Bilik Pustaka

Buntunya Literasi di Pedesaan

Pada Era jaman digital ini masyarakat Indonesia sangat hidup bergantungan dengan teknologi. Hampir seluruh rakyat Indonesia bahkan di seluruh dunia sangat lekat dengan telepon seluler yang berbagai macam bentuk, ukuran, warna maupun merek di tangannya. Bukan hanya telepon seluler namun, computer, laptop, tablet juga termasuk pada teknologi yang berkembang pada era modernisasi ini. Tidak dipungkiri lagi bahwa teknologi sangat menguntungkan bagi setiap manusia di dunia ini untuk membantu kehidupan sehari-hari mereka. Baik dalam hal komunikasi, mencari informasi, hiburan, penunjuk arah, maupun mengikuti fashion. Hanya sebuah persegi Panjang yang memiliki fungsi tersebut tidak disangka dapat membantu dan memudahkan pekerjaan manusia dengan waktu yang efesien.

Seiring berjalannya waktu beberapa daerah ada yang masih tidak mengalami kemajuan. Di daerah perdesaan bahkan pedalaman sangat membutuhkan fasilitas sekolah yang layak. Hal itu disebabkan oleh terbatasnya akses masyarakat pedesaan, terbatasnya pelayanan prasarana dan sarana permukiman perdesaan, terbatasnya kapasitas kelembagaan pemerintahan di tingkat lokal dan kelembagaan sosial ekonomi, dan kurangnya keterkaitan antara kegiatan ekonomi perkotaan dan pedesaan. Seperti contohnya masalah Pendidikan di Indonesia.

Permasalahan Pendidikan di Indonesia masih ada hingga saat ini. Padahal Pendidikan sangatlah penting untuk meningkatkan sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang rendah membuat kemajuan negeri menjadi terhambat. Pasalnya, mau sebanyak apa pun sumber daya alam yang dimiliki Indonesia, tidak akan berpengaruh pada petumbuhan bangsa apabila tidak dikelola oleh orang-orang yang tepat. Tanpa adanya pendidikan yang berkualitas, cita-cita menjadi negara yang maju hanyalah sebuah angan-angan. Masalah Pendidikan di tanah air kita saat ini yaitu tidak tersedia fasilitas yang memadai, rendahnya kualitas tenaga pendidik, minimnya bahan belajar mengajar, dan kurangnya ketersediaan dana Pendidikan.

Menbangun kualitas Pendidikan di suatu daerah sangatlah penting. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), persentase penduduk di Indonesia di atas 15 tahun yang melek huruf mencapai 96,07%. Hal ini membuktikan seharusnya Indonesia berpotensi memiliki minat baca yang baik. Namun, faktanya justru berbanding terbalik. Maka dari itu perlunya dorongan dari pemerintah dan kesadaran dari diri sendiri untuk menumpas habis permasalahan Pendidikan di Indonesia.

Menurut data UNESCO tahun 2012, angka minat baca anak Indonesia hanya 0,001 persen. Artinya, hanya ada 1 dari 1.000 orang yang memiliki minat baca serius. Bukan itu saja, berdasarkan penelitian Program for International Student Assessment (PISA) rilisan Organisation for Economic Co-Operation and Develompent (OECD) tahun 2015 menunjukkan, Indonesia berada pada peringkat 62 dari 70 negara. Respondennya anak-anak sekolah usia 15 tahun dengan sampel sekitar 540 ribu orang.

Penelitian lain dari Central Connecticut State University (CCSU) yang diumumkan Maret 2016, Indonesia berada di peringkat 60 dari 61 negara yang disurvei. Indonesia masih unggul dari satu negara, yakni Botswana yang berada di kerak peringkat literasi ini. Nomor satu ada Finlandia disusul Norwegia, Islandia, Denmark, Swedia, Swiss, AS, dan Jerman.

Gerakan literasi yang pada era modernsasi ini sangatlah minim di kalangan pelajar. Rendahnya minat baca dan menulis para pelajar di negara kita ini menjadi masalah yang sangat serius untuk diperbaiki. Gerakan Literasi ini adalah upaya untuk menumbuhkan budi pekerti siswa yang tujuannya agar memiliki budaya membaca dan menulis. Dari literasi ini para siswa dapat nilai-nilai budi pekerti di kehidupannya berupa kearifan lokal, nasional maupun global.

Membangun Kerjasama dengan pihak-pihak lain serta adanya peran keikutsertaan masyarakat sangat penting untuk terus menggalakan Gerakan literasi ini. Pemerintah harus terus menggalakan literasi melalui program literasi yang ada di desa-desa ataupun melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia. Dalam keluarga juga mempunyai peranan yang sangat penting bagi siswa karena orang tua harus membekali anaknya dengan berbagai ilmu yang positif. Literasi dasar misalnya dapat diterapkan bagi para siswa untuk yang kurang gemar membaca maupun menulis.

Perlunya suatu Tindakan atau Gerakan yang harus dibuat untuk diterapkan dalam mengatasi masalah literasi pada siswa. Maka dari itu untuk membuat Gerakan Literasi Sekolah. Gerakan Literasi Sekolah adalah kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain membaca, melihat, menyimak, menulis, dan berbicara. Gerakan Literasi Sekolah merupakan sebuah upaya yang dilakukan secara menyeluruh untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang warganya literat sepanjang hayat melalui pelibatan publik (Kemendikbud, 2016).

Upaya yang dapat dilakukan dalam program Gerakan Literasi Sekolah yaitu membiasakan siswa membaca 15 menit sebelum belajar-mengajar dimulai, berkunjung keperpustakaan 1 bulan sekali, pemberdayaan madding, dan pengadaan lomba atau mengikuti lomba yang menunjang agar tertanamnya literasi para siswa. Upaya yang akan dilakukan tersebut akan sangat membantu agar siswa dapat menerapkan literasi di lingkungan sekolah maupun dirumah. Tidak ada cara yang instan untuk berproses, maka dari itu perlahan namun pasti untuk menjadikan Gerakan literasi Sekolah ini untuk diterapkan dikalangan siswa maupun mahasiswa. Karena ada juga beberapa mahasiswa yang kurang dalam membaca buku.

Tujuan untuk membentuk Gerakan Literasi Sekolah adalah untuk mengasah kemampuan siswa, membangun interaksi antar siswa dan lingkungan sekitarnya, mengasah kemampuan siswa untuk berpikir kritis, analitis, kreatif, serta inovatif, dan mendorong siswa untuk mencari keterkaitan antar buku yang dibaca untuk diri sendiri dan lingkungan masyarakat.

Namun tidak mudah untuk membangun Gerakan Literasi Sekolah ini di warga pedesaan atau daerah pedesaan. Hal itu disebabkan karena kurangnya fasilitas yang memdai dan mendukung. Kurangnya perhatian pemerintah dalam memperhatikan kondisi warga pedesaan yang membuat para anak-anak pedesaan menjadi kurang untuk mendapatkan fasilitas yang baik disekolahnya.

Kekurangan Guru juga yang menyebabkan menurunnya kualitas siswa di sekolah. Dikarenakan tidak ada pemerataan pengajar disekolah. Terbatasnya fasilitas seperti alat tulis yaitu buku tulis, pulpen, pensil, buku bacaan, tas sekolah maupun sepatu merupakan kendala yang dihadapi para siswa disekolah. Diperlukannya pendanaan dari pemerintah dan donator untuk menjadikan daerah pedesaan berkembang.

Sehingga hal yang paling penting untuk dilakukan saat ini yaitu memulai dari langkah kecil untuk membiasakan diri membaca buku sedikit demi sedikit. Jadikan kegiatan membaca sebagai gaya hidup saat ini. Kita sebagai anak muda Indonesia harus Mengedepankan kekuatan literasi untuk Kembali meraih kejayaan yang meredup.

Luh Putu Sasmita Sridewi Putri

Nama : Luh Putu Sasmita Sridewi Putri
Tempat dan tanggal Lahir : Bali, 7 September 2001
Domisili : Tanjung, Kabupaten Lombok Utara, NTB
Pendidikan Terakhir : SMA
Pengalaman :

FOKUSH KLU (anggota)
Unit Kesehatan Sekolah (anggota)
Magang BEM Universitas mataram (anggota)
HMPS Pendidikan Biologi (Pengurus)

Karya/prestasi : Kepenulisan CERPEN di sekolah
WA : 081805357478
E-Mail : [email protected]
IG : putu_sasmita9

Semua/sebagian isi dari tulisan esai ini adalah ide atau pendapat pribadi penulis.

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *