Hasil survey dari beberapa lembaga terkemuka baik nasional maupun internasional menyatakan minat baca di Indonesia berada pada tahap yang mengkhawatirkan. Awal Desember tahun lalu kita dikejutkan dengan hasil pisa yang menempatkan Negara ini pada urutan ke-74 dari 79 negara dengan skor rata-rata 371 untuk kemampuan literasi. Hal ini mengudang pertanyaan, benarkah minat baca anak-anak Indonesia rendah? Budaya baca sangat rendah hingga interaksi anak dan bahan bacaan terasa asing. Ada sekat antara dunia anak dan bahan bacaan. Seperti ada mata rantai yang terputus antara anak dan buku.
Ada beberapa faktor yang memutuskan mata rantai sehingga anak tidak dekat dengan buku. Di antaranya adalah kebiasaan dalam keluarga yang menganggap buku adalah bahan pelajaran saja. Kebiasaan ini terpatri secara tak sadar dalam diri anak, buku adalah bahan pelajaran untuk mendukung prestasi akademik saja. Buku tidak hadir sebagai teman dan hiburan. Anak yang rajin membaca adalah anak pintar. Padahal dengan membaca anak tidak hanya pintar tetapi juga berpengetahuan luas, yang dapat digunakan tak sekadar untuk nilai akademik tetapi juga bekal untuk masa depan.
Selain itu, faktor lain yang juga sangat berpengaruh pada budaya literasi dan minat baca adalah akses buku yang kurang dekat dengan anak-anak. Ada banyak anak-anak di daerah perbatasan kota yang begitu rindu dengan media hiburan edukatif. Tidak tesedianya bahan bacaan yang dapat dijangkau membuat akses terhadap bahan bacaan semakin jauh. Permasalahan ini tidak hanya berlaku untuk anak-anak di daerah 3T tetapi kerap juga terjadi pada anak-anak yang berada di pinggiran kota.
Paradigma perpustakaan yang hadir sebagai gudang buku dengan konotasi negatif juga menciptakan pola pikir yang menjauhkan anak dengan kebiasaan berdekatan dengan buku. Buku yang dibutuhkan kerap terkurung dalam ruang yang tidak bersahabat dengan dunia anak, padahal buku adalah hiburan termurah untuk memahami dan melihat semesta.
Di tengah kerumitan permasalahan tingkat literasi yang rendah, segelintir pihak dari kalangan masyarakat terketuk untuk menjadi bagian pengurai simpul permasalahan yang ada di lapangan melalui Taman Bacaan Masyarakat. Taman Bacaan Masyarakat (TBM) hadir di tengah kegusaran negeri ini akan rendahnya tingkat literasi terutama anak-anak sebagai pewaris masa depan. Kehadiran taman bacaan masyarakat menjadi gerakan yang masif berusaha menjawab pertanyaan di awal: benarkah minat baca anak-anak negeri ini rendah? Jawabnya “tidak”, hanya saja ada mata rantai yang terputus antara dunia anak dan buku.
Taman Bacaan Masyarakat (TBM) merupakan layanan pengembangan keaksaraan masyarakat yang bertujuan untuk menumbuhkembangkan minat/kegemaran membaca guna mewujudkan masyarakat pembelajar sepanjang hayat. Sampai saat ini sudah ribuan penggiat dan atau lembaga yang menyelenggarakan layanan TBM, dan banyak yang sudah berhasil membangun keaksaraan/literasi masyarakat dalam mendukung terwujudnya 6 literasi dasar masyarakat menyongsong abad-21.
Dalam UUD 1945 disebutkan, bahwa negara bertanggung jawab mewujudkan masyarakat yang cerdas. Untuk mencapai bangsa yang cerdas, harus terbentuk masyarakat belajar. Masyarakat belajar dapat terbentuk jika memiliki kemampuan dan keterampilan mendengar dan minat baca yang besar. Apabila membaca sudah merupakan kebiasaan dan membudaya dalam masyarakat, maka jelas buku tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari dan merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi.
TBM hadir untuk mengambil peran dalam mewujudkan cita-cita bangsa. Selain itu TBM juga hadir untuk mengaitkan kembali mata rantai yang terputus itu. Taman bacaan masyarakat diharapkan dapat menjadi objek wisata edukatif. Memang pada awalnya banyak yang menyangsikan peran taman bacaan masyarakat. Namun seiringnya waktu taji taman bacaan masyarakat di tengah lingkungan masyarakat semakin tajam dan tertancap.
Masyarakat pun mulai mau ikut terlibat dalam kegiatan yang digalakkan dengan basis TBM sebagai pusatnya.
‘Kegilaan’ yang dilakukan oleh pengelola TBM untuk mengambil perannya banyak disangsikan beberapa pihak, walau begitu tak sedikit pula decak kagum yang menyertai. Pengelola yang berasal dari beragam kalangan menjadi warna tersendiri dalam giat TBM. TBM dengan berbagai corak keunggulan dari swadaya mandiri siap menjadi penyeimbang akan kebutuhan kehadiran bahan bacaan di tengah masyarakat. Kerap pengelola TBM hanya bermodalkan niat dan semangat saja, bahkan bahan bacaan masih sangat terbatas. Dengan segala keterbatasan TBM terus berbenah dan berinovasi untuk dapat dilirik berbagai kalangan hingga mau mengambil bagian dari pengembangan potensi TBM. Pengelola TBM terus bergerak dalam keterbatasan melampaui batas zona nyaman.
Mengutip bahasa kids zaman now entah apa yang merasuki ‘para penggila’ itu. Sedari dulu selalu ada saja para penggila literasi hadir dengan berbagai daya upaya untuk mengajak semua kalangan peduli akan budaya literasi. Salah satu penggila itu berasal dari sudut kota Pekanbaru Riau yang bernama Muzakkir, S.Sos.
Dari pinggiran kota bertuah, lelaki yang juga berprofesi sebagai pustakawan di Dinas Perpustakaan dan Arsip Provinsi Riau sejak 2010 ini berusaha mewujudkan mimpinya memiliki perpustakaan. Dengan keterbatasan ruang dan fasilitas beliau merangkul masyarakat sekitar dengan mendirikan pojok baca di mushalla yang ada di kompleks perumahan warga. Pojok baca dengan koleksi buku pribadi dan beberapa pinjaman dari sahabat literasi adalah modal awal beliau bergerak. Karena begitu besar harapan dengan pojok baca tersebut, beliau menamai pojok baca itu “Taman Bacaan Masyarakat Iqro”. Beliau berharap pojok baca tersebut dapat berkembang menjadi taman bacaan yang menentramkan dan bermanfaat. TBM Iqro yang berdiri sejak 2018 itu pun memfasilitasi anak-anak untuk menikmati hiburan termurah yang kaya manfaat yaitu buku.
Ide dan kegigihan beliau menggagas pojok baca di lingkungan tersebut bak pucuk dicinta bagi masyarakat yang mulai cemas akan pergaulan anak-anak di sana. Kekhawatiran akan lingkungan yang tidak sehat membuat anak hanya saling berinteraksi “nongkrong-nongkrong” yang kerap berakhir kegaduhan. Namun setelah kehadiran pojok baca, perlahan-lahan anak-anak mulai mampir dan mencoba menikmati nongkrong berfaedah di pojok baca tersebut. Walau di awal perjalanan, semangat Pak Akir (biasa beliau disapa) dalam mewujudkan mimpi tersebut sempat turun karena ada saja orang yang berprasangka buruk akan niat beliau.
Beruntungnya beliau bertemu dengan seorang yang memiliki kegilaan yang sama dalam pengembangan literasi. Orang tersebut bernama Sutriyono. Sosok yang selalu tampil sederhana yang entah bagaimana memiliki susunan kata motivasi yang mampu menyulut api semangat bagi Pak Akir untuk terus bergerak. Antusias anak-anak yang datang ke pojok baca tersebut hari ke hari semakin ramai. Dengan kekuatan niat Pak Akir memindahkan pojok baca tersebut ke salah satu ruang di sudut rumah beliau. Dengan bermodal buku seadanya dan sumbangan rak buku dari warga, beliau memantapkan niatnya merawat TBM Iqro di rumahnya. Beliau yakin dengan kalimat yang sering diucapkan sahabatnya Sutriyono, “Niat baik akan menemukan jalannya, jadi biarkan saja tangan-tangan malaikat yang bekerja, kita cukup melakukan semua dengan sebaik-baiknya.”
Warna warni cerita pengunjung TBM Iqro yang silih berganti setiap hari memantik semangat bergerak Pak Akir. Semangat untuk melakukan hal terbaik meskipun terkadang beliau harus mengabaikan waktu untuk diri sendiri. Beliau sempat sakit yang memaksa kegiatan di TBM Iqro harus vakum. Seperti kata bijak, satu kebaikan akan menimbulkan kebaikan yang lain. Keluarga yang awalnya terlihat acuh dengan TBM Iqro pun akhirnya mengambil peran menjalankan kegiatan TBM demi memenuhi hasrat warga yang ingin berkunjung. Tangan-tangan malaikat itu pun mulai bekerja. Kebersamaan dan keterlibatan keluarga dalam kegiatan TBM Iqro itu obat paling istimewa untuk Pak Akir.
Benar saja, seiring berjalannya waktu tangan-tangan malaikat pun terus hadir menguatkan tekad Pak Akir dalam mengelola TBM Iqro. Sebagai seorang pustakawan ASN yang terikat dalam ikatan dinas, beliau berusaha mengaktualisasikan gerakan perpustakaan atau TBM berbasis inklusi sosial. Perpustakaan berbasis inklusi sosial ini merupakan program upaya dalam meningkatkan akses kepada masyarakat agar mendapatkan informasi yang masyarakat butuhkan, sehingga terjadi proses belajar yang mendorong kreativitas dan inovasi agar masyarakat lebih kreatif yang akhirnya menjadi kesejahteraan bagi masyarakat sendiri, dengan menjadikan perpustakaan atau TBM sebagai pusat belajar.
Kehidupan perekonomian warga sekitar TBM Iqro yang rata-rata menengah ke bawah menjadikan TBM Iqro sebagai wadah berkumpul dan wisata ilmu. Dengan perjuangan Pak Akir dari daerah perbatasan lintas timur Kota Pekanbaru, TBM Iqro membawa cahaya bagi anak-anak di sana. TBM Iqro membuka cakrawala pengetahuan tak hanya bagi anak-anak, tetapi juga ibu-ibu dan bapak-bapak betah berlama-lama berkunjung. Semangat Pak Akir bergelora lagi melihat antusias warga sekitar padahal mereka sudah seharian bekerja, tetapi selalu menyempatkan diri berkunjung ke TBM Iqro.
Bahkan beliau sempat bercerita dengan penuh haru bagaimana beliau mendapati surat kaleng dari salah seorang anak yang selalu berkunjung ke sana. Anak itu meminta TBM Iqro buka lebih pagi agar sebelum bekerja anak itu bisa bermain di sana, karena siangnya anak tersebut harus bekerja membantu orangtuanya, sedangkan malam akses rumah anak tersebut ke TBM Iqro terlalu jauh sehingga tidak memungkinkan anak tersebut berkunjung.
Kegiatan TBM Iqro pun dirancang untuk dapat mengaktualisasikan program TBM berbasis inklusi sosial. Di antaranya meliputi kegiatan yang memberdayakan masyarakat dalam bidang ekonomi. Dengan lahan seadanya TBM Iqro membuat Kebun Literasi dengan berbagai tanaman apotek hidup yang bernilai ekonomi. Anak-anak dan pengunjung TBM Iqro diajak untuk mempraktikkan bacaan tentang keterampilan bercocok tanam di Kebun Literasi tersebut. Selain itu TBM Iqro juga sedang membudidayakan ikan lele sebagai salah satu pemberdayaan ekonomi masyarakat yang terdampak pandemi.
Anak-anak yang pada awalnya datang untuk berkunjung membaca saja melihat kegigihan beliau menjaga eksistensi TBM Iqro pun tergerak untuk berpartisipasi menjadi relawan literasi di TBM Iqro. Kehadiran para relawan tersebut menambah amunisi Pak Akir untuk terus bergerak. Relawan tersebut hadir seperti perpanjangan tangan malaikat yang siap menemaninya berjuang dan bergerak dalam zona ikhlas.
Teladan yang diberikan oleh Pak Akir pada anak-anak tersebut menggerakkan hati para relawan cilik itu untuk menyebar kenikmatan bersama buku. Setelah beberapa kali melakukan kegiatan hiking belajar di alam terbuka di kawasan perkebunan kelapa sawit, relawan-relawan tersebut pun menggagas kegiatan Lapak Baca di daerah perumahan di sana. Wisata edukasi bermain bersama di Lapak Baca itu mengasah kepekaan para relawan-relawan TBM Iqro. Melihat banyak hal positif dan gerak yang tanpa pamrih masyarakat sekitar pun terpanggil hatinya menjadi bagian dari relawan yang siap bergerak bersama Pak Akir untuk merawat TBM Iqro. Bahkan ada salah satu warga yang bekerja sebagai pengumpul kertas bekas selalu menyisihkan buku-buku yang didapatnya agar bisa diseleksi apakah bisa menjadi tambahan koleksi TBM Iqro.
Dengan segala keterbatasan pribadinya, Pak Akir berusaha membangun sinergi dengan pihak-pihak yang peduli akan pendidikan literasi. Sedikit demi sedikit koleksi bahan bacaan di TBM Iqro pun terus bertambah. Tak hanya koleksi buku saja yang bertambah, tetapi selalu saja ada tangan-tangan malaikat yang siap berbagi fasilitas untuk kenyamanan dan operasional kegiatan TBM Iqro. Tunas-tunas kebaikan dan kegigihan Pak Akir itu perlahan-lahan mulai berbuah dengan semakin banyaknya orang yang datang dan melirik keberadaan TBM Iqro, bahkan siap menjadi bagian penggerak keberlangsungan giat di TBM Iqro. Bagi Pak Akir, TBM Iqro ini adalah ladang. Ladang yang selalu akan dirawatnya untuk senantiasa dapat menebar manfaat bagi sekitar. Beliau tahu memang jalan perjuangan itu takkan mudah, tetapi beliau yakin selalu ada tangan-tangan malaikat yang siap membantu, karena setiap kebaikan pasti akan menemukan jalannya.
BIOGRAFI TOKOH CERITA
Nama : Muzakir, S.Sos
Tempat tgl lahir : Pekanbaru,1 Mei 1982
Alamat : Jln. Lintas Timur KM 15 Perum Griya Hangtuah Blok E No 32
Pendidikan : S1 serjana sosial
Instansi : Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Riau
Organisasi :
- Ketua TBM Iqro, PW Forum TBM Riau,
IPI (Ikatan Pustakawan Indonesia)
Prestasi : Juara Harapan I Pustakawan Berprestasi Tingkat Provinsi Riau
Kontak Person : Whatshap : 0812 7645 553
Facebook & IG : @AbuIslami, @Abu Islami
BIOGRAFI PENULIS
Nama : Arma Winarni
Tempat/tanggal lahir : Tembilahan/ 19 Februari 1988
Alamat : Jln. Nenas no 08
Pendidikan terakhir : S1 PG PAUD
Moto : Setiap hari adalah lembaran baru
Organisasi : 1. PD Nasyiatul Aisyiyah Kota Pekanbaru
2. Forum TBM provinsi Riau
Email : [email protected]
WA/HP : 081267278703
Facebook : Yho-yho winarni
Instagram : armawinarni56
Hasil Karya
Antologi Esai Muhammadiyah Mencerdaskan Kehidupan Bangsa