Bilik Pustaka

Indonesia Pustaka: Wahana Preventif Literasi melalui Kesatria Sastra sebagai Sistem Pendeteksi Kegemaran Literasi secara Real-Time Berdasarkan E-Participation Masyarakat Lokal di Pedesaan

Peraturan Presiden No. 32 Tahun 2011, Indonesia memiliki potensi jumlah generasi muda (usia produktif) yang tinggi pada tahun 2020–2030 yang dikenal sebagai bonus demografi. Potensi ini dapat mendukung pencapaian produk domestik bruto Indonesia 2045 yang diperkirakan mencapai 125 ribu triliun rupiah. Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) tahun 2030 dapat dicapai melalui sinergi dengan berbagai elemen masyarakat yang dimotori oleh generasi muda sebagai pemimpin masa depan (Sachs, 2012). Hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara dengan kekuatan perekonomian terbesar keempat di dunia (Setkab, 2017).

Peningkatan kualitas sumber daya manusia menjadi sangat penting. Indonesia masih kurang dalam produktivitas sebab minat membaca di Indonesia masih tergolong rendah. Persiapan harus dilakukan mulai dari sekarang. Mempersiapkan generasi muda dengan kemampuan berpikir seperti critical thinking merupakan kemampuan yang sangat penting. Dalam agenda Nawa Cita Jokowi-JK poin ke delapan disebutkan bahwa pemerintah akan melakukan revolusi karakter bangsa. Upaya penguatan karakter bangsa diharapkan dapat menyeluruh sampai ke pemerintahan desa. Pemerintah sebenarnya sudah melakukan upaya meningkatkan pendidikan di pedesaan melalui program SM3T, Indonesia Mengajar, dan program sejenis lainnya. Upaya pemerintah tersebut belum maksimal dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia salah satunya produktivitas generasi muda.

Solusi yang dapat dilakukan salah satunya dengan sastra. Secara empirik karya sastra terbukti mampu membentuk karakter bangsa dan masih diyakini sampai saat ini, Malin Kundang merupakan salah satu jenis sastra yang mempunyai nilai-nilai moral di dalamnya dan mampu membentuk karakter anak agar berbakti kepada orang tuanya. Secara teoritik karya sastra membicarakan berbagai nilai kehidupan yang berkaitan langsung dengan pembentukkan karakter manusia (Kansunnudin 2014). Untuk menyelesaikan masalah tersebut, pemerintah tidak bisa bekerja sendiri tetapi memerlukan partisipasi public. Partisipasi publik secara aktif akan membuat kebijakan yang diambil menjadi lebih tepat, karena didasari oleh preferensi warga (Irvin dan Stansbury, 2004). Hal ini sesuai dengan rekomendasi Sachs (2012), bahwa pencapaian TPB membutuhkan kerja sama lintas daerah dan lintas sektor.

Oleh karena itu, diperlukan suatu instrumen yang melibatkan partisipasi masyarakat. Internet dan pengguna media sosial yang masif sampai ke pelosok desa dapat digunakan sebagai alat partisipasi yang disebut dengan e-participation. Menggunakan e-participation diharapkan mampu meningkatkan minat baca sehingga generasi muda dapat produktif yang mampu mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan yaitu kualitas sumber daya manusia.

Program Indonesia Pustaka adalah sebuah upaya preventif untuk meningkatkan kualitas sumber daya manuisa di pedesaan dengan memanfaatkan perpustakaan desa dalam program ini terdapat e-participation. Sistem pendekteksi kegemaran literasi berdasarkan e-participation masyarakat lokal ini disebut Kesatria Sastra. Sistem ini melibatkan masyarakat setempat yang peduli seperti generasi muda yang selanjutnya disebut Kesatria. Tugas dari Kesatria ini adalah berpartisipasi dengan melaporkan data kondisi literasi di desanya, melalui aplikasi mobile dan website. Selain data, Kesatria juga dapat mengunggah fakta berupa kondisi terkini dan deskripsinya secara real-time. Kesatria juga melakukan sebuah gerakan untuk mengajak pelajar Indonesia di pedesaan untuk mewujudkan visi meningkatkan minat baca. Selain terdapat Kesatria, program ini diikuti oleh sastrawan yang mempunyai kompetensi atau rasa cinta terhadap sastra. Untuk mewujudukan tujuan diatas gerakan Indonesia Pustaka memiliki beberapa program antara lain, sastrawan masuk desa, pojok baca, bincang sastra, cipta sastra, panggung sastra dan jambore literasi. Pelaksanaan program Indonesia Pustaka ini dilaksanakan di Perpustakaan Desa sehingga perpustakaan desa akan selalu dikunjungi oleh generasi muda. Target program ini adalah pelajar SD, SMP dan SMA di pedesaan.

Program Indonesia Pustaka ini terdapat sistem Kesatria Sastra yang mengolah data hasilnya disampaikan secara real-time kepada pemerintah, swasta, organisiasi non-pemerintah dan masyarakat aktif. Informasi yang disajikan berupa fakta-fakta minimnya peduli literasi, sehingga nantinya dapat meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap literasi. Fakta ini didukung oleh peta dan statistik deskriptif minat literasi serta rekomendasi intervensi. Fakta ini akan diungkap dan disebarkan secara multi-share melalui multi-platfrom seperti Instagram, Twitter, Facebook dan notifikasi SMS kepada pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya. Multi-share ke berbagai pemangku kepentingan ini menyebar secara serentak yang disebut dengan e-campaign. Kesatria Sastra berpotensi mendorong masyarakat untuk crowdsource relawan dan crowdfund donasi, serta mendorong pemerintah untuk memberikan tindakan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia pada generasi muda.

Dalam sistem Kesatria Sastra menganalisis indikator kegemaran literasi di pedesaan dengan ditandai oleh akses literasi antara lain buku, daya pikir, daya tarik membaca, menulis dan mencintai buku. Demokrasi partisipatif dengan menggunakan media internet atau e-participation mampu meningkatkan kualitas penyusunan kebijakan dnegan adanya pertukuran informasi antara masyarakat dan pemerintah dalam dua arah (Van Dijk, 2009). E-participation di Indonesia terbukti dapat dilakuakn secara massif dan menjangkau hingga ke pelosok, contohnya kawalpemilu.org pada Pemilihan Umum 2014. Pada saat itu, terdapat 478.828 TPS di 82.030 desa dari 497 kabupaten/kota seluruh Indonesia. Setidaknya 97,91% dari keseluruhan TPS (469.347 TPS) telah selesai diverifikasi oleh masyarakat dalam waktu singkat (Brajawidagda dan Chatfield, 2014). Tren yang terjadi saat ini menunjukkan bahwa media sosial menciptakan peluang untuk koordinasi real-time yang dapat melibatkan pemerintah, organisasi nirbala serta masyarakat aktif (Chatfield and Brajawidagda 2014; Linders 2012). Hal ini menunjukkan tingginya kesadaran masyarakat Indonesia dalam e-participation.

Partisipasi ini didukung oleh angka penetrasi internet di Indonesia yang selalu meningkat dari tahun ke tahun. Penetrasi internet Indonesia pada tahun 2014 sebesar 34,7%, dan berkembang pesat menjadi 54,7% pada tahun 2017. Bahkan, di daerah Indonesia Timur seperti Papua penetrasinya sudah mencapai 42,0%. Selain itu, pengguna internet terbesar didominasi kaum muda berusia 19-34 tahun, sebesar 49,5% (APJII, 2017). Adanya program pembangunan Base Transceiver Station (BTS) hingga sejumlah 5.000 unit di daerah 3T sampai akhir 2018, akses internet akan semakin merata di seluruh Indonesia (Kominfo, 2018). Dengan proyek pembangunan serat optik nasional (Palapa Ring) yang ditargetkan selesai pada awal tahun 2019 (Adisti, 2017), penetrasi ini diproyeksikan akan semakin meningkat di masa depan (Purbo, 2017). Namun, tingginya penetrasi internet perlu diiringi dengan kesadaran masyarakat lokal untuk berkontribusi bagi daerahnya. Pemuda daerah memiliki kepedulian dan dapat dilatih untuk menjalankan suatu program pemerintah sesuai dengan budaya gotong-royong. Mereka rela berkontribusi bagi daerahnya tanpa pamrih.

Sistem Kesatria Sastra mengombinasikan pendekatan bottom-up dan top-down serta berbasis people-centred early warning system. Masukan berasal dari partisipasi masyarakat lokal. Data diolah menjadi informasi deteksi dini yang didistribusikan kepada pemerintahan dan nonpemerintahan (publik, swasta, ornop). Pemerintah dapat melakukan intervensi lebih cepat dengan informasi secara real-time. Distribusi informasi secara masif sehingga terviralkan dapat mendorong crowdsource dan crowdfund pada desa rawan pangan. Semua kegiatan tersebut bersifat multi-platform melalui web, aplikasi mobile, dan media sosial.

Sistem Kesatria Sastra

Kesatria Sastra terdiri atas aplikasi mobile dan web. Aplikasi mobile dibangun menggunakan Android, sedangkan web dibuat dengan menggunakan Amazon Web Service. Sistem ini terdiri atas empat fungsi utama, yaitu proses input data tingkat literasi oleh Kesatria, situasi literasi di pedesaan, peta tingkat kegemaran literasi dan statistik tingkat kegemaran literasi, serta peningkatan partisipasi Kesatria.

  • Proses Input Data Tingkat Literasi oleh Kesatria
    Kesatria memasukkan variabel tingkat literasi dari 3 desa di daerahnya melalui aplikasi mobile dan atau website. Memasukkan kriteria mengenai literasi di desa tersebut, kriteria ini berdasarkan data perpustakaan desa setempat. Sistem Kesatria Sastra memberikan notifikasi kepada Kesatria apabila waktu melapor sudah tiba. Selain itu, Kesatria dapat mengunggah foto-foto kondisi perpustakaan desa dan tingkat literasi di desa tersebut disertai deskripsi singkat, untuk memastikan validitas pelaporan sesuai indikator.
  • Situasi Literasi di Pedesaan
    Berdasarkan laporan dari Kesatria, sistem Kesatria sastra akan menyajikan dalam bentuk narasi situasi literasi di Desa disertai foto visual sebagai buktinya. Misal, tidak terdapatnya perpustakaan desa, buku-buku perpustakaan sudah rusak dan lain-lain. Situasi ini disebarkan melalui media sosial dan diharapkan menjadi viral. Sehingga situasi tersebut dapat meningkatkan kesadaran masyarakat, berpotensi untuk meningkatkan crowsource relawan dan crowfunding donasi.
  • Peta Tingkat Kegemaran Literasi dan Statistik Kegemaran Literasi
    Tingkat kegemaran literasi disajikan dengan visualisasi dalam bentuk peta untuk mempermudah dalam mencari lokasi. Penyajian peta dapat difilter berdasarkan tingkat wilayah tertentu dan tingkat kegemaran literasi (ulai dari kurang minat dengan literasi sampai menyukai literasi). Hasilnya ditandai dengan warna yang berbeda-beda, warna merah tidak ada perpustakaan, warna oren terdapat perpustakaan tapi kurang minat dengan literasi, warna kuning rata-rata sudah menikmati literasi dan warna hijau sudah bagus dan gemar literasi. Untuk setiap unit desa tertentu disajikan data detail yang terdiri atas informasi tingkat melek baca, memahami literasi, ketersediaan buku, ada tidanya perpustakaan serta rekomendasi yang perlu ditindak lanjuti untuk intervensi. Statistik kegemaran literasi disajikan dalam bentuk presentase berupa tabel dan diagram lingkaran. Setiap ada data baru, statistik kegemaran literasi diperbarui secara real-time.
  • Engagement Kesatria: Peningkatan Partisipasi Kesatria
    Kesatria diharapkan terus termotivasi untuk melaporkan kondisi daerahnya secara rutin melalui fitur pencapaian. Apabila pemuda rutin melaporkan kondisi kerawanan pangan di daerahnya, pencapaian yang didapatkan oleh pemuda akan semakin tinggi. Dengan seperti itu Kesatria akan mendapatkan penghargaan sesuai yang diperoleh pencapaian Kesatria. Terdapat tiga golongan yaitu Kesatria sastra perunggu, Kesatria sastra perak dan Kesatria sastra emas. Selain itu terdapat penghargaan khusus yang dapat diperoleh seperti penghargaan Kesatria sastra unggul, penghargaan Kesatria sastra terpuji, dan penghargaan Kesatria terbaik.

Program Indonesia Pustaka: Rekomendasi Intervensi dan Notifikasi ke Pemangku Kepentingan Terkait

Berdasarkan indikator yang didapatkan oleh Kesatria seperti tingkat melek baca, minat baca dan kegemaran literasi, rekomendasi intervensi dapat melalui program Indonesia Pustaka. Gerakan Indonesia Pustaka memiliki beberapa program antara lain:

  • Sastrawan Masuk Desa
    Menurut Herfanda (2008: 131) sastrawan memiliki potensi yang besar untuk membawa masyarakat ke arah perubahan, termasuk perubahan karakter. Sastrawan merupakan salah satu unsur atau pilar terpenting dalam menjaga moral dan kebudayaan (Wahid 1998). Sejalan dengan peran sastrawan bagi pembentukan karakter. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Pusat Pembinaan dan Badan Bahasa melaksanakan program Pengiriman Sastrawan Berkarya ke Daerah. Program tersebut berupa penerjunan sastrawan ke daerah pedesaaan selama 10 hari untuk menghasilkan karya jurnalisme sastrawi.

Program ini merupakan pondasi utama yang merupakan titik awal bagi para pelajar di pedesaan dalam hal pengenalan sastra, baik aspek ekspresi maupun apresiasi. Sastrawan yang akan masuk ke pedesaan merupakan sastrawan yang berusia maksimal 50 tahun. Sastrawan masuk ke Desa selama 10 hari dimulai pada minggu pertama pelaksanaan program. Pelaksanaan program Sastrawan Masuk Desa berada pada awal tahun. Program ini berlangsung selama 10 hari. Pelaksanaan program Sastrawan Masuk Desa dilaksanakan pada kegiatan pengabdian ke desa, yang dilakukan selama 10 hari.

Pemanfaatan program ini akan lebih maksimal jika sastrawan yang masuk ke pedesaan bukan hanya mengamati kondisi melainkan berkontribusi secara langsung masuk ke desa melalui perpustakaan desa dan sekolah untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan sastra. Kerja sama dengan sastrawan tidak akan terlepas dari dukungan pemerintah untuk menjalankan program ini. Pemerintah diharapkan memberi penghargaan kepada sastrawan yang telah bergabung dengan program Indonesia Pustaka.

  • Pojok Baca
    Kemdikbud (2017) mengembangkan gerakan literasi sekolah (GLS) yang melibatkan semua pemangku kepentingan di bidang pendidikan. Kemdikbud (2017) menunjukkan praktik pendidikan di Indonesia belum memperlihatkan fungsi sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang berupaya menjadikan semua warganya menjadi terampil membaca untuk mendukung mereka sebagai pembelajar sepanjang hayat. Berdasarkan hal tersebut, program pojok baca perlu dilaksanakan di perputakaan desa dan sekolah untuk mendukung gerakan literasi sekolah yang dapat menyeluruh diterapkan di pedesaan.

Pojok baca merupakan pemanfaatan sudut desa dibangun sebagai perpustakaan yang dipergunakan sebagai tempat koleksi buku dan kegiatan-kegiatan Indonesia Pustaka. Buku-buku yang dihadirkan dalam pojok baca ini merupakan bantuan dari pemerintah. Program yang dilaksanakan meliputi membuat buku kontrol budaya baca. Program pojok baca dilaksanakan setiap hari sabtu dan minggu. Pojok baca ini juga sebagai ajang anak-anak dan pelajar untuk terpacu dalam peminjaman buku yang dapat dibawa pulang, setelah pinjam buku Kesatria sastra menanyakan isi dari buku tersebut selanjutnya mendapatkan stampel aku membaca. Apabila pada akhir tahun yang 10 besar terbanyak dalam mengumpulkan stampel mendapatkan hadiah pada acara panggung sastra.

  • Bincang Sastra
    Bincang sastra merupakan kegiatan diskusi karya sastra baik puisi, prosa, maupun drama. Program bincang sastra ini merupakan usaha kajian sastra yang bertujuan untuk mengambil manfaat yang ada dalam karya sastra. Binhad (2016) mengatakan, karya sastra perlu ditashih atau diuji, proses pengkajian dilakukan dalam forum-forum diskusi, karena itu sebuah forum diskusi sastra penting artinya untuk dihidupkan.

Kesatria sastra menyiapkan beberapa karya sastra yang akan dibedah atau didiskusikan oleh pelajar pedesaan. Program ini diberikan bagi semua jenjang pendidikan. Program ini dimulai dari mengumpulkan karya sastra bertema nasionalisme, Kesatriaisme, dan kebhinekaan. Para Kesatria sastra membantu pelajar untuk memaknai isi dari karya sastra. Melalui pemaknaan ini penanaman nilai-nilai karakter dapat terbentuk. Pelaksanaan program ini dimulai pada bulan ke dua setelah program Indonesia berlangsung, tepatnya pada bulan Februari. Program ini merupakan program mingguan, artinya program Bincang Sastra dilaksanakan satu minggu sekali.

  • Cipta Sastra
    Pelaksanaan program Cipta Sastra dimulai pada bulan ketiga program Indonesia Pustaka. Program ini merupakan program mingguan, namun proses menciptanya selama satu bulan. Artinya, generasi muda desa akan menghasilkan sebuah karya sastra baik puisi, prosa, maupun drama setiap satu bulan sekali.

Karya sastra merupakan cerminan isi hati seseorang. Menurut Abrams (dalam sayuti, 2012: 20) karya sastra dihasilkan dari ekspresi dunia batin pengarangnya, atau dikenal dengan teori ekspresif. Oleh karena itu, program Cipta Sastra berfungsi untuk memberikan evaluasi jangka pendek proses pembentukan karakter pada pelajar daerah perbatasan sudah tercapai atau tidak. Tema yang ditentukan seperti nasionalisme, Kesatriaisme, dan kebhinekaan. Program ini bersifat berkelanjutan. Hasil dari tulisan siswa akan dipentaskan pada program panggung sastra dan akan dicetak dan dibuatkan antologi.

  • Panggung Sastra
    Program panggung Sastra dilaksakan pada akhir tahun. Naskah sastra yang diambil adalah naskah yang berasal dari hasil produksi peserta didik pada program cipta sastra, baik puisi, prosa, dan drama. Kesatria sastra membimbing peserta agar mampu berproses dengan baik. Melihat kondisi pedesaan yang relatif minim fasilitas, Kesatria sastra dituntut memiliki sifat kreatif yang tinggi. Syafrudin (Rmol, 2017) mengatakan lewat pagelaran seni budaya, empat pilar MPR RI lebih tersampaikan. Oleh karena itu, program Panggung Sastra diharapkan dapat merekat kebhinekaan dengan memegang tegus empat pilar (Pancasila, UUD 1945, NKRI, Bhineka Tunggal Ika).
  • Jambore Sastra
    Jambore sastra merupakan agenda pertemuan besar peserta program Indonesia Pustaka seluruh Indonesia yang dilaksanakan pada bulan Oktober bertepatan dengan Bulan Bahasa. 5 Perwakilan terbaik dari tiap provinsi akan berkumpul di Jakarta selama satu minggu. Program Jambore Sastra diantaranya adalah pagelaran sastra, kompetisi sastra, dan malam sastra. Dengan terselenggaranya program Jambore Sastra diharapkan akan lahir generasi sastrawan Indonesia yang akan menghasilkan karya-karya terbaik berasal dari daerah pedesaan.

Strategi Program Indonesia Pustaka

  • Strategi Proses
    Program Indonesia Pustaka akan terselenggara atas izin dari pemerintah. Strategi proses dimulai dari rekrutmen Kesatria sastra, kerja sama dengan berbagai pihak, pelatihan dan pembekalan Kesatria sastra, penempatan dan penugasan, pelaksanaan program, dan manajemen kelanjutan program.
  • Strategi Personel: E-Campaign melalui Multi-Channel
    Strategi personel dapat diupayakan dengan melakukan promosi untuk memperkenalkan Indonesia Pustaka. Publikasi daring dikampanyekan melalui berbagai saluran, yaitu (1) portal web resmi Indonesia Pustaka, (2) media-media elektronik, seperti surat kabar elektronik, serta (3) menggencarkan e-campaign Kesatria Pangan di media sosial seperti Twitter, Facebook, Instagram maupun forum-forum diskusi warganet dengan menggaet menggaet tokoh-tokoh berpengaruh yang peduli pangan sebagai endorser. Melakukan sosialisasi di berbagai perguruan tinggi. Calon Kesatria sastra akan melalui seleksi administrasi (pengiriman cv, formulir pendaftaran, mengirim karya sastra baik puisi, cerpen, maupun drama, serta mengirim video keterampilan Pustaka), seleksi wawancara, tes tertulis dan unjuk bakat sastra.
  • Strategi Implementasi
    Strategi implementasi program berkaitan dengan pemilihan daerah mana yang akan dijadikan target. Daftar daerah perbatasan yang merupakan target dari implementasi program Indonesia Pustaka terdapat pada panduan. Sastrawan yang dipilih harus bervariasi tingkat kemampuannya. Kampanye digital perlu didukung oleh sosialisasi Indonesia Pustaka kepada pemangku kepentingan terkait. Gagasan Indonesia Pustaka dapat diintegrasikan dengan program Gerakan Literasi Nasional dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Masalah minimnya minat literasi di Indonesia harus segera ditangani karena dapat mengancam produktifitas generasi muda dan menghambat tercapainya Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Sistem deteksi tingkat kegemaran literasi yang ada belum mampu memberikan informasi untuk deteksi dan intervensi secara cepat. Hal ini disebabkan lambatnya pengumpulan, pengolahan distribusi data antar instansi, karena sebagian besar masih dilakukan manual.

Dengan kemajuan teknologi informasi terutama internet, Kesatria Sastra mampu mendeteksi kerawanan secara real-time, melibatkan masyarakat lokal (e-participation) sehingga tindakan intervensi dapat dilakukan lebih cepat oleh pemerintah. Kesatria Sastra mengolah data dengan cepat dan didistribusikan melalui multiplatform dan multishare secara masif sehingga berpotensi mendorong publik melakukan crowdsource relawan dan crowdfund donasi untuk meringankan beban pemerintah. Kesatria Sastra diharapkan mampu meningkatkan awareness Kesatria terutama masyarakat setempat tentang isu literasi di daerahnya masing-masing.

Sistem Kesatria Sastra terdapat dalam Indonesia Pustaka yang merupakan program preventif untuk meningkatkan produktivitas dengan gemar literasi pada generasi muda di pedesaan. Beberapa program yang ada pada gerakan Indonesia Pustaka antara lain sastrawan masuk desa, pojok baca, bincang sastra, cipta sastra, panggung sastra, dan jambore sastra. Strategi program Indonesia Pustaka meliputi: (1) strategi proses, (2) strategi personel (3) strategi implementasi. Sehingga program Indonesia Pustaka diharapkan menjadi suatu program untuk meningkatkan minat baca sehingga produktivitas generasi muda dapat mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.

Daftar Pustaka:

  • Adisti R. 2017. Human Development Impact of the Implementation of Broadband: A case study of the Indonesian Palapa Ring Project. [Tesis]. Delft (NL): Delft University of Technology. Diakses dari repository.tudelft.nl/islandora/object/uuid%3A1b6a54f8-25bb-4e54-b703-1a5d54384cae
  • [APJII]. Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia. 2017. Infografis Penetrasi dan Perilaku Pengguna Internet Indonesia. Jakarta (ID): Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet.
  • Binhad. 2016. Menghidupkan Kembali Diskusi Sastra. https://unhasytebuireng.wordpress.com/2016/05/31/menghidupkan-kembali-diskusi-sastra-di-unhasy/
  • Chatfield AT, Brajawidagda U. 2014. Crowdsourcing hazardous weather reports from citizens via twittersphere under the short warning lead times of EF5 intensity tornado conditions. Di dalam: 2014 47th Hawaii international conference on System sciences (HICSS); 2014 Jan 6-9; Waikoloa, Amerika Serikat. IEEE. hlm 2231-2241.
  • Herfanda, A.Y. 2008. Sastra sebagai Agen Perubahan Budaya dalam Bahasa dan Budaya dalam Berbagai Perspektif, Aanwar Effendi, ed. Yogyakarta: FBS UNY dan Tiara Wacana.
  • Irvin RA, Stansbury J. 2004. Citizen participation in decision making: is it worth the effort? Public Administration Review, 64:55-65. doi:10.1111/j.1540-6210.2004.00346.x
  • Kansunnudin, Mohammad. 2014. Peran Sastra dalam Pendidikan Karakter. Jurnal Universitas Muria Kudus.
  • Kemdikbud. 2017. Mendikbud: Target kita bukan sekadar pemerataan akses, tetapi akses yang berkualitas. Jakarta: Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2017/08/mendikbud-target-kita-bukan-sekadar-pemerataan-akses-tetapi-akses-yang-berkualitas
  • Kemdikbud. 2017. Mendikbud: Target kita bukan sekadar pemerataan akses, tetapi akses yang berkualitas. Jakarta: Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2017/08/mendikbud-target-kita-bukan-sekadar-pemerataan-akses-tetapi-akses-yang-berkualitas
  • Kementrian Bappenas. 2017. Rencana Strategis Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional. https://www.bappenas.go.id/files/renstra-bappenas/Peraturan%20Menteri%20PPN%20No.%202%20Tahun%202017%20Tentang%20Renstra%20Kemen.%20PPN%20-%20Bappenas%202015-2019.pdf
  • [Kominfo] Kementerian Komunikasi dan Informatika. 24 Januari 2018. Kominfo Targetkan 5.000 BTS di Daerah Terpencil. Jakarta (ID).
  • Peraturan Presiden tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025, Perpres Nomor 32 Tahun 2011.
  • Purbo O. 2017. Narrowing the digital divide. Di dalam Jurriens E, Tapsell R, editor. Digital Indonesia: Connectivity and Divergence. Singapura (SG): ISEAS–Yusof Ishak Institute. hlm 75-92.
  • Sachs JD. 2012. From millennium development goals to sustainable development goals. The Lancet, 379(9832), 2206-2211.
  • Sayuti, Suminto A. 2012. Pengantar Kritik Sastra. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
  • [Setkab] Sekretariat Kabinet. 27 Maret 2017. Pendapatan Per Kapita 29 Ribu Dolar, Presiden Jokowi: Pada 2045, Indonesia Masuk 4 Besar Dunia. Diakses 1 April 2018, dari setkab.go.id/pendapatan-per-kapita-29-ribu-dolar-presiden-jokowi-pada-2045-indonesia-masuk-4-besar-dunia/
  • Syafrudin. 2017. Lewat Pagelaran Seni, Empat Pilar lebih Tersampaikan. http://www.rmol.co/read/2017/11/05/313927/Lewat-Pagelaran-Seni-Budaya-Tradisional,-Empat-Pilar-Lebih-Tersampaikan- (diakses pada tanggal 11 April 2018 pukul 13.20).
  • Van Dijk JAGMGM. 2009. Participation in Public Policy Making. EU-SMART Study on the Social Impact of ICT. Draft Version, European Commission. Diakses dari utwente.nl/nl/bms/com/bestanden/Participation%20in%20 Policy%20Making%20EU%20SMART%20Draft%20Final%20report%20September%202009.pdf
  • Wahid, Sugira Wahid. 1998. Sastra Melayu dan Peranannya dalam Pembangunan Sumber Daya Manusia di Sulawesi Selatan. Makalah, Symposium Bahasa Melayu Indonesia, Ujung Pandang: IKIP.

BIODATA DIRI

Mazroatul Khusni, gadis Lamongan yang akrab dipanggil Khusni. Lahir 22 tahun 12 November silam. Anak pertama dari 3 bersaudara. Kini sedang menempuh pendidikan di pulau Dewata, semoga kelak dapat menjadi peneliti pertanian tapi tetap terjun dalam dunia literasi sastra. Masih terus mencoba menjadi penulis walau kurang lihai buat kata puitis. Menulis dapat memperpanjang umur dan bermanfaat bagi orang lain. Karyanya bisa dibaca di antologi cerpen Akademi remaja Kreatif Indonesia 2016: The Next Creator! (DAR! Mizan, 2017). Untuk kenal lebih jauh bisa kontak ig: M.Khusnia, twitter: KatanyaKhusni dan alamat surel mazro97@gmail.com Terima kasih. Oh ya, buat para pembaca dapat salam dari jantungnya Pulau Bali.

 

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *