Bilik Pustaka

Generasi Z Selamatkan Generasi Penerus Bangsa Melalui Literasi

Manusia mulai dari anak-anak hingga dewasa adalah generasi penerus bangsa Indonesia. Generasi penerus bangsa ini memiliki karakteristik dan metode yang berbeda-beda untuk melakukan kegiatan literasi. Hal ini dapat dipengaruhi oleh lingkungan yang dihadapi semasa hidup mereka. Oleh karena itu, mereka dapat dikelompokkan berdasarkan tahun kelahiran dalam pengelompokan generasi manusia dalam teori yang dikemukakan Graeme Codnington dan Sue Grant-Marshall dan Marcel, yang menyatakan bahwa ada 6 tipe generasi.

Yang pertama Tradisionalis, Tradisionalis yaitu manusia yang lahir di tahun 1922-1945. Pada masa ini, masyarakat Indonesia Tradisionalis masih banyak yang buta aksara. Oleh sebab itu, tingkat literasi masyarakat Tradisionalis di masa ini rendah sekali. Apalagi pada zaman dahulu, adanya penjajahan oleh negara Belanda di mana masyarakat Indonesia Tradisionalis harus bekerja karena dipaksa oleh penjajah Belanda. Jadi masyarakat yang sekolah sangat sedikit.

Yang kedua Baby Boomers, Baby Boomers yaitu manusia yang lahir di tahun 1946- 1965. Setelah tahun 1945 Indonesia sudah merdeka. Pada masa ini mulai perlahan-lahan masyarakat Indonesia generasi Baby Boomers yang buta aksara mulai berkurang karena semakin banyak sekolah yang berdiri. Selain itu, masyarakat generasi Baby Boomers juga sudah terbebas dari penjajah dan bisa menuntut ilmu dengan baik dan lancar.

Yang ketiga generasi X, yaitu manusia yang lahir di tahun 1961-1980. Pada masa ini masyarakat Indonesia generasi X melakukan kegiatan literasi menggunakan media cetak seperti koran, majalah, radio. Sekitar tahun 1961-1980, teknologi mulai berkembang di mulai dari adanya telepon genggam.

Yang keempat generasi Y, yaitu manusia yang lahir di tahun 1981 – 1994. Pada masa ini masyarakat generasi Y semuanya belum mengenal alat digital atau Android. Jadi, masyarakat generasi ini dahulu masih menggunakan media cetak. Pada tahun 1981-1994 masyarakat Indonesia yang buta aksara sudah mulai berkurang, bahkan di kota-kota besar buta aksara sudah bisa dikatakan punah. Namun di daerah 3T (daerah Terdepan, Terpencil, dan Tertinggal) masyarakat generasi Y yang buta aksara masih kita temui.

Yang kelima generasi Z, yaitu manusia yang lahir di tahun 1995-2010. Untuk saat ini generasi Z sudah memasuki fase remaja yaitu sebagai pemuda generasi penerus bangsa. Peran generasi Z ini sangat besar, karena pemuda yang dapat membuat generasi bawahnya lebih baik lagi apabila generasi Z meningkatkan tingkat literasi. Pada masa ini literasi sangat berkembang banyak metode dan media yang digunakan untuk literasi. Selain itu, media yang digunakan juga sudah sangat canggih.

Yang terakhir generasi Alpha, yaitu manusia yang lahir di tahun 2010-sekarang. Generasi ini adalah generasi yang hebat karena generasi Alpha adalah generasi yang sudah merasakan dengan kecanggihan teknologi sejak lahir. Saat ini generasi Alpha masih anak-anak karena usianya yang masih sekitar 10 tahun. Generasi Alpha ini sudah bisa menggunakan teknologi seperti Android sejak kecil beda halnya dengan generasi X maupun Y yang harus belajar dahulu menggunakan Android.

Itulah enam generasi menurut Graeme Codnington dan Sue Grant- Marshall. Jika dilihat dari generasi Alpha, generasi ini sudah menggunakan buku digital untuk melakukan kegiatan literasi. Namun kegiatan literasi dengan menggunakan buku digital yang terus-menerus lama-kelamaan anak-anak atau generasi Alpha ini jika menggunakan Android selama berjam-jam maka akan membuat mata menjadi sakit. Selain itu, teknologi Android tidak semuanya digunakan oleh generasi Alpha untuk literasi tetapi justru untuk bermain game dan hanya untuk hiburan semata. Di Indonesia, tidak semua masyarakat menggunakan teknologi yang canggih terutama di daerah 3T (daerah Terdepan, Terpencil, dan Tertinggal) karena sulit adanya sinyal jadi literasi dengan buku digital belum sepenuhnya digunakan, bahkan salah satu dari mereka masih ditemui masyarakat yang buta aksara.

Melihat daerah 3T (daerah Terdepan, Terpencil, dan Tertinggal) yang masih ditemukannya masyarakat generasi X maupun Y buta aksara dan minat literasi generasi Alpha yang rendah. Padahal kegiatan literasi ini sangat bermanfaat untuk generasi Alpha yaitu dapat menambah perbendaharaan kata “kosa-kata”, membuat otak bisa bekerja dengan optimal, menambah wawasan untuk generasi Alpha. Selain itu, generasi Alpha bisa terlatih untuk kemampuan berfikirnya lebih dan menganalisa, terlatih untuk fokus dan konsentrasi serta terlatih untuk dirinya suapaya bisa menulis dan merangkai kata dengan baik. Literasi memiliki manfaat yang sangat besar. Saking bermanfaatnya kegiatan literasi harus dikenalkan kepada generasi Alpha karena literasi sendiri memiliki 3 makna. Pertama adalah kemampuan membaca dan menulis. Kedua, bermakna pengetahuan atau keterampilan dalam bidang tertentu. Ketiga, kemampuan individu dalam mengolah informasi dan pengetahuan untuk kecakapan hidup. Generasi Z sebagai Pemuda generasi penerus bangsa harus bisa menjadi penggerak utama dalam gerakan literasi di tingkat yaitu di daerah 3T (daerah Terdepan, Terpencil, dan Tertinggal). Sebagai pemuda generasi penerus bangsa, generasi Z memiliki peran yang sangat krusial dalam meningkatkan kegiatan literasi. Generasi Z harus bisa menjadi garda terdepan dalam mengampanyekan kegiatan literasi, baik berperan sebagai agen perubahan, agen kontrol social, maupun pemimpin masa depan.

Langkah yang harus dilakukan oleh generasi Z yaitu dengan mendirikan Taman baca di pedesaan. Taman baca di pedesaan ini didirikan dengan tujuan menciptakan budaya membaca di daerah tersebut, meningkatkan pengetahuan dengan membaca berbagai macam informasi bermanfaat agar terhindar dari berita hoax, meningkatkan pemahaman seseorang terhadap suatu bacaan, serta membuat seseorang yang di daerah tersebut berfikir kritis dan memiliki budi pekerti yang baik. Taman baca tidak hanya terdapat buku-buku saja tetapi ada beberapa mainan yang dapat menarik generasi Alpha atau anak-anak untuk datang ke taman baca. Generasi Z harus bisa membujuk anak-anak untuk datang ke taman baca. Dengan begitu minat literasi semakin bertambah. Selain itu, anak-anak juga diberi tahu bagaimana cara membaca dan menulis yang baik dan benar karena baca tulis merupakan poin utama dalam kegiatan literasi. Saat ini, generasi Alpha masih anak-anak usia dini sehingga generasi Alpha mulai dari sekarang harus sudah bisa dimatangkan dengan budaya literasi. Selain itu, kegiatan literasi bisa dijadikan kebiasaan dan akan dipraktekkan berulang-ulang di kehidupan sosial. Dalam memberikan pelajaran tentang literasi generasi Z perlu mengadakan kegiatan outbond sebulan sekali untuk mengurangi rasa bosan di taman baca. Anak-anak juga tidak hanya diberikan kegiatan outbond saja ketika anak-anak membaca dan menulis anak-anak bisa bermain tetapi anak-anak tidak hanya bermain saja kita harus menerapkan aturan di taman baca tersebut yaitu boleh bermain asalkan sudah membaca terlebih dahulu.

Taman baca tidak hanya dipakai oleh anak-anak untuk kegiatan literasi. Namun taman baca juga berfungsi untuk kegiatan literasi bagi orang dewasa seperti ibu-ibu maupun bapak-bapak. Orang tua ketika mengawasi anaknya yang sedang belajar membaca dan menulis dengan para pemuda, orang tua juga bisa sambil membaca-baca buku yang ada di taman baca tersebut. Taman baca juga bisa berfungsi untuk mengadakan mengembangkan kegiatan yang kreatif seperti memanfaatkan limbah yang sudah tidak dipakai, membuat kaos sablon, membuat makanan yang krratif, dan lain-lain. Karena literasi tidak hanya berkaitan dengan membaca dan menulis tetapi bisa dilakukan dengam kegiatam yang bisa menambah kemampuan dan pengetahuan kita. Untuk itu literasi perlu dikembangkan dan perlu ditanamkan sejak dini.

Peran generasi Z untuk generasi Alpha sangatlah penting. Generasi Z dapat menyelamatkan generasi Alpha untuk tidak menggunakan teknologi dengan kegiatan yang tidak bermanfaat dan menghindarkan generasi Alpha dari dampak negatif teknologi. Sebenarnya teknologi tidak hanya berdampak negatif saja, ada dampak positif dari teknologi apabila kita menggunakan teknologi sebaik mungkin. Misalnya menggunakan teknologi untuk membuat karya yang dapat membanggakan diri sendiri maupun orang lain di sekitar kita. Namun apa salahnya jika dampak negatif kita cegah sejak dini karena “lebih baik mencegah daripada mengobati”. Itulah pepatah untuk menyelamatkan generasi Alpha dari keburukan teknologi dan meningkatkan kegiatan literasi sejak dini. Generasi Z maju bersama selamatkan negeri kita dengan literasi bersama. Pemuda penerus generasi bangsa tekatkan untuk memajukan negeri kita melalui literasi, mari kita mulai kegiatan literasi dari dorongan diri sendiri dan lingkungan terdekat kita!

Sumber Referensi:

  • https://www.quipper.com/id/blog/tips-trick/your-life/literasi/
  • https://www.cekaja.com/info/milenial-serta-5-generasi-sebelum-dan-sesudahnya
  • http://lpmplampung.kemdikbud.go.id/detailpost/enam-literasi-dasar-yang-perlu-dikuasai
  • Sebagian isi dari tulisan esai ini adalah ide atau pendapat pribadi penulis.

TENTANG PENULIS

Silvia Widya Ananda,  remaja umur 19 tahun yang lahir pada tanggal 1 Januari 2002. Sekarang saya tinggal di Klaten. Saya mempunyai hobi memasak dan berenang. Pendidikan terakhirku SMA tetapi saat ini aku masih berstatus sebagai Mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Hukum, Ilmu Sosial dan Politik di Universitas Terbuka-Surakarta. Aku memiliki pengalaman organisasi waktu SMA yaitu organisasi Forisma (Forum Remaja Islam Masjid) saya sebagai wakil kepala divisi kemasjidan. Selain itu, saya juga pernah mengikuti Jambore Pelajar Teladan bangsa pada tahun 2019. Sekarang saya mengikuti komunitas Masyarakat Relawan Indonesia dan Ikatan Alumni Titian Foundatuon. Oiya, kalau teman-teman mau berkenalan lebih jauh bisa follow Instagram aku ya.. @silvia_widya02.

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *