? Jawabannya adalah karena sebenarnya permasalahan utama dalam konteks pengembangan perpustakaan desa ialah dari sisi eksistensi internet.

Permasalahan aspek dari sumber daya manusia dapat dilakukan dengan intervensi pemerintah melalui pelatihan-pelatihan kepustakaan, optimalisasi fasilitas perpustakaan desa juga dengan menggunakan Anggaran Desa yang sesuai dengan prosedur akan dapat dilakukan dengan mudah, namun, apakah kita dapat menerjang hambatan dari internet, selaku perubahan dari sisi teknologi yang semakin lama semakin maju?

Tentunya akan sulit dalam melakukannya, karena semakin lama, fungsi internet pun akan semakin luas dan mencakup seluruh kehidupan, dan semakin sulit untuk mengatasi dampak-dampaknya kepada perpustakaan desa. Maka, terpikirkan salah satu perubahan utama yang tentunya akan berdampak besar pada pengembangan perpustakaan desa, yaitu menjadikan kemajuan teknologi sebagai kawan dalam pengembangan perpustakaan desa.

Kemajuan teknologi dari sisi Teknologi Informasi atau ICT, yang sudah digunakan oleh berbagai institusi seperti kampus maupun perkantoran sebagai media manajemen dalam pendidikan, pembelajaran maupun perpustakaan. Dengan sistem teknologi informasi ini, tentunya berkaitan langsung dengan sistem perpustakaan yang mengarsip, menyimpan, dan sebagai tempat tersedianya segala informasi yang dibutuhkan. Dalam membangun teknologi sebagai pendukung pengembangan perpustakaan desa, dapat dilakukan pengembangan perpustakaan desa berbasis digital.

Perpustakaan digital sendiri menurut Digital Library Federation dalam Pendit (2008) ialah berbagai organisasi yang menyediakan sumberdaya, termasuk pegawai yang terlatih khusus, untuk memilih, mengatur, menawarkan akses, memahami, menyebarkan, menjaga integritas, dan memastikan keutuhan karya digital, sedemikian rupa sehingga koleksi tersedia dan terjangkau secara ekonomis oleh sebuah atau sekumpulan komunitas yang membutuhkan.

Fahmi (2004) mendefinisikan perpustakaan digital sebagai sebuah sistem yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, koleksi elektronik, staf pengelola, pengguna, organisasi, mekanisme kerja, serta layanan dengan memanfaatkan berbagai jenis teknologi informasi. Jika ditelaah dari berbagai definisinya, ditemukan bahwa makna perpustakaan digital adalah proses pengoleksian data-data buku maupun sistem kerja yang dilakukan dengan sistem digital.

Terdapat beberapa alasan mengapa diperlukan pembangunan perpustakaan digital, seperti yang dikemukakan oleh Chapman dan Kenney (Dalam Sismanto, 2008), yaitu dari sisi internal perpustakaan sendiri seperti efisiensi dan kemudahan pekerjaan dalam perpustakaan dan pemberian layanan yang lebih baik, serta citra perpustakaan yang lebih tinggi. Alasan diperlukan perpustakaan digital juga dilihat dari fungsi eksternal seperti pengembangan infrastruktur dari tiap daerah, kerjasama koleksi buku perpustakaan dengan institusi lain dan menggunakan akses digital sebagai pengembangan fungsi perpustakaan. Yang terakhir ialah dari sisi nilai buku yaitu untuk menurunkan nilai harga cetak maupun pemeliharaan dan meningkatkan nilai usia sebuah buku dalam bentuk digital.

Dengan perpustakaan berbasis digital, maka seluruh koleksi dan pelaksanaan perpustakaan dilakukan dengan media teknologi informasi yang dilakukan dengan berbagai elemen. Elemen pertama adalah hardware yang pada umumnya, perpustakaan digital memiliki beberapa hardware seperti book scanner, komputer, CD-ROM, CD writer drive, dan CD reader drive. Elemen kedua ialah software seperti apache yang bersifat open source, contohnya yaitu IIS atau Internet Information Services.

Elemen selanjutnya yang tidak kalah penting ialah jaringan dan data, dimana jaringan akan menghubungkan antara dokumen dalam perpustakaan dengan sumber daya manusia dengan berbagai bagian yang terdiri dari Network Interface Card maupun modern router.

Elemen terakhir ialah tentunya sumber daya manusia yang membantu mengoperasikan dan bertanggung jawab dalam berbagai divisi dalam pengerjaan perpustakaan, seperti basis data, operasional jaringan komputer, pengaksesan sistem, operasional website, dan rancangan tampilan website. Ketiga elemen ini saling berkesinambungan satu sama lain dan berproses untuk mencapai tujuan teknologi informasi yang menjadi proses utama dalam pelaksanaan perpustakaan digital.

Pengembangan perpustakaan digital ini tentunya akan sangat baik dalam menunjang kedaulatan literasi di desa. Beberapa manfaat dari membangun perpustakaan berbasis digital menurut Gatot Subrata (2009) adalah penggunaan yang bebas dan dapat diakses dimanapun, kemudahan dalam pencarian buku karena dibantu oleh sistem, pencegahan plagiarisme dan duplikasi, publikasi karya tulis yang lebih luas dan mendunia karena bantuan internet, serta lebih murah dan hemat karena tidak melakukan pencetakan dan distribusi buku, serta tidak melakukan pemeliharaan buku. Proses dalam melakukan dan perencanaan perpustakaan digital sendiri cukup mudah, yaitu dikutip dari Suryandari (2007), ditentukan beberapa proses digitalisasi sebuah karya untuk menjadi produk bacaan digital, yaitu:

  • Pemindaian dokumen dengan menggunakan mesin cetak agar dapat mengubah sebuah dokumen cetak menjadi dokumen digital
  • Pengolahan berkas dalam komputer yang mencakup pemberian peraturan dan hal-hal yang perlu dilindungi maupun pemberian tanda kepemilikan milik perpustakaan seperti Optical Character Recognition.
  • Pengiriman data dokumen digital ke dalam berkas file di perpustakaan digital.
  • Pembuatan server untuk menunjang keamanan data dengan pemisahan antara server yang terhubung terhadap intranet perpustakaan dan internet umum.

Dengan mengetahui cara-cara digitalisasi buku menjadi produk digital, serta dengan berbagai manfaat yang bisa didapatkan tentunya menjadi menarik untuk merencanakan pembangunan perpustakaan digital untuk lingkup desa. Tentunya, pengembangan perpustakaan desa berbasis digital akan sangat bermanfaat untuk masyarakat desa. Keuntungan dalam memiliki perpustakaan desa berbasis digital tidak hanya didasarkan semata-mata oleh adanya perpustakaan di desa saja, namun bak sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui, namun juga didasarkan oleh adanya perkembangan untuk mempelajari kemajuan teknologi oleh semua masyarakat desa.

Ketika nantinya semua masyarakat juga mengerti dan memahami pentingnya mengerti dan memahami sistem teknologi informasi yang lebih baik, terdapat kemungkinan bahwa sistem ini tidak hanya digunakan pada basis perpustakaan saja, namun juga dari basis perdagangan, pertanian, dan sebagainya.

Maka, untuk membangun perpustakaan desa berbasis digital, tentunya diperlukan beberapa perencanaan dan intervensi dari pihak-pihak tertentu. Setidaknya, terdapat tiga pihak utama yang dapat mendukung pembangunan perpustakaan berbasis digital ini, yaitu pemerintah, masyarakat setempat, dan kaum muda.

Pemerintah selaku pihak yang mampu untuk membentuk dan menyetujui kebijakan akan memiliki peran utama dan penting dalam perencanaan pembangunan perpustakaan desa berbasis digital dengan berbagai cara, contohnya bekerjasama dengan pihak-pihak swasta, melakukan perancangan anggaran, mengajak seluruh masyarakat desa untuk dapat mengerti dan memahami kebermanfaatan perpustakaan desa berbasis digital, melakukan diskusi dengan aparat-aparat pelaksana lingkup desa dan lain sebagainya.

Selanjutnya ialah dari masyarakat setempat. Tentunya, segala keputusan terkait perpustakaan desa bergantung dari bagaimana masyarakat itu sendiri menyikapinya. Sebagai masyarakat, hal paling kecil yang dapat dilakukan ialah dengan cara mendukung pengembangan perpustakaan desa berbasis digital ini. Tidak hanya dari pendukungan saja, namun juga diiringi dengan rasa semangat dan tanggung jawab untuk dapat membantu pelaksanaan perpustakaan desa berbasis digital.

Pihak terakhir yang juga penting dalam pengembangan perpustakaan adalah kaum muda. Sebagai agent of change, memiliki peranan untuk menjadi pusat dari kemajuan bangsa Indonesia itu sendiri karena pemuda yang akan menjadi generasi penerus bangsa. Pemuda akan memiliki peran-peran penting dalam perencanaan pembangunan perpustakaan desa berbasis digital, karena dengan melakukan implikasi pembelajaran yang didapatkan, serta dengan sikap kritis, maka pemuda dapat terus membawa perubahan dan pendukungan implementasi dari perpustakaan desa berbasis digital untuk dapat mencapai kesejahteraan masyarakat desa yang lebih baik.

Selain dari sisi pendukungan, para pemuda juga mampu berkontribusi dalam pengembangan minat literasi terlebih dahulu, yang dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti pembuatan poster, booklet, maupun kegiatan yang mendukung tumbuh kembangnya minat literasi yang nantinya, dengan adanya pembangunan perpustakaan desa berbasis digital, perpustakaan desa menjadi sumber utama dalam peningkatan indeks literasi masyarakat.

Setelah menetapkan pihak utama yang akan berkontribusi dalam pengembangan perpustakaan desa berbasis digital ini, maka dapat dilakukan perencanaan perpustakaan desa berbasis digital yang dituliskan dengan lima tahapan. Pada tiap tahapan akan berisikan apa, mengapa dan bagaimana dalam melakukan pengembangan perpustakaan desa berbasis digital. Dalam tiap tahapan ini juga, ditetapkan bagaimana pihak-pihak utama dalam pembangunan perpustakaan desa berbasis digital ini bekerja.

Tahapan pertama adalah input program. Dalam tahapan ini, para pemerintah diharapkan untuk mulai bekerja dalam merencanakan pembangunan perpustakaan desa berbasis digital. Dalam melakukan perencanaannya, tentu harus dilakukan berbagai pertemuan-pertemuan rapat dengan beberapa pihak tertentu, melakukan perundingan dengan masyarakat setempat, serta mengevaluasi saran dan kritik dari pertemuan dan perundingan. Tidak hanya itu, pemerintah juga harus melakukan perencanaan anggaran untuk membangun perpustakaan digital dengan mempertimbangkan beberapa bagian dalam sistem teknologi yang digunakan, baik dari software yang akan dipasang, hardware yang akan diberikan dan menjadi aset perpustakaan desa, serta sumber daya manusia yang mencakup teknisi dan pengurus perpustakaan.

Anggaran juga disusun dengan mencakup keseluruhan dana, baik pendapatan maupun pengeluaran agar tercapai transparansi pendanaan perpustakaan desa ini. Setelah melakukan finalisasi anggaran dan perencanaan yang sudah direvisi sesuai dengan kritik dan saran dari masyarakat, maka dapat dilakukan perundingan kembali hingga mendapatkan hasil rapat yang disetujui oleh semua pihak dan sudah dapat dimulai proses pembangunan perpustakaan. Tahapan ini juga dapat disebut dengan tahap pematangan konsep.

Selanjutnya adalah tahapan intervensi. Pada tahapan ini, sudah dimulai proses pembangunan perpustakaan desa. Dalam tahapan ini, tidak hanya dilakukan pembangunan perpustakaan desa saja, namun juga diharapkan untuk dapat membangun sarana lain seperti wi-fi spot untuk bagian di luar perpustakaan untuk menunjang pembelajaran yang lebih meluas dan pembangunan pilar sinyal yang bekerjasama dengan provider.

Tahap intervensi merupakan tahapan yang kritis dalam pembangunan perpustakaan desa berbasis digital ini, karena ketika terjadi beberapa hambatan baik internal maupun eksternal, maka keseluruhan pembangunan ini akan terhambat maupun tidak sesuai dengan apa yang diperkirakan. Untuk itu, diperlukan pengawasan dari masyarakat setempat dan kaum muda untuk dapat mengawal proses pembangunan perpustakaan digital dalam lingkup desa. Tahapan ini juga dapat disebut dengan tahap pembangunan infrastruktur.

Tahap ketiga adalah tahap output. Pada tahap ini, dapat dianggap bahwa proses pembangunan perpustakaan desa berbasis digital sudah selesai, dan sudah tersedia perpustakaan desa digital. Software sudah tersedia serta hardware yang akan menjadi aset kepemilikan desa sudah dilakukan legalisasi dan tertata di ruangan. Pada tahap ini, sumber daya manusia yang akan dipekerjakan dalam perpustakaan digital sudah dilatih untuk melakukan pekerjaannya sesuai dengan divisi masing-masing.

Proses dalam digitalisasi dokumen buku seperti scanning, editing dan uploading juga dilakukan pada tahap output agar perpustakaan desa digital memiliki koleksi buku dalam website. Website dalam perpustakaan ini juga sudah dilakukan tahap penyesuaian dengan apa saja bagian yang harus tersedia dalam perpustakaan seperti kolom search untuk mencari buku, kolom peminjaman buku yang dituliskan sesuai kebutuhan dalam form dan sebagainya.

Dalam tahap ketiga ini pun pelaksanaannya dapat dibantu oleh masyarakat setempat maupun kaum muda. Selain dalam melakukan proses digitalisasi dokumen buku, para kaum muda juga dapat saling bekerjasama untuk menambah jumlah koleksi buku dengan cara membuka sumbangan buku-buku bacaan yang masih layak pakai dan bekerjasama dengan perpustakaan lain. Tidak hanya itu, para kaum muda juga dapat melakukan dukungan dengan menggencarkan gerakan literasi di lingkungan agar semakin banyak yang tertarik untuk membaca dan meminjam buku di perpustakaan digital.

Tahap selanjutnya adalah outcome jangka pendek dan menengah. Pada tahap ini, mulai terlihat hasil dari perpustakaan desa berbasis digital. Tentunya, dalam tahap ini para masyarakat desa sudah dapat menikmati perpustakaan desa digital. Untuk mendukung pelaksanaan program perpustakaan desa digital ini dapat berjalan dengan baik dalam jangka panjang, maka para masyarakat desa diharapkan untuk mampu mendukung keberadaan perpustakaan desa digital dengan cara terus bersedia untuk membantu dalam pengembangan perpustakaan.

Pengembangan perpustakaan desa digital ini dapat dibantu dengan pemberian feedback kritik saran terhadap penyelenggaraan perpustakaan desa digital. Tidak hanya itu, dalam rangka meningkatkan manfaat perpustakaan desa ini juga dapat dilakukan berbagai kegiatan seperti lomba-lomba literasi dan karya tulis dalam desa untuk meningkatkan rasa semangat literasi kepada anak-anak generasi penerus bangsa di desa.

Tahapan terakhir adalah Outcome Jangka Panjang. Diharapkan, dalam jangka panjang ini, perpustakaan desa digital dapat terus menjadi sumber utama dalam peningkatan literasi masyarakat desa. Sehingga, dalam jangka panjangnya, tingkat indeks literasi penduduk desa meningkat, serta penduduk desa menjadi lebih cerdas.

Ketika penduduk desa dapat menjadi lebih cerdas, maka niscaya akan mendorong desa menjadi desa yang lebih makmur dan sejahtera dengan sumber daya yang lebih pintar dan mengerti pentingnya literasi dan minat membaca buku yang tinggi. Sehingga, masa depan para anak-anak di desa dapat memiliki pekerjaan yang layak dan siap untuk menjadi tenaga kerja yang lebih kompetitif sehingga dapat mengurangi pengangguran. Tidak hanya itu, anak-anak yang menjadi generasi penerus bangsa akan lebih mengerti dan paham untuk dapat membantu mensejahterakan masyarakat bangsa, sehingga dapat membantu memberantas kemiskinan penduduk desa, membantu mencapai tujuan cita-cita bangsa yang tertera dalam UUD 1945, bahkan mencapai tujuan pembangunan yang dituliskan dalam Sustainable Development Goals.

Maka, dari poin-poin diatas, dapat dituliskan bahwa kemajuan teknologi, terutama internet sudah seraya-raya membuat buku tidak menarik untuk dibaca. Hal itu menjadi sebuah hambatan bagi perpustakaan untuk berdiri. Tidak kalah menarik, permasalahan literasi di Indonesia masih cenderung rendah. Besarnya hambatan-hambatan ini tentunya akan mempengaruhi bagaimana masa depan Indonesia nanti. Maka, dalam rangka mencegah hambatan dari semakin majunya teknologi, maka dicetuskan inovasi yang menjadi kemajuan teknologi menjadi “sahabat” dengan perpustakaan, yaitu perpustakaan desa berbasis digital.

Dengan proses digitalisasi dokumen dan menggunakan sistem teknologi informasi, maka perpustakaan desa berbasis digital ini akan menjadi inovasi yang menarik untuk dilakukan agar dapat meningkatkan kedaulatan literasi masyarakat desa. Tentunya, dalam melakukan pembangunan perpustakaan desa berbasis digital ini diperlukan intervensi dari pihak-pihak utama yaitu pemerintah, masyarakat setempat dan kaum muda. Dengan melakukan perencanaan dan dilakukan sesuai dengan tahapan, maka niscaya program perpustakaan desa berbasis digital ini akan berdampak positif terhadap kesejahteraan masyarakat desa dalam jangka panjang.

DAFTAR PUSTAKA:

  • Adiel, N. (2020, April 25). 10 Dampak Negatif Internet yang Biasanya Gak Kamu Sadari. From Idntimes’ Article: https://www.idntimes.com/tech/trend/nathan-adiel/10-dampak-negatif-internet-yang-biasanya-gak-kamu-sadari-c1c2/10
  • Asnawi. (2015). Perpustakaan Desa Sebagai Sumber Layanan Informasi Utama. Pustakawan, 40-46.
  • Blumenfeld, S. (1999). Why the Internet will Never Replace Books. From Homeschool World’s Article: https://www.home-school.com/Articles/why-the-internet-will-never-replace-books.php
  • cdadmin. (2020, March 20). Importance Of Books In Students Life. From The Asian School’s Article: https://www.theasianschool.net/blog/importance-of-books-in-students-life/#:~:text=Books%20give%20plenty%20of%20joy,students%20and%20sharpen%20their%20intellect.
  • Dewi, I. A. (2016, April 29). Peranan Buku di Tengah Kemajuan Teknologi. From Kompasiana Web Site: https://www.kompasiana.com/idaayucandradewi/5722a1f7157b612f0eee41b6/peranan-buku-di-tengah-kemajuan-teknologi
  • Distributor Buku. (2020, January 23). Pentingnya Inovasi Perpustakaan Desa Untuk Meningkatkan Minat Baca Masyarakat. From Artikel Perpustakaan Desa: https://edukasi.kompas.com/read/2019/09/10/15225581/3-hal-ini-jadi-penyebab-rendahnya-minat-baca-anak-indonesia?page=all
  • Fahmi, Ismail. (2004). Inovasi Jaringan Perpustakaan Digital: Network of Networks (NeONs). Makalah Seminar dan Workshop Sehari Perpustakaan dan Informasi Universitas Muhammadiyah Malang 4 Oktober 2004.
  • Fatmawati, E. (2017). Dampak Media Sosial terhadap Perpustakaan. Libraria, 1-28.
  • Fitri, S. K. (2016, December 27). Perpustakaan Digital. Retrieved from Artikel Perpustakaan: https://basipda.bekasikab.go.id/berita-perpustakaan-digital.html
  • Hutapea, E. (2019, September 10). 3 Hal Ini Jadi Penyebab Rendahnya Minat Baca Anak Indonesia. From Kompas Edukasi: https://edukasi.kompas.com/read/2019/09/10/15225581/3-hal-ini-jadi-penyebab-rendahnya-minat-baca-anak-indonesia?page=all
  • Hutapea, E. (2019, June 23). Dapatkah Internet Jadi Solusi Meningkatkan Literasi Indonesia? From Kompas Edukasi: https://edukasi.kompas.com/read/2019/06/23/07112161/dapatkah-internet-jadi-solusi-meningkatkan-literasi-indonesia?page=all
  • Ibrahim, A., & Afrina, M. (2011). Pengembangan Model Perpustakaan Berbasis Teknologi Informasi untuk Meningkatkan Kinerja Layanan Perpustakaan dan mewujudkan perpustakaan ideal berbasis digital di Fasilkom Unsri. KNTIA, 87-94.
  • Pendit, Putu Laxman (Ed.). 2007. Perpustakaan Digital: Sebuah Impian dan Kerja Bersama. Jakarta: Agung Seto
  • Pusparisa, Y. (2020, February 27). Tingkat Literasi Indonesia Masih Rendah. From Databoks Katadata: https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2020/02/27/tingkat-literasi-indonesia-masih-rendah
  • Sismanto. 2008. Manajemen Perpustakaan Digital. http://mkpd.wordpress.com/2008/09/08/kupas-buku-manajemen-perpustakaan- digital/
  • Subrata, G. (2009). Perpustakaan Digital. Malang: Seminar Pustakawan Perpustakaan UM.
  • Suryandari, Ari (Ed.). 2007. Aspek Manajemen Perpustakaan Digital. Jakarta: CV Sagung Seto.
  • Seluruh Opini dari penulisan ini berasal dari penulis.

BIOGRAFI PENULIS

Nama : Devanya Leonie Chandra
TTL : Tanjung Pinang, 23 Juli 1999
Domisili : Jakarta
Pendidikan Terakhir : S1 Ilmu Ekonomi
Pengalaman Organisasi:

  • Staf Ahli di Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi (HIMIESPA) Universitas Gadjah Mada (2018-2019)
  • Wakil Sekretaris OSIS SMAN 61 Jakarta (2015 – 2016)

Prestasi:

  • Finalis Lomba Essay yang diselenggarakan oleh BEM UPI Serang (2021)
  • Top 16 Essay Competition di Talkinc (2020)

Email: [email protected]
Instagram: dvnleonie
WA: 087883748805

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *