Bilik Pustaka

Ayo Jadi Cendekia dengan Bangun Perpustakaan di Desa

Pada era serba digital seperti sekarang ini, manusia dapat lebih mudah untuk melakukan aktivitasnya. Dari belajar, bekerja, bahkan sampai untuk bersantai/refreshing baik itu bermain game offline maupun online atau berselancar di media sosial seperti instagram, facebook, twitter, dan sejenisnya, hanya dengan menggunakan gawai yang bisa dengan bebas diakses. Ini merupakan suatu hal yang praktis dan dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja oleh siapapun.Namun ternyata fenomena serba digital ini membuat seseorang baik itu orang dewasa maupun anak-anak enggan untuk sekadar membuka buku. Lalu apakah sebuah istilah yang mengatakan “buku adalah jendela dunia” dikalahkan pamornya dengan sebuah benda persegi panjang ajaib yang biasa dipanggil gawai ini.

Hal ini tidak terjadi dikalangan kota-kota besar saja, akan tetapi di daerah-daerah desapun turut larut dalam demam serba digital yang tengah terjadi. Anak-anak di desa sekarang lebih suka bermain gawai sendirian dirumah atau bermain game online dengan kawan-kawannya daripada membaca buku. Padahal dengan membaca buku, anak-anak pasti akan mendapatkan sebuah asupan yang baik bagi jiwa dan pikiran. Dengan membaca buku pula, mereka akan dapat melalang buana dengan bebas dan menemukan wawasan baru serta pengetahuan-pengetahuan baru yang belum pernah mereka temui.

Sebagai salah satu jalan keluar untuk menarik minat baca anak-anak dan masyarakat desa dapat dilakukan dengan mendirikan perpustakaan desa. Perpusatakaan desa juga kelak dapat menjadi pusat peradaban ilmu pengetahuan di desa dan dapat memajukan desa tersebut. Dengan adanya fasilitas ini anak-anak maupun masyarakat luas akan dapat mengeksploitasi ilmu pengetahuan yang mereka perlukan.

Terkadang juga, mereka jarang atau bahkan tidak pernah mengakses buku bukan hanya karena terkena pengaruh era digitalisasi tapi juga karena meraka tidak mempunyai fasilitas berupa buku yang cukup memadai. Biasanya orang tua terutama didesa beranggapan bahwa membaca buku pelajaran disekolah sudah cukup. Jadi mereka merasa tidak perlu membelikan buku untuk anaknya. Maka salah satu penyebab kurangnya minta baca pada anak juga karena tidak ada fasilitas yang memadai dari orangtuanya.

Hadirnya perpustakaan desa ini mampu untuk membangun kembali semangat literasi anak-anak dan masyarakat desa. Hal ini pula sesuai dengan Undang-undang nomor 43 tahun 2007 tentang perpustakaan, bahwa perpustakaan desa merupakan salah satu jenis perpustakaan umum yang menjadi kewajiban pemerintah desa. Jadi adanya perpustakaan desa merupakan sebuah kewajiban yang harus dibentuk dan dikelola.

Untuk masalah pendanaan, masyarakat desa tidak perlu khawatir karena pemerintah pusat sudah menyiapkan dana pembangunan desa setiap kelurahan atau desa, tentu didalamnya terdapat anggaran untuk pembangunan dan pengelolaan perpustakaan desa. Jadi masyarakat cukup mengatakan keinginannya untuk didirikan perpustakaan desa kepada lurah setempatnya, maka setelah itu tugas lurah beserta jajarannya yang merealisasikan. Didirikannya perpustakaan desa disuatu kelurahan atau desa, tentu merupakan kabar baik yang harus dicontoh oleh desa lainnya demi mewujudkan bangsa yang melek akan peradaban ilmu pengetahuan dan wawasan.

Ya, bisa dikatakan bahwa untuk meningkatkan kesadaran membaca dikalangan masyarakat cukup sulit juga. Ada yang sangat semangat membaca ada pula yang biasa saja. Tetapi kesadaran membaca ini tidak mungkin untuk tidak bisa ditumbuhkan. Jadi peran pembaca sekalian selain mencoba mendirikan perpustakaan desa, juga harus menumbuhkan kesadaran membaca dikalangan masyarakat desa. Kalau bukan kita yang bergerak, lalu siapa lagi?

Jika hal ini benar-benar terjadi (adanya perpustakaan desa), antara penduduk kota dengan desa tidak akan terjadi kesenjangan yang mencolok. Mereka akan setara karena sama-sama memiliki pengetahuan yang sama lewat sebuah buku yang mereka baca. Masyarakat desa yang semula minim akses dalam ilmu pengetahuan sudah seharusnya diberi ruang untuk bergerak dalam memuaskan kehausannya terhadap ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih luas.

Devi Putri Pratama

Nama : Devi Putri Pratama
TTL : Sragen, 17 Juni 2000
Alamat : Kedawung Kidul, Kedawung, Kedawung, Sragen
Asal Instansi : IAIN Surakarta
Prestasi : Juara 2 lomba cipta puisi dalam rangka Hari Santri Nasional 2020
Instagram : @pratamaputrdevi
E-mail : deviputri2022@gmail.com

Andini, Oppi. 2019. Cara Cerdas Mengelola Perpustakaan. Yogyakarta: Desa Pustaka Indonesia
Sebagian besar dari isi tulisan diatas merupakan ide atau pendapat pribadi penulis.

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *