Bilik Pustaka

Upaya Peningkatan Literasi Baca-Tulis Masyarakat Pedesaan melalui Gerakan Keluraga Gemar dan Cinta Membaca (GAMACCA)

Kern dalam Marfu’i (2016) menjelaskan bahwa pengertian literasi tidak hanya terbatas pada kata literate (melek huruf), tetapi juga dapat diartikan sebagai beberapa praktik dalam kondisi yang meliputi aspek sosial, sejarah, serta budaya dalam rangka menciptakan dan menginterpretasikan makna sesuai teks.

Pada umumnya, setiap negara di dunia harus memiliki dan menguasai literasi dasar. Literasi dasar tersebut terdiri dari literasi numerasi, literasi baca-tulis, literasi sains, literasi digital, literasi finansial, literasi budaya, dan literasi kewarganegaraan. Pernyataan ini pun didukung oleh Plt.

Kepala Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, Dadang Sunendar saat menghadiri Forum Ekonomi Dunia Tahun 2015, di Davos Swiss yang menyatakan bahwa terdapat lima literasi dasar yang harus dikuasai bagi setiap negara dan khusus Indonesia literasi baca-tulis berada pada posisi pertama yang menunjukkan bahwa warga negara Indonesia haruslah menguasai literasi tersebut sebelum beranjak ke bidang literasi lainnya. Namun, dewasa ini, tingkat literasi baca-tulis masyarakat bangsa Indonesia berada pada kondisi yang memprihatinkan dari tingkat literasi baca-tulis beberapa negara di seluruh dunia.

Salah satu penelitian mendeskripsikan bahwa anak-anak Indonesia hanya membaca buku sebanyak 17 halaman satu tahun atau dalam artian mereka hanya membaca 1 halam setiap 2 minggu saja (Wandasari, 2017). Kemudian, survei UNESCO yang dilakukan pada tahun 2016 juga mengafirmasi bahwa minat baca masyarakat Indonesia berada pada kisaran 0,001 persen dari negara-negara ASEAN (Nopilda & Kristiawan, 2018) yang artinya dari 1,000 orang di Indonesia, hanya 1 orang saja yang dapat dimasukkan ke dalam kategori rajin membaca. Sehingga Indonesia berada pada kategori urutan kedua paling bawah dalam hal literasi dunia.

Sungguh, kondisi yang sangat memprihatinkan bagi kita sebagai warga negara Indonesia. Bagaimana tidak, jika dahulu bapak BJ. Habibie (Presiden RI III) mampu membuat pesawat terbang bukan karena bermodal kejeniusan saja, akan tetapi karena ketekunannya dalam membaca. Seharusnya, beliau mampu menjadi tokoh inspiratif bagi para pemuda yang digadang-adang sebagai penggerak lokomotif bangsa. Namun, jika kita menilik lebih dalam, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya minat baca masyarakat, salah satunya adalah belum memiliki lembaga perpustakaan terutama di wilayah pedesaan sebagai tempat membaca untuk mendapatkan berbagai informasi baik secara nasional maupun secara global.

Dilansir dari AYOJAKARTA.COM, Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Titon Karnavian, menyatakan bahwa dari total 83.441 desa di Indonesia, hanya 33.929 yang telah memiliki tempat untuk membaca, baik berupa perpustakaan mini atau dalam bentuk perpustakaan lainnya. Itu artinya, masih ada 49.512 desa yang belum memiliki tempat membaca atau sekitar 40% dari total desa yang ada. Dengan tidak adanya tempat membaca yang disediakan oleh pemerintah terkait, kehidupan masyarakat semakin stagnan dengan pola pikir yang tidak berkembang karena tidak distumulus dengan berbagai informasi baru yang didapat dari hasil bacaan.

Berdasarkan faktor pendorong rendahnya minat baca masyarakat tersebut, maka diperlukan kesadaran bagi masyarakat Indonesia dalam hal literasi baca-tulis. Tetapi, lagi-lagi kesadaran itu tidak akan muncul secara tiba-tiba tanpa adanya dorongan dan tindakan nyata yang dapat dilakukan untuk merangsang kepekaan masyarakat dalam hal peningkatan minat baca.

Salah satu upaya yang dapat dapat dilakukan adalah program GAMACCA (Gerakan Keluraga Gemar dan Cinta Membaca) dengan menjadikan keluarga sebagai sasaran utamanya. Mengapa harus keluarga? Karena, dalam Pasal 27 UU RI Nomor 20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa keluarga berkedudukan sebagai lembaga informal di mana pemerolehan ilmu pengetahuan dasar terutama bidang literasi diperoleh dari keluarga. Selain itu, dalam Pasal 4 dan 5 Perpres Nomor 87 Tahun 2017 kembali mempertegas peranan keluarga sebagai lembaga informal yang harus menanamkan nilai karakter, terutama nilai karakter gemar membaca yang berpedoman pada tiga prinsip, (1) Berorientasi pada berkembangya potensi peserta didik secara menyeluruh dan terpadu, (2) Keteladanan dalam penerapan pendidikan karakter pada masing-masing lingkungan pendidikan, (3) Berlangsung melalui pembiasaan dan sepanjang waktu dalam kehidupan sehari-hari.

Sejalan dengan tiga prinsip yang harus ditanamkan dalam lingkungan keluarga sebagai lembaga informal, GAMACCA (Gerakan Keluraga Gemar dan Cinta Membaca) hadir sebagai solusi untuk membantu meningkatkan minat baca masyarakat, terutama bagi mereka yang berada di wilayah pedesaan yang belum memiliki perpustakaan desa sebagai tempat membaca. Untuk mewujudkan program ini diperlukan kerja sama yang baik antara perangkat desa dengan komponen masyarakat sebagai satu kesatuan yang utuh. Program ini terdiri dari kegiatan: (1) Library at home (perpustakaan di dalam rumah), (2) One book in a day (kegiatan membaca buku dalam satu hari), (3) Keluarga Baca.

Library at home atau perpustakaan di dalam rumah adalah langkah awal untuk membentuk keluarga GAMACCA (Gerakan Keluarga Gemar dan Cinta Membaca) di wilayah yang belum memiliki tempat untuk membaca. Jika setiap kepala rumah tangga (setiap rumah) memiliki perpustakaan sendiri, maka mereka dapat membaca tanpa harus pergi ke kantor desa atau balai desa untuk membaca. Perpustakaan keluarga yang dimaksud adalah perpustakaan yang menurut Darmono (2006) mesti memiliki 5 (lima) fungsi, yaitu:

  • Fungsi Informasi, yakni perpustakaan tersebut mampu menyediakan berbagai informasi yang meliputi bahan tercetak, terekam, maupun koleksi lainnya.
  • Fungsi Pendidikan, yakni perpustakaan mini di setiap rumah mampu menyediakan berbagai informasi yang meliputi bahan tercetak, terekam, maupun koleksi lainnya sebagai sarana untuk tujuan pendidikan.
  • Fungsi Kebudayaan, yakni perpustakaan tersebut mampu meningkatkan mutu kehidupan manusia baik secara individu ataupun kolektif dengan memanfaatkan berbagai informasi sebagai rekaman budaya bangsa.
  • Fungsi Rekreasi, berarti perpustakaan tersebut mampu menyediakan berbagai informasi, mengembangkan minat rekreasi pemakai melalui bacaan dan pemanfaatan waktu luang.
  • Fungsi Pelestarian, yakni perpustakaan tersebut selain berfungsi untuk melestarikan dan merawat koleksi buku, juga diharapkan mampu menjaga kearifan lokal yang ada di masyarakat.

Namun, bagaimana mereka mampu memiliki perpustakaan sendiri di rumah? Atau bagaimana cara untuk menumbuhkan minat baca masyarakat di setiap rumah? Ini merupakan sebuah tantangan yang mesti dicarikan solusi demi kesejahteraan masyarakat dalam mengentaskan buta melek huruf di tengah-tengah peradaban dunia. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa perpustakaan merupakan pusat dari sumber pengetahuan, informasi, teknologi, budaya dan seni yang mempunyai fungsi utama dalam hal pelestarian hasil budaya umat manusia, yakni berupa dokumen karya cetak yang dapat diturunkan ke genarasi berikutnya.

Dalam menanggapi permasalahan yang pertama mengenai penyediaan atau pembentukan perpustakaan mini bagi setiap rumah di wilayah pedesaan, sebaiknya pemerintah setempat bekerja sama dengan pihak penerbit berbagai macam jenis buku untuk kemudian mampu menyediakan buku bacaan bagi setiap kepala keluarga. Selain itu, pemerintah setempat juga bisa membuat program “donasi 1001 buku”. Partisipan dari program ini adalah siapa saja yang bersedia untuk menyumbangkan minimal satu buku bacaan bagi masyarakat di wilayah tersebut. Untuk membantu tersebarnya informasi tentang “donasi 1001 buku” perangkat desa juga bisa memanfaatkan perkembangan teknologi, terutama media sosial sebagai media atau sarana penyebaran informasi tanpa batas.

Setelah buku-buku telah terkumpul, selanjutnya pemerintah desa bisa mendistribusikan buku-buku tersebut ke setiap kepala rumah tangga dengan jumlah buku minimal 20 eksampler/rumah. Tentu, dengan 20 eksampler buku yang didistribusikan belum sepenuhnya mampu menyediakan informasi yang memadai, namun setidaknya kehadiran beberapa buku tersebut diharapkan bisa mengentaskan buta huruf masyarakat secara perlahan di wilayah pedesaan yang sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani dan ibu rumah tangga. Kemudian, agar buku bacaan di setiap rumah tidak menoton, maka setiap rumah diberikan jatah baca yang berbeda sesuai dengan jumlah anggota keluarga dalam satu rumah.

Dari perbedaan jatah baca setiap rumah tersebut, maka ditetapkan istilah One book in a day (kegiatan membaca buku dalam satu hari). Sebelum itu, setiap rumah yang telah memiliki perpustakaan sendiri di rumah akan diberikan kartu perpustakaan dengan tanda nama kepala keluarga di bagian depan kartu tersebut sebagai pembeda di antara kartu perpustakaan rumah yang lain. Hal ini bertujuan jika salah satu rumah telah membaca 20 eksampler buku bacaan yang berada di rumahnya, seorang kepala keluarga akan mengonfirmasi kepada pihak desa atau perangkat desa yang bertugas sebagai tim administrasi perpustakaan keluarga di desa tersebut agar diberikan buku bacaan baru di rumahnya. Jika terdapat rumah yang juga telah membaca 20 eksampler buku di rumahnya, selanjutnya tim administrasi akan memberikan jadwal pengembalian 20 eksampler buku di antara dua kepala keluarga tersebut untuk kemudian diadakan pertukaran buku bacaan agar mereka memiliki bahan bacaan yang baru.

Kemudian, dari kondisi ini kita kembali ke pertanyaan yang kedua, yaitu bagaimana cara untuk menumbuhkan minat baca masyarakat di setiap rumah? Sudarsana (2010:1.51) dalam kajiannya mendefinisikan minat baca sebagai salah satu dari aspek pembinaan dan pengembangan perpustakaan atau dengan kata lain tujuan dan sasaran dari perpustakaan adalah minat baca. Sehingga, perpustakaan adalah tempat yang tepat untuk mengembangkan minat baca. Selanjutnya, Sudarsana (2010:4.29) kembali menjelaskan bahwa penumbuhan dan pengembangan minat baca mencakup empat macam kegiatan, yakni merencanakan, mengatur, mengendalikan, dan menilai program pertumbuhan dan pengembangan minat baca, salah satunya berada di lingkungan keluarga terutama melalui perpustakaan.

Berlandaskan dari teori di atas, maka terdapat 2 (dua) hal yang dijadikan acuan, yakni masyarakat, dan juga anak-anak sebagai generasi emas bangsa. Dari masyarakat yang meliputi setiap keluarga di wilayah tersebut, kemudian akan bertugas untuk mengedukasi anak-anak di lingkungan keluarganya masing-masing. Sehingga, peran pemerintah terkait untuk memberikan motivasi dan dukungan bagi masyarakat agar mereka bisa menjadikan kegiatan membaca sebagai salah satu kebiasaan yang tidak boleh ditinggalkan sangatlah dibutuhkan.

Pemerintah desa bisa melakukan gelar wicara dengan mendatangkan pemateri yang andal di bidang literasi atau bacaan. Gelar wicara ini bisa dilaksanakan sebanyak 2 (dua) kali dalam sebulan yang mesti dihadiri oleh para kepala rumah tangga didampingi oleh ibu rumah tangga. Dari kegiatan ini, mereka akan diberikan pemahaman mendasar tentang pentingnya membaca, bagaimana cara membaca yang baik dan benar, cara memilih buku bacaan yang tepat, serta apa yang akan didapatkan jika kita menjadikan kegiatan membaca sebagai aktivitas rutin dalam kehidupan sehari-hari.

Setelah mengikuti gelar wicara yang diadakan secara rutin, diharapkan para partisipan mampu melaksanakan tugasnya dengan baik, yakni dengan melakukan edukasi di lingkungan keluarga terlebih dahulu yang mana sasaran utamanya adalah anak-anak mereka. Edukasi yang dilakukan bisa dalam bentuk apa saja, misalnya dengan kegiatan mendongeng setiap sore, atau pada malam hari, juga mereka bisa membuat jadwal membaca di rumah setiap hari dan usahakan jangan terlalu lama (5-10 menit/hari).

Selanjutnya untuk mengetahui perkembangan program ini, pemerintah bisa melakukan evaluasi dari setiap keuarga dengan mengadakan kegiatan Mari Beliterasi. Kegiatan ini meliputi lomba membaca/mendongeng untuk setiap anak yang telah diberikan edukasi oleh orang tuanya, lomba mengarang cerita, berpuisi, dll. Dengan evaluasi tersebut, pihak pemerintah terkait bisa menentukan tingkat perkembangan literasi di setiap rumah.
Selain dari kedua program GAMACCA (Gerakan Keluarga Gemar dan Cinta Membaca), terakhir adalah Keluarga Baca. Jika pemerintah desa dan komponen masyarakat mampu membangun hubungan yang harmonis antara satu sama lain, maka akan tercipta Keluarga Baca di wilayah tersebut. Keluarga ini merupakan lanjutan dari 2 (dua) program GAMACCA (Gerakan Keluarga Gemar dan Cinta Membaca) sebelumnya, yakni Library at home, dan One book in a day, serta wujud dari kepedulian masyarakat dan pemerintah tentang pentingnya dunia literasi dalam hidup dan kehidupan.

Jika masyarakat mampu menjalankan 2 (dua) program yang telah dijelaskan sebelumnya, maka tidak usah diragukan lagi, keluarga baca akan terbentuk dengan sendirinya di wilayah tersebut yang mana meski perpustakaan desa belum tersedia di wilayah tersebut, mereka masih bisa mendapatkan berbagai informasi dan menambah pengetahuan literasinya melalui GAMACCA (Gerakan Keluarga Gemar dan Cinta Membaca).

Oleh karena itu, melaui GAMACCA (Gerakan Keluarga Gemar dan Cinta Membaca) yang diusung oleh penulis, diharapkan mampu menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam mewujudkan kehidupan yang literat, yakni kehidupan yang menjadikan informasi sebagai hal yang penting, menjadikan aktivitas membaca sebagi budaya dalam membudayakan kehidupan dengan penuh rasa tanggung jawab, terutama dalam lingkup keluarga yang merupakan lembaga informal yang harus menanamkan nilai karakter, terutama nilai karakter gemar membaca. Juga kewajiban pemerintah desa untuk mengambil peran penting dalam peningkatan kebudayaan masyarakat secara berkesinambungan.

Membatu masyarakat keluar dari comfort zone atau zona nyaman yang selama ini menjadi kendala dalam hal dunia literasi baca-tulis. Selain itu, dengan melibatkan generasi muda sebagai aktor utama dari program ini, maka mereka akan lebih produktif, krreatif dan inovatif untuk membangun wilayah pedesaan yang maju serta sejahtera dengan berbasis literasi seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

REFERENSI:

  • Darmono. 2016. Peran Perpustakaan dalam Pengentasan Kemiskinan Informasi. Jurnal FKP2TN Vo. 1 No. 2 Tahun 2006.
  • https://gln.kemdikbud.go.id/glnsite/tingkatkan-literasi-baca-tulis-kemendikbud-adakan-pertemuan-penulis-bahan-bacaan/: Tingkatkan Literasi Baca-Tulis, Kemendikbud Adakan Pertemuan Penulsi Bahan Bacaan.
  • https://m.ayojakarta.com/read/2020/02/25/12463/mendagri-ungkap-23-daerah-belum-memiliki-perpustakaan: Mendagri Ungkap 23 Daerah Belum Memiliki Perpsutakaan.
  • Marfu`i, L. N. R. (2016). Upaya pendukung pembelajaran literasi dengan mengasah kemampuan berfikir kritis melalui teknik bibliolearnig pada siswa. Jurnal Ilmiah Mitra Swara Ganesha, 3(2), 1-18
  • Nopilda, L., & Kristiawan, M. (2018). Gerakan literasi sekolah berbasis pembelajaran multiliterasi: Sebuah paradigma pendidikan abad ke 21. Jurnal Manajemen, Kepemimpinan Dan Supervisi Pendidikan, 3(2), 216-231.
  • Sudarsana, Blasius.2010. Pustakawan Cinta dan Teknologi. Jakarta: Ikatan Sarjana Ilmu Perpustakaan dan Informasi.
  • Wandasari, Y. (2017). Implementasi gerakan literasi sekolah (GLS) sebagai pembentuk pendidikan berkarakter. Jurnal Manajemen, Kepemimpinan Dan Supervisi Pendidikan, 1(1), 325-343.

BIOGRAFI PENULIS

Nama : Firmansyah
Tempat dan Tanggal Lahir : Takalar, 06 Februari 2002
Domisili : Takalar
Pendidikan Terakhir : SMA/MA Sederajat

Pengalaman Organisasi :

  • Ketua Osis MA Galesong Selatan 2017- 2018
  • Remaja Masjid Nurul Iman Pattingalloang 2017- Sekarang
  • IKA Duta Bahasa Sulawesi Selatan dan Barat 2020 – Sekarang
  • Sekretaris Departemen Diklat Pusat Studi Dakwah Mahasiswa Muslim BEM FBS UNM 2020 – Sekarang
  • Duta Edukasi Perubahan Perilaku Kota Makassar 2020

Prestasi :

  • Juara Favorit Duta Bahasa Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat 2020
  • Penulis Terbaik Lomba Cipta Puisi Tingkat Nasional Tema Meraih Impian
  • Kontributor Lomba Cipta Puisi Tema Menguak Kenangan LCPN 2020 Pramedia

WhatsApps : 085241681020
Email : firmansyah060202@gmail.com
IG : @fi.rmansyah472

 

Related Posts

30 thoughts on “Upaya Peningkatan Literasi Baca-Tulis Masyarakat Pedesaan melalui Gerakan Keluraga Gemar dan Cinta Membaca (GAMACCA)

  1. Firmansyah berkata:

    Bismillah, semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi banyak orang.

  2. Nur Alimah berkata:

    Mantap kak, semoga dengan adanya tulisan ini dapat menyadarkan masyarakat terutama kalangan millenial dalam hal literasi baca. Semangat kak!

  3. Fitriani berkata:

    Tulisannya bagus kak, menginspirasi. Terus berkarya kak.

  4. Rusli berkata:

    Keren 👍 jangan berhenti berkarya ✍

  5. Iklima berkata:

    Masyaa Allah.. Keren kak

  6. Dewi Jumrahwati Basri berkata:

    Maa Syaa Allah keren :”)

  7. St Fajriana Tahir berkata:

    Kerenn,, wht an excellent idea!!

  8. Akbar dwi s berkata:

    Sangat bermanfaat dan meningkatkan perilaku gemar membaca, keren!

  9. Akbar dwi s berkata:

    Sangat bermanfaat dan meningkatkan perilaku gemar membaca, keren!

  10. ANDI NURUL INAYAH S berkata:

    Semangat firman!!!

  11. uswatunhasanah berkata:

    Keren …semoga berhasil

  12. Nur Yanti berkata:

    Sangat bagus karna cara penyampaian bahasanya sangat mudah dipahami dan tidak berbelit-belit.

  13. Renal berkata:

    Sangat informatif.. dapat pengetahuan baru👍

  14. Dzulkhair berkata:

    Keren maa syaa Allah

  15. Hendra berkata:

    Program yg Bertemakan GAMACCA cukup layak di apresiasi karena mengembangkan potensi bagi masyarak pedesaan.apalagi Sekaran anak anak di desa lebih mementingkan bermain bersama temannya tanpa mempedulikan waktu untuk belajar..

  16. Muh. Iqbal Falah M berkata:

    Masya Allah.
    Kembali menambah wawasan seputar hakikat literasi melalui upaya solutif yang ditawarkan oleh penulis yakni melalui program GAMACCA.

  17. Muh. Iqbal Falah M berkata:

    Masya Allah.
    Kembali menambah wawasan seputar hakikat literasi melalui upaya solutif yang ditawarkan oleh penulis yakni melalui program GAMACCA.

  18. Supardi berkata:

    Maa Syaa Allah, luar biasa program “Gamacca” merupakan kontribusi yang luar biasa untuk memajukan bangsa.

  19. Salma Samad berkata:

    Maa Syaa Allah, sangat bermanfaat

  20. Hadriyanti Eka Putri berkata:

    Great idea💯

  21. Nurul Hikmah berkata:

    Tulisannya sangat menginspirasi

  22. Desy Puspasari Perti berkata:

    Kerenn..semangat terus Firman!!

  23. Sesar Tangkilisan berkata:

    Mantap, Nice✌️✌️

  24. RAENARA1412 berkata:

    Waw, pembahasan yang menarik
    Semangat nah💪💪😉

  25. Yuri berkata:

    Keren…. Sangat bermanfaat👍👍

  26. Siti Nuralimah berkata:

    Tulisan ini bemanfaat sekali, jadi menambah wawasan👍👍

  27. Ananda Salsabilah berkata:

    Semangattttt mas nya 🥰❤️

  28. Innayatul Huda berkata:

    Keren firman, tulisannya sangat bermanfaat 🙂

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *