Menurut berita yang diperoleh dari antaranews.com, Jumat 6 November 2020 lalu, Deni Kurniadi selaku Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Perpusnas mengatakan bahwa untuk meningkatkan literasi di Indonesia pihaknya akan menghadirkan 500 perpustakaan desa setiap tahunnya yang berbasis inklusi sosial. Gerakan ini bertujuan untuk memudahkan masyarakat dalam mengakses informasi melalui perpustakaan maupun internet. DPR pun telah menyetujui anggaran dari APBN untuk Perpusnas tahun 2021 dengan total anggaran Rp 675 miliar, di mana Rp 150 miliar dialokasikan untuk perpustakaan berbasis inklusi sosial tersebut.
Selanjutnya, dia juga menyebutkan bahwa jumlah perpustakaan di Indonesia yang tersebar di 34 provinsi sejumlah 164 ribuan yang berada di berbagai pelosok negeri. Terkait di daerah 3T (terdepan, terluar dan tertinggal) pihaknya tidak memungkiri menghadapi tantangan, kendala baik infrastruktur, jaringan bahkan minim pustakawan profesional di daerah tersebut. Terlepas dari itu, dukungan dari semua pihak adalah kerjasama yang sangat penting dalam mewujudkan semua itu.
Hal demikian merupakan sebuah kabar baik juga harapan semoga semuanya dapat terlaksana sebagaimana yang diharapkan. Sudah terbayangkan jika suatu saat setiap desa memiliki pusat jendela informasi yang dibanggakan. Membangun berbagai infrastruktur tidaklah sesulit dari konsistensi dalam menjalankan program. Misalnya menumbuhkan minat masyarakat untuk ke perpustakaan, memberikan terobosan yang inovatif dalam menjalankan program. Terlebih lagi, dengan pesatnya perkembangan teknologi yang memudahkan masyarakat mengakses informasi secara instan.
Lalu bagaimana jika daerah 3T yang menghadapi berbagai tantangan seperti yang disebutkan di atas? Mereka lebih memilih untuk bekerja agar menghasilkan uang dari pada menghabiskan waktu duduk santai membaca buku yang belum tentu menguntungkan untuk mereka. Dengan begitu apakah perpustakaan memberikan dampak positif untuk daerah yang demikian? Lalu bagaimana cara membangkitkan semangat mereka?
Sebuah tantangan bagi pemerintah maupun pihak perpustakaan untuk menarik minat membaca masyarakat. Apalagi untuk daerah-daerah terpencil seperti pembahasan di atas. Ada beberapa terobosan inovatif yang saya dapatkan selama bergabung dalam komunitas Rumah Relawan Remaja (3R). Sebelumnya saya ingin menjelaskan bahwa 3R adalah sebuah komunitas sosial yang bergerak di bidang pengembangan perdamaian dan toleransi dan banyak bergerak di desa-desa terpencil di Aceh yang berdiri pada tahun 2013. Tujuan komunitas ini adalah menciptakan relawan dunia yang bisa belajar kearah kehidupan yang adil dan damai.
3R memiliki sekian banyak program yang dilaksanakan salah satunya adalah Pustaka Kampung Impian. Pustaka Kampung Impian merupakan salah satu program belajar alternatif di berbagai desa terpencil yang ada di Aceh. Menyiapkan sarana belajar yang dilengkapi dengan berbagai buku bacaan dan guru impian (relawan program Pustaka Kampung Impian) sebagai fasilitator berbagai kelas edukatif dan interaktif. Kelas-kelas yang ada hingga saat ini adalah kelas membaca dasar, membaca lanjut, menulis, kesenian tradisional, prakarya, kelas fotografi, serta kelas bersama ibu-ibu.
Lebih lanjut, setiap kelas memiliki kurikulum berbeda yang disesuaikan dengan kemampuan anak-anak. Kegiatan belajar dan bermain adalah salah satu teknik belajar yang digunakan di sini. Proses belajar tidak menekankan anak-anak agar mencapai target tertentu. Tetapi lebih kepada untuk menarik minat anak agar mau berkunjung ke perpustakaan, membaca dan mengikuti program yang sudah dipersiapkan. Untuk itu, terobosan-terobosan yang menarik sangat mendukung untuk keberlangsungan program ini. Terobosan-terobosan ini berupa pustaka berpenampilan menarik, promosi, relawan pustakawan yang kreatif serta kelengkapan ustaka.
Pustaka Berpenampilan Menarik
Layaknya tempat wisata, pemandangan yang tersedia memang sudah indah secara alami. Kemudian dibuat seapik mungkin untuk menarik hati pengunjung dengan disuguhkan hiasan yang menambah cantik alamiahnya tempat wisata tersebut. Begitu juga dengan perpustakaan, buku-buku memang sudah memberikan nuansa dan nilai yang bagus setiap lembarnya. Selanjutnya tugas pustakawan/relawan yang memberikan tampilan menarik di setiap sudut pustaka. Adakala dengan menghiasi dinding pustaka bernuansa instagramable, menambahkan mural dan gambar-gambar menarik lainnya yang dapat memanjakan mata pengunjung. Tampilan yang demikian lebih menarik dibandingkan dengan tempat yang redup dan jelek. Gambar berikut adalah perpustakaan di desa Lapeng, Pulo Aceh desa yang menjadi program 3R.
Promosi
Promosi merupakan salah satu tahap penting yang tidak boleh diabaikan. Menyuarakan pentingnya membaca baik lisan maupun tulisan bahkan sekarang bisa akses ke beberapa situs di media sosial. Meskipun belum banyak yang mengetahui, tapi konsistensi sangat dibutuhkan. Sebab di antara seribu, pasti ada satu yang setuju.
Pustakawan/Relawan yang Kreatif
Setiap kelas memiliki kurikulum dan konten-konten bervariasi, namun tetap menggunakan berbagai permainan yang disesuaikan dengan konten-konten tertentu. Hal ini diharapkan agar anak-anak tetap belajar tanpa meninggalkan dunia mereka yaitu bermain. Misalnya diawal kegiatan anak-anak membaca buku selama 10-15 menit selanjutnya ice-breaking untuk menyemangati sebelum proses belajar, kemudian masuk ke kelas (dasar, lanjut dan menulis) untuk belajar.
Lokasi belajar disesuaikan dengan kondisi di desa. Jika desa tersebut terdapat sungai, bisa belajar di pinggirannya. Jika dekat laut, maka belajar dipantai, jika di pergunungan bisa belajar di bukit-bukit. Terlepas dari itu, anak-anak juga berhak menentukan lokasi belajar yang mereka inginkan. Belajar di bawah pohon, di pinggir jalan bahkan di lapangan bola jika memungkinkan. Hal ini dimaksudkan agar proses belajar tidak menoton juga menanamkan kepada anak-anak bahwa belajar bisa di mana saja.
Kelengkapan Bahan Pustaka
Perpustakaan harus dilengkapi dengan media-media penunjang agar pengunjung nyaman. Media-media tersebut mulai dari meja, kursi, rak, dan lain-lain. Hal yang terpentinng adalah kesesuaian buku-buku yang tersedia dengan letak geografis daerah tersebut. Misalnya perpustakaan desa berada di daerah pergunungan, maka perpustakaan harus menyediakan buku-buku tentang pergunungan, menjaga alam, hewan dan lain sebagainya bahkan buku untuk anak-anak pun demikian. Begitu juga jika perpustakaan di pesisir, maka buku yang disediakan adalah kiat-kiat menjaga ekosistem laut, bijak dalam melaut dan lain sebagainya.
Selanjutnya, perpustakaan juga menyuguhkan buku-buku terkait profesi yang mereka tekuni atau yang akan mereka tekuni. Jika di desa tersebut banyak petani, maka perpustakaan harus menyiapkan berbagai buku terkait swasembada pangan, petani kreatif dan lain sebagainya. Tidak hanya itu, buku-buku penunjang lainnya juga harus disediakan. Jika demikian, secara tidak langsung perpustakaan sudah mendukung aktifitas masyarakatnya. Mereka akan merasa diperhatikan, apabila suatu saat masyarakat memerlukan informasi, diharapkan mereka dapat ke perpustakaan untuk menambah wawasan.
Kreativitas Tanpa Batas
Selain itu, menghadirkan pihak tertentu untuk berbagi pengalamannya agar anak-anak semakin semangat untuk belajar. Mengadakan nonton bareng di hari-hari tertentu, yang tentunya tontonan tersebut bernilai edukasi. Perpustakaan juga perlu menyediakan beberapa game agar anak-anak tidak bosan setiap kali selesai membaca. Keindahan perpustakaan harus selalu di perhatikan juga terkait hal-hal dalam mengelola sampah yang baik dan benar.
Daftar Pustaka:
- https://m.antaranews.com/berita/1824668/setiap-tahun-perpusnas-hadirkan-500-perpustakaan-desa
- Sebagian dari tulisan esai ini merupakan data dan ide yang dipraktikkaan dalam komunitas Rumah Relawan Remaja.
BIOGRAFI PENULIS
Hilma Mahfuzah, kelahiran Aceh 12 Juli 1999. Berdomisili di Aceh, Sigli, Kabupaten Pidie, Kecamatan Padang Tiji, Desa Meuke Beurabo. Pendidikan terakhirnya S1 di Institut Agama Islam Negeri Lhokseumawe. Saat ini aktif di komunitas Rumah Relawan Remaja menjadi Relawan Pendidikan di desa-desa terpencil di Aceh. Pengalamannya dalam menulis, menjadi kontributor dalam buku antologi cerpen bertema “Cerita Hujan” dengan judul cerpen “Tak Kunjung Reda”. Juga Kontributor dalam buku antologi puisi tema “Kata yang Tak Sampai” yang diselenggarakan oleh Kosana Publisher. Kontributor dalam buku “Kalung Jali Jagung” dengan judul cerpen “Cob On Meuria Bunda” yang diadakan oleh WR Academy. Penulis dapat di hubungi melalui telepon dan WhatsApp 0823 6445 9775, pengguna Instagram: @hilma.mahfuzah dengan alamat Gmail: [email protected].