Indonesia merupakan negara kepulauan yang dikenal memiliki beragam suku, budaya, bahasa, dan agama. Kebudayaan merupakan salah satu bentuk identitas bangsa dan yang menjadi ciri khas bangsa yaitu kebudayaan daerah atau lokal, salah satu kebudayaan dalam membaca. Zaman selalu mengalami perubahan dan perubahan terus terjadi untuk menyesuaikan gejala perubahan kebudayaan maupun sosial. Hingga sekarang ini yang terjadi adalah budaya membaca mulai terkikis karena tidak terlalu diterapkan dalam bermasyarakat. Bukan hanya ancaman akan hilangnya budaya lokal, tetapi perubahan tersebut juga dapat mempengaruhi pola kehidupan masyarakat sekarang (Tryono.2019).
Desa ku yakni desa meranti salah satu desa yang terletak dikecamatan Bilah Hulu , Kabupaten Labuhan Batu, Sumatera Utara. Mayoritas penduduk desa ini berprofesi sebagai petani. Sejak dahulu sampai sekarang yang merupakan pekerjaan turun temurun dan umumnya tidak banyak mengalami perubahan yang berarti. Kondisi itu menyebabkan masyarakat desa ini yang umumnya masih tergolong petani tradisional . Dengan demikian, masalah sosial budaya yang terdapat pada kehidupan masyarakat desa ini antara lain adalah: (a) rendahnya tingkat pendidikan terutama dibidang literasi dikarenakan kurang tersedianya wadah literasi. Pertanyaan mendasar adalah bagaimanakah model dukungan pendidikan bagi masyarakat yang tinggal di pedesaan agar memiliki motivasi dan minat membaca?. Pertanyaan ini muncul karena secara empirik masyarakat pedesaan memiliki minat membaca yang rendah. Jika kondisi motivasi membaca sampai disini saja maka akan berpotensi sangat buruk untuk masa depan anak-anak dan masa depan Indonesia. Mengapa demikian? Dalam Alquran yang merupakan kitab dari agama islam yaitu pada kata iqra’ berasal dari kata qara’a, dalam kamus-kamus, kata ini memiliki arti yang bermacam-macam, diantaranya adalah membaca, menganalisa, mendalami, merenungkan, menyampaikan, meneliti dan lain sebagainya.
Dapat disimpulkan, bahwa iqra’ yang berarti membaca, menganalisa, mendalami, merenungkan,menyampaikan,meneliti dan lain-lain , mencakup obyek apa saja yang dapat dijangkau oleh kata tersebut. Baik itu “membaca” ayat ayat yang bersumber dari Tuhan (kitab suci) juga “membaca” hasil karya manusia seperti buku-buku dan koran. Termasuk disini adalah meneliti, menganalisa dan merenungkan alam semesta, dinamika masyarakat dan diri pribadi. Hal itu demikian sudah tertera dalam Al quran, begitulah pentingnya dari membaca untuk semua kalangan baik anak kecil pada usia balita bahkan dari kandungan hinga bayi telah diajarkan budaya membaca oleh ibu nya, tidak hanya anak-anak saja, sangat penting juga diterapkan budaya membaca pada orangtua Dari dua juta jumlah penduduk di Sumut, hanya 1% saja jumlah yang memiliki minat baca dengan Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Sumatera Utara (BPAD Sumut) sebagai acuan. “Secara internasional, berdasar hasil surevi UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia paling rendah di ASEAN. Sementara menurut survei ISBN: 978-602-392-375-5 e-ISBN: 978-602-392-376-2 Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Terbuka 317 yang dilakukan terhadap 39 negara, Indonesia menempati urutan 38. Pada desa meranti rendahnya minat baca disebabkan salah satunya tidak memiliki fasilitas bahan bacaan yang memadai. Rendahnya minat baca ini akan mempengaruhi kualitas hidup masyarakat, sehingga diperlukan upaya strategis untuk menumbuhkan dan meningkatkan minat baca masyarakat secara berkesinambungan dengan melibatkan berbagai unsur yaitu pemerintah desa, lembaga pendidikan (sekolah, perguruan tinggi).
Pengembangan budaya baca merupakan salah satu strategi yang diterapkan oleh pemerintah dalam rangka mendorong masyarakat untuk gemar membaca. Program pengembangan budaya baca diharapkan mampu mengembangkan masyarakat untuk menjadi cerdas (literat), kreatif dan produktif serta melestarikan dan meningkatkan kemampuan membaca bagi masyarakat. Istilah “literasi” menurut UNESCO dalam Sahrul (2018:78), pada awalnya diartikan sebagai kemampuan untuk membaca dan menulis teks serta kemampuan untuk memaknai. Seiring berjalannya waktu perkembangan terus terjadi dan terbentuklah beberapa jenis literasi salah satunya yaitu literasi budaya. Literasi budaya merupakan kemampuan dalam memahami dan bersikap terhadap kebudayaan Indonesia sebagai identitas bangsa (Kementerian Pendidikan dan Budaya, 2017:3), sehingga perlu adanya literasi budaya dalam upaya untuk beradaptasi serta bersikap bijaksana atas keberagaman seni dan budaya.
Di Indonesia, Kementerian Pendidikan dan Budaya sudah mempunyai rancangan strategi gerakan literasi budaya di masyarakat, yaitu a. Penguatan pelaku 1) Penguatan kapasitas pegiat literasi dan pengelola Taman Baca Masyarakat (TBM), dapat dilakukan melalui pelatihan dan festival. 2) Pendampingan pelaku seni, bertujuan agar pelaku seni dapat berjejaring dan memiliki akses pertunjukkan. 3) Penyuluhan untuk pencegahan radikalisme, bentuk penyuluhan dapat berupa workshop pengenalan nilai budaya, sejarah dan lain-lain kepada anggota karang taruna. b. Peningkatan jumlah dan ragam sumber belajar bermutu 1) Akses bahan bacaan di perpustakaan komunitas terdekat, bahan bacaan literasi dalam berbagai bentuk perlu ditingkatkan sebagai sumber belajar budaya. 2) Kunjungan ke tempat bersejarah dan bernilai budaya lokal, selain sebagai ajang rekreasi, sumber belajar, serta menambahkan pengetahuan masyarakat. 3) Permainan tradisional, olahraga rakyat, serta latihan seni dan budaya lokal, strategi ini penting untuk meningkatkan pemahaman tentang budaya daerah yang harus dilestarikan. 4) Penerjemahan bahan penunjang literasi budaya dan kewargaan, tidak sedikit buku yang berkaitan dengan literasi budaya Indonesia ditulis oleh warga negara asing sehingga perlu diterjemahkan terlebih dahulu ke dalam bahasa Indonesia. c. Perluasan akses terhadap sumber belajar bermutu dan cakupan peserta belajar 1) Penyediaan pojok baca di tempat umum, semakin hidup pojok baca sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat semakin baik proses berliterasi di daerah tersebut. 2) Penyediaan fasilitas umum bertema literasi budaya dan kewargaan, sebaiknya mudah dijangka masyarakat. 3) Sosialisasi sumber belajar daring, sumber belajar daring dapat membantu masyarakat yang tempat tinggalnya jauh dari fasilitas umum (Tryono. 2019).
Selain itu, dalam kalimat berikut : “Buku adalah jendela dunia”. Kunci untuk membukanya adalah membaca. Ungkapan ini secara jelas menggambarkan manfaat membaca, yakni membuka, memperluas wawasan dan pengetahuan seseorang. Berbagai penelitian membuktikan bahwa lingkungan, terutama keluarga, merupakan faktor penting dalam proses pembentukan kebiasaan membaca. Sebuah harian nasional Jepang terbitan Tokyo, Yoshiko Shimbun, memuat tulisan tentang peran sekolah dalam membentuk kebiasaan membaca di Jepang. Para guru mewajibkan siswa untuk membaca selama 10 menit sebelum melakukan kegiatan belajar-mengajar di sekolah. Kebijakan ini telah berlangsung selama 30 tahun dan diyakini turut mendorong perkembangan peradaban Jepang. Hasil survei menunjukkan, kebiasaan membaca dalam keluarga diakui ada oleh lebih dari 80 persen responden. Umumnya mereka menyediakan waktu membaca setidaknya 30 menit per hari. Hal ini tidak terlalu mengejutkan karena responden jajak pendapat didominasi kelompok usia 50 tahun ke atas, yang notabene baru mengenal gawai dan internet di usia dewasa. Bahan bacaan yang umum dipilih adalah surat kabar. Sementara internet menduduki posisi kedua sebagai sumber informasi (bahan bacaan). Berbagai penelitian memperlihatkan kebiasaan membaca bacaan bermutu berkontribusi terhadap tingkat kecerdasan seseorang. Dengan membaca, seseorang terbantu untuk melihat permasalahan dari berbagai sudut pandang dan menganggapnya sebagai tantangan yang harus diselesaikan.
Ada banyak manfaat membaca, di antaranya membantu pengembangan pemikiran dan menjernihkan cara berpikir, meningkatkan pengetahuan, meningkatkan memori dan pemahaman. Dengan sering membaca, seseorang mengembangkan kemampuan untuk memproses ilmu pengetahuan, mempelajari berbagai disiplin ilmu, dan menerapkan dalam hidup. Gemar membaca juga dapat melindungi otak dari penyakit alzheimer, mengurangi stres, mendorong pikiran positif. Membaca memberikan jenis latihan yang berbeda bagi otak dibandingkan dengan menonton TV atau mendengarkan radio. Kebiasaan membaca melatih otak untuk berpikir dan berkonsentrasi. Sekalipun banyak manfaat diperoleh dari kebiasaan membaca, tetapi banyak warga Indonesia cenderung menghabiskan waktu di depan pesawat televisi. Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS) 2012, tercatat sembilan dari sepuluh penduduk berusia 10 tahun ke atas lebih menyukai menonton televisi. Sebaliknya, hanya 3 dari 20 warga yang menyukai membaca surat kabar, buku, dan majalah. Jika dilihat dari rasio pembaca surat kabar, konsumsi satu surat kabar di Indonesia lebih rendah dibandingkan dengan negara tetangga di ASEAN. Jika di Filipina satu surat kabar dibaca 30 orang, di Indonesia satu surat kabar menjadi konsumsi bagi 45 orang. Idealnya, satu surat kabar dibaca 10 orang (Silvia. 2015). Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah Republik Indonesia untuk menciptakan pendidikan yang lebih berkualitas adalah melalui Gerakan Literasi Nasional. Gerakan ini berupaya untuk meningkatkan budaya literasi (membaca dan menulis). Pemerintah melalui Permendikbud Nomor 23 tahun 2015 telah menyadari pentingnya penumbuhan karakter peserta didik melalui kebijakan membaca selama 15 menit sebelum pelajaran dimulai. Namun untuk menumbuhkan dan meningkatkan budaya literasi (membaca dan menulis) tidaklah mudah ataupun dapat dilakukan secara instan, diperlukan usaha yang terus menerus dan pembiasaan agar budaya literasi ini dapat tumbuh dan meningkat. Semua elemen harus saling membantu, baik dalam keluarga, sekolah, masyarakat, maupun pemerintah. Hal ini juga membutuhkan konsistensi. Bila kita melihat fenomena yang terjadi sekarang ini, yang menjadi daya tarik bagi anak-anak, orang tua, masyarakat Indonesia bukanlah buku melainkan televisi ataupun gadget. Untuk memulai kebiasaan dalam budaya membaca ini harus dimulai dari unit terkecil yaitu, keluarga. Dengan membaca kita bisa mendapatkan ilmu didapatkan dari buku (Sanusi,Agung. 2019).
Saat ini budaya membaca harus terus dikembangkan mengingat bahwa melalui membaca maka kualitas pendidikan yang tinggi dapat tercipta. Semua elemen harus saling bantu-membantu agar kebiasaan membaca ini menjadi suatu kebutuhan baik di tingkat keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Gerakan Literasi bukan hanya tanggung jawab pemerintah namun keluarga, sekolah, dan masyarakat menjadi penopang bagi berhasilnya gerakan literasi karena gerakan literasi juga harus dikembangkan di lingkungan masyarakat, masyarakat harus mengenal literasi Itulah pentingnya membiasakan budaya membaca dalam lingkungan masyarakat terutama di perdesaan agar setiap individu dapat lebih melatih otak untuk berpikir kepada hal-hal yang positif sehingga dalam menerima informasi baik dari media massa maupun informasi dari seseorang bisa dapat dipahami dengan baik dan tidak adanya kesalahpahaman dalam memahami informasi.
REFERENSI:
- Agung. S. 2019. Pengenalan Gerakan Literasi Pada Masyarakat. Jurnal PKM: Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 02 No. 02.
- https://www.kompasiana.com/srwln111981/55100c00a33311b32dba88ca/iqra-bacalah-emangnya-apa-yang-mau-dibaca
- Sihar. Pengembangan Model Kampung Literasi Untuk Meningkatkan Motivasi Pendidkan dan Minat Membaca Masyarakat Desa Kolam KAB. Deli Serdang. ISBN: 978-602-392-375-5 e-ISBN: 978-602-392-376-2. Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Terbuka.
- Silvia,S. (2015). Membangun Budaya Literasi Membaca Dengan Pemanfaatan Media Jurnal Baca Harian. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-raniry Banda Aceh.
- Tryono. 2019. Pentingnya Literasi Budaya di Desa Seni Jurang Belimbing. ANUVA. Vol.3, No. 1.
- Sebagian isi dari tulisan esai ini adalah ide atau pendapat pribadi penulis.
BIOGRAFI
Nama Lengkap : Lita Ayu Ningrum
TTL : Menanti, 3 Mei 2000
Domisili : Kp.Menanti, Desa Meranti, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan Batu, Provinsi Sumatera Utara
Pendidikan sekarang : S-1 Pendidikan Universitas Negeri Medan
Pengalaman Organisasi : HMJ Biologi periode 2019-2020 dan Forum Studi Islam Biologi periode 2019-sekarang
Prestasi :
- Finalis Karya Tulis Ilmiah Nasional Fmipa UNIMED 2020
- Peserta Karya Tulis Ilmiah Fmipa UNIMED 2020
- Peserta Karya Tulis Ilmiah Nasional Dalam Rangka Dies Natalis Ke-38 FKM Universitas Hasanuddin
- Peserta Menulis Essai Energy,Sustainability, and Society : Idemu Untuk Negeri”
Email : [email protected]