Menurut UNESCO, literasi adalah seperangkat keterampilan yang nyata, khususnya keterampilan kognitif dalam membaca dan menulis yang terlepas dari konteks di mana keterampilan yang dimaksud diperoleh, dari siapa keterampilan tersebut diperoleh dan bagaimana cara memperolehnya. Selain itu, pemahaman seseorang mengenai literasi ini akan dipengaruhi oleh kompetensi bidang akademik, konteks nasional, institusi, nila-nilai budaya serta pengalaman.
Literasi menjadi suatu aktivitas yang perlu digalakan demi tercipta minat baca. Namun, di masa yang penuh dengan teknologi sekarang sulit untuk bisa mewujudkan hal tersebut. Munculnya fitur-fitur yang memudahkan hingga menghibur tersaji dalam sebuah teknologi sederhana yang bernama handphone. Banyaknya orang yang memilih beralih ke barang pipih ini dalam mengisi kegiatan sehari-hari hingga aktivitas membaca terlupakan.
Teknologi memang belum tersebar rata di Indonesia, terutama di daerah pedesaan. Namun, ini menjadi suatu kewaspadaan bagi kita semua untuk mencegah bervirusnya penggunaan teknologi yang berlebihan jika suatu saat nanti teknologi masuk di suatu pedesaan.
Hal ini sangat perlu dilakukan demi mengatasi perubahan signifikan warga desa dalam menggunakan teknologi. Dampak negatif dari teknologi pula yaitu kurang minatnya seseorang dalam membaca buku, orang-orang lebih memilih untuk menggunak gadget sebagai bahan pelarian penghibur.
Jika teknologi telah membutakan banyak orang dalam menjauhi buku, maka tak heran jika perpustakaan ataupun taman baca yang ada akan menjadi sepi. Berikut tantangan literasi karena adanya teknologi beserta tindakan yang bisa dilakukan:
- Memiih untuk membaca online
Fitur-fitur yang disediakan oleh handphone membuat aktivitas orang-orang menjadi lebih mudah dan menyenangkan. Begitupun dengan aktivitas membaca, mereka melakukan ini karena merasa bahwa membaca di telepon genggam bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja serta tak perlu biaya besar untuk bisa mendapatkan informasi/pengetahuan yang luas.
Dari tantangan ini, menurut saya kita bisa melakukan cara dengan menyediakan perpusatakaan desa online. Jadi, perpustakaan desa bukan hanya berupa ruangan seperti perpustakaan pada umumnya, tetapi juga memiliki perpustakaan online yang bisa diakses kapan saja dan di mana saja. Perpustakaan online bisa menjadi media yang banyak disukai jika memiliki fitur yang menarik dan pastinya memiliki persediaan bukku yang banyak. - Pengunjung perpustakaan menjadi berkurang
Adanya teknologi membuat banyak orang memilih untuk tidak beraktivitas banyak di luar karena mereka merasa di rumah saja segala informasi bisa ditemukan dan diketahui tanpa harus sibuk mencari di luar ataupun harus ke perpustakaan dulu baru mengetahui ilmu baru.
Menurut saya permasalahan ini bisa diatasi dengan cara membuat perpustakaan sebagus dan semenarik mungkin. Terutama menarik perhatian anak muda, sehingga perpustakaan bukan hanya menjadi tempat membaca, tetapi bisa menjadi lokasi diskusi anak muda. - Perputakaan yang tidak dilengkapi dengan teknologi
Kehadiran teknologi tidak bisa dielakkan, teknologi bisa menjadi suatu yang sangat bermanfaat bagi kehidupan seorang manusia jika penggunaan/penerapannya digunakan dengan baik. Adanya teknologi bisa membantu perpustakaan desa ke depannya.
Perpustakaan bisa didesain dengan bubuhan teknologi sehingga bisa mengundang banyak pengunjung untuk membaca.
Referensi:
- Semua isi dari tulisan essai ini adalah ide atau pendapat pribadi penulis.
BIOGRAFI PENULIS
Nama : Jusriyani Junaid
TTL: Mappedeceng, 21 April 2002
Domisilli : Luwu Utara, Sulsel
Pendidikan terakhir : SMK
Pengalaman organisasi : Sekretaris OSIS dan anggota PMR SMKN 2 Luwu Utara
IG & Email : jusriyani_, jusriyani [email protected]