Bilik Pustaka

Teras Baca Pulau Tobea

Masih teringat kata Mentri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Yohana Yembise saat kunjungan kerjanya di Kendari, Sulawesi Tenggara tahun 2015, bahwa negara kita terdiri dari pulau-pulau dan sebagian mendiami daerah pelosok yang serba terbatas sarana dan prasarana untuk menunjang aktivitas sehari-hari, tuturnya saat itu.

Bagaimana pandangan tuan-tuan terhadap orang pesisir? Anak mudanya larut bekerja di laut. Jika uang telah dipegang, apalah pentingnya pendidikan. Keterlibatan mereka mencari-cari nafkah membuat kebutuhan setiap hari telah dipenuhi. Apakah benar demikian? Mungkin ya atau mungkin juga tidak, tuan-tuan perlu melihat sisi berbeda di Pulau Tobea.

Saya perkenalkan Muh. Iryansyah Nasir atau sering disapa Iyan dan tiga belas anggota Volunteer Ekspedisi Nusantara Jaya, yang turun ke Pulau Tobea untuk membuat sebuah teras baca. Cerita ini dimulai tahun 2017, Iyan melibatkan diri mencoba membangun pusat literasi di Desa Wangkolabu. Lokasinya berada dekat dengan laut, mayoritas masyarakatnya adalah nelayan. Jika tuan-tuan ingin berkunjung ke sana, cobalah untuk datang ke Kendari, Sulawesi Tenggara, naik mobil ke toli-toli, kemudian menyebrangi laut dengan kapal kecil, kurang lebih 10 menit. Sebelum menyebrang usahakan memberitahu tujuan tuan agar bisa tiba ke Desa Wangkolabu di Pulau Tobea.

Muh. Iryansyah Nasir bercerita bahwa minat belajar di sana lebih besar. Masyarakatnya hanya kekurangan tempat dan fasilitas belajar, maka dari itu melaut adalah pilihan terbaik untuk melanjutkan hidup. Ketertarikan mengenai hal baru membuat semua pandangan menjadi berbeda. Inilah yang mereka cari. Potensi anak-anak pesisir bukan sekedar pelaut, tetapi akademisi yang terselubung. Teras baca, projek sosial yang menjadi kunci inti dalam membantu pendidikan di sana. Sejak tahun berdirinya hingga awal 2021 masih bertahan. Berbagai buku-buku baru disalurkan dan kerja sama bersama masyarakat desa di sana, serta tanggap dalam masalah yang dihadapi, seperti itulah kata Iyan. Intinya ada kemauan dan dukungan masyarakat yang ingin maju.

Teras baca bukanlah tempat menyimpan buku atau arsip mengenai sebuah ilmu pengetahuan, atau hanya sebagai tempat membaca, tetapi untuk membangun literasi masyarakat dan mengedukasi masyarakat betapa pentingnya membaca. Mungkin inilah motus animi continuus (upaya untuk terus membangkitkan kesadaran) yang disebut Thomas Mann dalam novelnya berjudul Maut di Vanesia. Sebagai penutup tuan-tuan, saya mengutip perkataan Iyan “Kalau peran aktif sebenarnya kembali lagi sebagai relawan, jadi kita berbuat apa yang belum bisa dibuat dan belum bisa terjangkau, untuk pembagian tugas sebenarnya tidak ada, karena semua orang punya tanggung jawab yang sama.”

Referensi:

  • Sebagian adalah hasil wawancara dari Muh. Iryansyah Nasir sebagai perwakilan Volunteer Ekspedisi Nusantara Jaya.
  • www.republika.co.id/: Pendidikan Anak Pesisir Butuh Perhatian Khusus. Dipublis tanggal 27 Februari 2015.

Auto Biografi

Nama : Ade Candra
Tempat dan Tanggal Lahir : Kendari, 22 Februari 1999
Domisili : Kendari, Sulawesi Tenggara

Pengalaman organisasi:

  • Lembaga Dakwah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo tahun 2017 Sekretaris
  • Dewan Perwakilan Mahasiswa FIB UHO tahun 2019 Anggota
  • Badan Eksekutif Mahasiswa FIB UHO 2020 Sekretaris
  • Lembaga Pers Mahasiswa Katharsis UHO Pimpinan Redaksi/Ketua
  • Narasi Toleransi Indonesia Koordinator kota Kendari

Karya : Cerpen Bangsa Pigo dan Lolo pada Kumpulan Cerpen Malam Pengantin Aisyah diterbitkan Oleh Rumah Bunyi tahun 2020

Wa : 082189288003

Email : [email protected]

Fb : Ade Chandra

Ig : Adecandra2_

 

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *