Pejuang Literasi

Ummahat Berprestasi dari Demak Kota Wali

Nama lengkapnya adalah Mba Dian Nafi, Beliau adalah senior kami di Komunitas Literasi Perpustakaan SMA Negeri 1 Demak dan juga komunitas penggiat literasi sebagai penulis asli Demak, yang sering mengisi di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Demak. Mba Dian, demikian kami sering memanggilnya, adalah sosok yang ramah, humble, bersahaja dan down to earth, meskipun beliau sudah menjadi seorang yang sukses sebagai penulis nasional maupun sebagai arsitek dan juga aktivis sosial kemasyarakatan.

Selain literasi, persamaan lain kami lainnya adalah keaktifan kami di lembaga keagamaan Nahdlatul Ulama di Demak, apalagi di periode Oktober 2013 hingga Oktober 2019 saya sebagai penulis diamanahi sebagai accounting di Rumah Sakit Islam NU Demak, di bawah Organisasi NU juga, sedangkan mba Dian aktif di bidang Fatayat NU. Sehingga setiap tahunnya ada kegiatan sosial NU seperti KB Safari, Hari Santri Nasional (HSN), Santunan Anak Yatim Panti Asuhan Darul Hadlonah, Operasi Bibir Sumbing Gratis, Operasi Katarak Gratis, kami selalu aktif dengan amanah masing-masing. Jadi saya sebagai penulis, sangat terinspirasi oleh sepak terjang Mba Dian sebagai seorang ummahat, ibu rumah tangga yang juga sukses karirnya dan sangat bermanfaat untuk kemaslahatan ummat.

Mba Dian sebagai Ummahat (Ibu Rumah Tangga) Sosok yang Inspiratif

Jika menilik background pendidikan Mba Dian yang seorang arsitek, dan sekarang sebagai Candidat Master of Public Policy, dengan segudang prestasinya sebagai seorang penulis nasional dan juga aktivis sosial, maka kita akan dapat menyimpulkan betapa inspiratifnya beliau, sehingga wajar bila nantinya ada penghargaan Duta Literasi di Kabupaten Demak dan kami sangat setuju jika diberikan kepada Mba Dian Nafi. Sosoknya yang humble, ramah dan down to earth sangat membuat nyaman bagi siapa saja yang berkenalan dengan Beliau. Tak terkecuali, begitu juga dengan saya. Pertama kali bertemu dengan Mba Dian Nafi di Perpustakaan SMA Negeri 1 Demak di awal tahun 2020 ketika ada acara penggalangan donasi dari alumni SMA Negeri 1 Demak. Beliau juga langsung mendonasikan buku-buku hasil karyanya dan juga mencarikan sponsor untuk menambah koleksi buku Perpustakaan SMA Negeri 1 Demak yang akan maju lomba di tingkat Nasional. Di akun media sosial instagramnya yang saya (penulis) ikuti, Mba Dian Nafi juga berbagi banyak informasi hal positif, berbagi rejeki donasi buku setiap tahunnya seperti ketika Peringatan Hari Kemerdekaan RI, untuk para TBM dan perpustakaan yang membutuhkan. Berbagi Informasi santunan bantuan bagi yang terdampak Covid-19 dari organisasi Nahdlatul Ulama (NU) dan lain sebagainya yang diinformasikannya melalui media sosialnya.

Mba Dian mengatakan sering membuat novel fiksi maupun non fiksi. Di saat membuat cerita cerita fiksi. Mba Dian tidak pernah main-main dalam menggarap.

Menurutnya fiksi bukan berarti tidak ada penggalian data dan fakta untuk memperkaya cerita. Karena itulah, terkadang sebuah novel, ia harus melakukan riset, terjun langsung ke berbagai lokasi, wawancara dan mengamati sehingga cerita yang dihadirkan sesuai dengan kondisi riil.

“Asyik, sih, saya jadi tambah pengalaman dan teman. Dan biasanya saat melakukan riset semacam itu, saya akan menemukan banyak hal baru yang bisa digali dan mungkin menjadi karya baru saya di lain waktu,” imbuh Mba Dian.

Karena itulah dalam keseharian ibu dua anak ini selalu membawa catatan yang disebut sebagai buku ide. Saat menemukan hal menarik di manapun berada ia akan mencatatnya. Di waktu luang ia menjabarkan ide-ide tersebut menjadi sebuah alur cerita.
Kadang ketika penerbit meminta tema-tema tertentu, Mba Dian tinggal bongkar buku ide. Dari situ dia akan menemukan cerita yang pas sesuai tema yang diminta penerbit terselip di halaman tertentu.

Dulu, untuk satu novel Mba Dian memerlukan waktu penyelesaian sekitar delapan bulan. Itu terjadi karena ia belum menemukan metode yang pas dan tepat. Semua ide di kepala dituangkan begitu saja dalam bentuk cerita sehingga kadang menjadi liar dan perlu proses editing lebih. Seiring berjalannya waktu Mba Dian terus belajar. Akhirnya dia menemukan cara paling efektif menulis novel. Dimulai dari menemukan ide, pesan yang akan disampaikan. Pesan moral menjadi bagian yang sangat penting dalam karya-karyanya. Karena ia ingin orang memetik pembelajaran tertentu dari cerita yang ditulis.
“Sebenarnya karena itulah Mba Dian menyukai dunia tulis menulis. Saya ingin memperkaya literasi Indonesia yang mampu memberikan inspirasi, terutama bagi generasi muda,” ujar wanita yang juga berprofesi sebagai pendidik ini.

Setelah ide dan pesan cerita disusun, langkah selanjutnya adalah menentukan kerangka alur cerita, garis besar perwatakan tokoh dan lain sebagainya. Lewat cara demikian cerita yang dibangun tidak akan keluar dari ide awal. Sekarang Mba Dian sudah menghasilkan lebih dari seratus buku. Lebih dari 30 di antaranya merupakan novel karya pribadi; Mayasmara, Gus dan yang terbaru Matahari Mata Hati. Sementara sisanya antara lain berupa antologi puisi dan karya yang ditulis bersama penulis lain.

Mba Dian juga menulis tema umum seperti travelling sebagai misal dalam bukunya yang berjudul Miss Backpacker, agama, dan buku motivasi. Dalam beberapa bulan terakhir Mba Dian bahkan mampu menghasilkan satu buku setiap bulannya.

“Saya merasa telat dalam menulis. Untuk mengejar ketertinggalan, saya berusaha seproduktif mungkin,” kata lulusan Arsitek Undip Semarang ini.
Sebenarnya sejak SD Mba Dian sudah hobi menulis. Ia menuangkan cerita di mana saja termasuk di kertas ujian saat masih sekolah. Namun bakat tersebut tak dihiraukan dan setelah lulus kuliah ia dan suami terjun ke dunia arsitek.

Pada tahun 2008, suami Mba Dian meninggal dunia dan ia berdiam diri di rumah menjalani masa iddah selama empat bulan sepuluh hari. Saat itulah ia mulai mengenal media sosial dan bertemu rekan lama yang mengajak dia menulis lagi.

Dia pun aktif mencari info lomba menulis yang diadakan berbagai penerbit yang sebagian besar berhasil dia menangkan. Dari situlah tawaran mulai berdatangan. Novel pertamanya yang diterbitkan berjudul Mayasamara. Meski sudah lebih dari seratus buku dihasilkan, Mba Dian mengatakan karyanya saat ini masih belum sempurna.

“Keinginan saya adalah bisa menulis yang bagus. Kalau sekarang masih on going.” Katanya.

Merintis Taman Baca

Bukan karena berprofesi sebagai penulis jika Mba Dian Nafi mendirikan taman bacaan. Namun kepedulian pada dunia pendidikan yang mendorong ia merealisasikan taman baca tersebut.

“Sekarang masih merintis taman bacaan. Buku-buku sudah banyak yang terkumpul. Yang sulit mencari sukarelawan yang mau mengurusnya,” tutur Mba Dian Nafi
Perkembangan zaman di mana teknologi banyak menawarkan hal-hal menarik, diakuinya membuat anak-anak masa kini lebih tertarik pada game dibandingkan membaca buku. Inilah antara lain yang melatarbelakangi Dian membuat taman baca. Padahal dari buku anak-anak bisa belajar banyak, baik mengenai kasusastraan maupun bidang umum.

Selain sebagai arsitek dan penulis, Mba Dian memang sangat konsen pada dunia pendidikan. Ia mendirikan dan mengelola dua PAUD sekaligus yakni PAUD Cahaya di Semarang dan PAUD Fadhoilusy Syukriyah di Demak.
Hampir seluruh yang dia kerjakan masih terkait pendidikan. Mulai dari mengajar ngaji di malam hari, mengajar di PAUD dan sharing kepenulisan di kampus-kampus, sekolah, pesantren dan komunitas.

“Saya menulis buku baik fiksi dan nonfiksi juga karena panggilan ingin punya peran dalam pendidikan dalam bentuk literasi.” Imbuh Mba Dian.
Dari Mba Dian Nafi juga, saya sebagai penulis belajar banyak hal, bahwa seorang perempuan itu wajib berpendidikan, wajib berprestasi, kekayaan duniawi hanyalah bonus dari sang pencipta Allah SWT.

Karena seperti kutipan dari Ki Hajar Dewantoro, “Setiap Orang Menjadi Guru, Setiap Rumah menjadi Sekolah”.

Hadist Rasulullah SAW, “Al Ummu Madrasah Ula” Ibu adalah Madrasah (Sekolah) pertama bagi anak-anaknya.

Kalo bahasa saya, mari terus berniat baik, menjadi baik, berbuat baik, tanpa tapi dan tanpa nanti. Seharusnya hidup tidak hanya sekedar hidup, jadilah hidup sekali dan yang berarti. Menghasilkan senyuman di sekelilingmu saat kita masih hidup. Tidak menjadi beban saat kita meninggal.

Gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan nama baik dan pahala amal jariyah ( InsyaAllah).

“Entah berkarier atau menjadi ibu rumah tangga, seorang wanita wajib berpendidikan tinngi, karena Ia akan menjadi ibu-ibu cerdas yang akan menghasilkan anak-anak yang cerdas.“ Dian Sastrowardoyo (Aktris)

Biografi Tokoh

Dian Nafi. Creative and Digital Enthusiast. Lulusan Arsitektur Undip yang suka jalan-jalan, menulis fiksi dan non fiksi seputar kepesantrenan, kemuslimahan, kewirausahaan, motivasi dan pengembangan diri.

Tulisan dimuat di beberapa media, 37 buku dan 94 antologi/omnibook diterbitkan oleh 17 penerbit Indonesia. Di antaranya: Jendela-Zikrul Hakim, Quanta-Elexmedia, Bentang, Gramedia Pustaka Utama, Leutika, Hasfa, Imania-Mizan, Familia, Qudsi, Bypass, Javalitera, Plotpoint, Grasindo, Diandra, Divapress, Erlangga, Prenada, Nuansa, Visi Media, Indiva, dll.

Founder Hasfa, pegiat banyak komunitas, Litbang Fatayat NU Demak, Sekretaris KBIH Muslimat NU, Litbang CodingMum Bekraf, Kabid Organisasi GOW (Gabungan Organisasi Wanita) Demak, Ketua Divisi Sastra DKD (Dewan Kesenian Daerah) Demak, Coach Gramedia Academy, Trainer Woman Will by Google, Trainer Gapura Digital by Google.

Profilnya dimuat di Harian Analisa Medan (2011) Buku Profil Perempuan Pengarang dan Penulis Indonesia (KosaKataKita, 2012) Jawa Pos-Radar Semarang (2013) Alinea TV (2014) Koran Sindo (2014) Tribun Jateng (2015) Nakita (2016) TVKU (2018) kabareSemarang (2019)

Pemenang Favorit LMCR ROHTO 2011 dan 2013. Penulis Terpilih WS Kepenulisan PBA dan KPK 2011,

Menang Lomba Menulis bersama A Fuadi, dan antologi tersebut terpilih sebagai nominasi kategori Buku dan Desain Sampul Non Fiksi TerfavoritAnugerahPembaca Indonesia 2012,

Penulis Terpilih WS Cerpen Kompas 2012, Award PSA Grasindo 2013 dan 2014, Award BulanNarasi PlotPoint 2015, Novel Gus masuk short list kategori Desain Sampul Fiksi Favorit Anugerah Pembaca Indonesia 2016,

Penerima Apresiasi Literasi dari Bupati 2017, Finalis Lomba Penyusunan Bahan Bacaan Pengayaan Pelajaran Bahasa Indonesia Tingkat Sekolah Dasar Balai Bahasa Jawa Tengah 2018,

Finalis Fellowship IBT Tempo 2018, Selected Paper Presented on International Conference at Radboud University, Nijmegen, Netherland 2019.

Penulis bisa dihubungi melalui No HP/WA 085701591957 dan 081328767574, email [email protected], website www.dian-nafi.com & www.hybridwriterpreneur.com & www.writravelicious.com & www.hasfa.co.id & www.demagz.web.id, IG dan youtube: diannafi, Twitter: ummihasfa, Linkedin: https://www.linkedin.com/mwlite/in/nafidian.

Related Posts

2 thoughts on “Ummahat Berprestasi dari Demak Kota Wali

  1. hardita pangestuti berkata:

    Assalamualaikum wr wb.
    Alhamdulillah sebuah silaturahmi tanpa batas ditengah pandemi, yang mengharuskan saya hanya ijin via chat wa untuk menulis biografinya mba dian nafi untuk mengikuti lomba literasi ini. Setelah hampir setahun kami belum berjumpa kembali. semoga karya kami ini bisa membanggakan tanah kelahirannya kami, Demak kota wali. InsyaAllah

    1. Tirta Buana Media berkata:

      Alhamdulillah kak. Terimakasih sudah berpartisipasi. Sukses selalu. Salam!

Tinggalkan Balasan ke Tirta Buana Media Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *