Pendidikan termasuk hal yang paling krusial di Indonesia. Sudah tercantum dalam pembukaan UUD 1945 salah satu tujuan bangsa Indonesia adalah untuk mencerdaskan bangsa. Lalu bagaimana keadaan literasi di Indonesia itu sendiri? Jelas ini menjadi perhatian tersendiri bagi negeri kepulauan ini. Indonesia masih masuk ke dalam Negara berkembang di mana memang beberapa aspek yang diperlukan dalam pembangunan bangsa masih dalam proses perkembangan dan belum merata ke segala wilayah.
Baik dari data statistik UNESCO maupun hasil survei World Culture Index Score kondisi literasi Indonesia sangat memprihatinkan meskipun mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Indonesia masih berada dalam peringkat terendah di mana kondisi literasi bangsa masih tertinggal sangat jauh dibanding dengan Negara lain. Terlepas dari kurangnya kesadaran literasi masyarakat Indonesia, ada permasalahan dan kendala pada bagian penyokong literasi yakni anggaran atau dana pada tiap wilayah untuk memajukan literasi. Di beberapa wilayah kota dapat kita lihat bahwa persediaan fasilitas literasi umum sudah sangat mudah diakses. Banyak perpustakaan pemerintah yang berdiri kokoh, pojok baca di berbagai tempat, perpustakaan keliling, dan beberapa keluarga sudah memiliki kesadaran menyediakan pojok baca kecil di dalam rumah untuk menanamkan literasi pada anak mereka sejak dini.
Lalu bagaimana dengan keadaan literasi pada wilayah desa yang ada di Indonesia? Di wilayah pedesaan sebenarnya pemerintah desa tidak perlu terlalu pusing memikirkannya karena pemerintah pusat telah menyiapkan dana pembangunan kelurahan dan desa. Namun yang menjadi tanda tanya kenapa perpustakaan yang berdiri di desa masih sangat terbatas? Ternyata pada kenyataannya bahwa dana perpustakaan dari pusat untuk desa tidak berlangsung lama karena dana tersebut tidak terus mengalir dan berkelanjutan. Lalu apa yang bisa dilakukan masyarakat desa itu sendiri? Sebenarnya tanpa kita sadari buku-buku yang terkumpul di rumah-rumah masyarakat desa pun apabila dikumpulkan dan dirawat dengan baik pasti akan menjadi rumah baca atau sudut baca yang jumlahnya sudah lebih dari cukup untuk mendirikan perpustakaan desa, taman bacaan, ataupun sudut baca.
Indonesia merupakan Negara yang memiliki pertumbuhan penduduk berbentuk pyramid dengan jumlah kelahiran yang lebih tinggi daripada kematian. Sehingga sampai saat ini jumlah kaum muda yang ada di Indonesua lebih banyak dari generasi tua. Generasi muda cenderung memiliki banyak waktu luang, pikiran yang terbuka dan kreatif, sehingga bisa dimanfaatkan sumber daya manusianya sebagai bentuk project pemberdayaan desa berbentuk sukarelawan untuk membantu pengembangan dalam hal perpustakaan desa. Project anak muda yang berbentuk komunitas atau perkumpulan yang peduli terhadap literasi desa.
Project yang dibangun oleh komunitas dari anak muda atau yang biasa disebut kaum millenial bisa menjadi solusi masalah pendanaan bagi wilayah desa. Bagaimana caranya? Banyak cara yang dapat dilakukan seperti contoh sebagai berikut :
- Mengumpulkan buku-buku dari daerah kota tinggal masing-masing, atau mengumpulkan buku layak baca dari masyarakat desa setempat untuk dikelola ke dalam koleksi perpustakaan desa.
- Membentuk divisi-divisi yang diperlukan guna menyokong perkembangan perpustakaan desa. Seperti misalnya divisi dana usaha yang menampung dana baik dari donator, perusahaan, maupun pemerintah. Divisi design grafis guna membantu penyebaran bantuan baik berupa buku maupun dana dengan membuat konten di social media, sehingga cakupannya bisa meluas ke seluruh Indonesia. Serta divisi-divisi lain yang diperlukan.
- Komunitas atau relawan yang telah terbentuk membantu mengelola perpustakaan, pojok baca, atau tamaan bacaan tersebut dengan memanfaatkan dana yang terkumpul se-efisien dan se-efektif mungkin sehingga tidak ada pembengkakan biaya di dalamnya.
- Pengadaan lomba berbau literasi, jurnal, ataupun training berbayar secara online, sehingga dana yang dikumpulkan mampu sedikit menopang dana perpustakaan wilayah desa.
- Penyediaan fasilitas yang mencukupi seperti halnya pemasangan wifi yang sangat diperlukan dalam memperoleh informasi luar yang positif dengan mengikuti perkembangan zaman. Perkembangan zaman tersebut perlu diketahui masyarakat agar tidak tertinggal informasi dan mampu memfilter mana yang positif untuk diterima dan mana yang negatif tidak perlu diterima. Wifi ini akan dipasang dengan dana sukarela desa ditambah dengan uang dingin yang telah terkumpul untuk membangun fasilitas literasi desa tersebut.
Contoh di atas hanyalah sebagai percontohan belaka, sebenarnya kaum muda masih bisa mengembangkan ide lagi, berkreasi sekreatif dan se-inovatif mungkin sebagai bentuk kepedulian terhadap tempat literasi desa. Project yang dikerjaan ini pun bisa mengandung feedback bagi mereka untuk megisi portofolio atau CV yang menabah poin ketika mereka melamar pekerjaan. Dikarenakan biasanya para HRD akan lebih menyukai generasi muda yang tak hanya berpendidikan namun aktif dalam kegiatan diluar seperti kegiatan relawan (volunteer) pada project pengembangan perpustakaan desa setempat yang sekaligus bisa menjadi tambahan solusi masalah pendanaan di desa.
Sejatinya semua wilayah memang harus sudah bisa mandiri, berjalan, dan berkembang dengan baik tanpa hanya menunggu bantuan dari pemerintah. Namun kendala terbesar dari penduduk desa adalah dari sumber daya manusia. Beberapa disana banyak yang kondisi ekonominya sulit. Sehingga dampaknya adalah beberapa anak muda putus sekolah untuk bekerja membantu orangtua, banyak masyarakat yang pola pikirnya belum terbuka karena tidak menempuh pendidikan, dan stereotype lain yang ada di pedesaan pada umumnya.
Solusi project anak muda ini bisa menjadi solusi selain untuk pengembangan diri namun juga sebagai pemberdayaan jendela ilmu masyarakat desa. Masih banyak project-project lain yang dapat dikembangkan, namun ide atau gagasan ini sampai kapanpun tidak akan berjalan jika tidak ada yang memiliki inisiatif untuk mengeksekusinya dan meloporinya. Namun sebenarnya project seperti ini sudah ada, tapi seperti kata motivasi yang dilontarkan Bapak Nadiem Makarim “Setiap orang bisa mencuri idemu, tapi tidak semua orang bisa mencuri tindakanmu.” Kesimpulannya adalah pada eksekusi ide, pada aksi, dan pada tindakan yang dilontarkan atas ide-ide membangun.
Selain itu, pengguna dari jendela ilmu dan kesadaran dalam berliterasi pun juga perlu ditingkatkan. Beberapa diantaranya bisa dengan kegiatan positif yang mengedukasi tentang pentingnya literasi. Bentuk kampanye (menyuarakan) pentingnya literasi di masa depan, seminar berbau literasi, dan lain sebagainya bisa menjadi contoh upaya dalam meningkatkan kesadaran masyarakat desa dalam berliterasi. Budaya membaca masyarakat desa harus terus diasah dan digali agar masyarakat desa tidak ketinggalan wawasan, informasi, dapat berpikiran terbuka dan kritis. Dengan unsur fasilitas, sumber daya manusia, dan pengguna yang saling berkesinambungan bagi desa maka ide project kaum millenial sebagai solusi masalah pendanaan perpustakaan, pojok baca, taman bacaan dan lain-lain dapat dijalankan dengan optimal.
Kesimpulannya, masyarakat desa harus mampu mandiri dalam memberdayakan perpustakaan, taman bacaan, pojok baca, dan lain sebagainya dengan cara mengembangkan potensi yang berkolaborasi dengan kaum millennial baik di daerah desa maupun di daerah kota dengan mengadakan project pendanaan perpustakaan, taman bacaan, pojok baca, dan lain sebagainya. Mengajak mereka yang peduli terhadap fasilitas literasi yang memberikan wawasan pengetahuan, informasi, dan banyak ilmu bagi masyarakat desa. Kepedulian dari kaum millennial juga sangat diperlukan untuk menyokong aksi dan tindakan dari ide pemecahan masalah pendanaan bagi masyarakat desa agar tidak kurang dan mampu terus berputar. Kaum millennial yang ikut serta dalam project pemberdayaan perpustakaan desa ini juga akan menambah nilai poin pengalaman/sukarelawan yang diperlukan saat bekerja, kemampuan bekerja sama dan berpikir kritis yang meningkat, serta tentunya menambah relasi. Bukan hanya itu, tanpa kesadaran membaca, belajar, dan rasa ingin tahu dari sumber bacaan masyarakat desa, fasilitas yang dibangun pada pedesaan tersebut tidak ada gunanya. Maka dari itu, masyarakat desa pun juga harus memiliki kesadaran dalam berliteratur.
REFERENSI
- Alam H, Syamsu. Membangun Perpustakaan Desa Menjadi Peletak Dasar Lahirnya Budaya Baca Masyarakat di Pedesaan. JUPITER Vol. XIV No.2, 2015.
- GONG, Gol A. Gempa literasi. Kepustakaan Populer Gramedia, 2012.
- ARODHISKARA, Yadi, et al. Pelatihan Literasi Menulis Esai Bagi Angkatan Muda Muhammadiyah Kota Parepare. JPPM (Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat), 2020, 4.1: 69-74.
- Sebagian isi dari tulisan esai ini adalah ide atau pendapat pribadi penulis.
BIOGRAFI PENULIS
Namanya adalah Dinda Labaika Gustari biasa dipanggil Dinda, dia lahir di Semarang, 25 Juni 2000. Ia berdomisili di Perumahan Puri Sartika Blok A/3, Gunungpati, Kota Semarang. Anak pertama dari dua bersaudara. Saat dia ini sedang berkuliah di Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta mengambil prodi sarjana Akuntansi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis angkatan 2018. Hobinya adalah membaca dan menulis. Dia sangat tidak suka apabila menghabiskan waktu untuk tidak berbuat apa-apa, tanpa kegiatan, dan berdiam diri. Maka ketika dia tidak mengerjakan sesuatu, dia selalu mencari kesibukan, dan kegiatan untuk mengisi waktu luang dengan hal yang bermanfaat.
Sepanjang perjalanan hidupnya di umur 20 tahun ini dia sering berkontribusi dalam bidang kepenulisan, pendidikan, dan literasi seperti menjadi Tutor Bimbel Rumah Semut, Leader Jawa Tengah Contribution of Education Indonesia (COE Indonesia), dan Sekretaris Education of Literations (Eduoflite), dan lain-lain. Dia sempat menjadi Finalis Puisi Nasional oleh Event Hunter Indonesia 2019 dan Penulis Terpilih Rofsikaha Media yang telah diterbitkan dalam buku Antalogi Puisi Impian jilid 8.
Tujuan jangka panjang yang sangat ingin ia capai adalah menjadikan Indonesia sebagai Negara yang memiliki tingkat literasi tinggi dan tidak ada yang kesulitan dalam menempuh pendidikan. Namun jangan salah tebak, walaupun hobinya menulis, dia tidak pantang belajar tentang perkenonomian dan Akuntansi seperti pendidikan yang sedang ia tempuh saat ini. Dia berharap dilain kesempatan akan mencoba menulis tentang hal yang berbau ekonomi dan bisnis.
Whatsapp : 081905585819
Email : [email protected]
Instagram : @dinda_lg