Bilik Pustaka

Bergerak Bersama untuk Kemajuan Literasi di Lampung Selatan

Perpustakaan adalah salah satu tempat untuk mendapatkan informasi. Sebelum menceritakan lebih detail bagaimana perjuangan mengelola Perpustakaan Mata Batu di Desa Palembapang Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan, hingga akhirnya bisa bekerja sama dengan dinas atau lembaga formal dan non-formal, serta pegiat literasi dari berbagai daerah, khususnya Lampung Selatan—mari kita tilik sekilas sejarah tentang perpustakaan agar bisa mengetahui asal mula adanya perpustakaan di dunia menurut informasi-informasi yang valid.

Bagaimanapun juga, perkembangan perpustakaan tidak dapat dipisahkan dari sejarah. Di mana manusia awalnya hidup tidak menetap (nomaden). Manusia mencari makan dari alam sekitarnya, sedangkan untuk keperluan ternaknya, mereka harus mencari sumber air serta rumput.

Dalam mengembara, manusia memperoleh pengalaman bahwa bila dia memberi tanda pada sebuah batu, pohon, papan, lempengan serta benda lainnya, ternyata manusia dapat menyampaikan berita ke manusia lainnya. Pesan ini dipahatkan pada batu atau pohon bahkan benda lainnya. Sehingga manusia bisa berhubungan dengan manusia lain melalui bahasa lisan maupun isyarat.

Adanya tulisan tersebut, membantu daya ingat manusia yang kini dapat melihat catatan yang pernah ditulis. Pesan dalam berbagai pahatan itu dapat diteruskan ke generasi berikutnya. Bila kegiatan memberi tanda pada berbagai benda itu dilakukan dari satu generasi ke generasi berikutnya, maka banyak dugaan bahwa perpustakaan dalam bentuknya yang sangat sederhana sudah mulai dikenal ketika manusia mulai melakukan kegiatan penulisan pada berbagai benda.

Menurut sejarah catatan sejarah, pada sekitar tahun 2.500 sebelum masehi, orang Mesir mendapatkan sebuah temuan sederhana tapi memiliki pengaruh besar bagi peradaban manusia, yaitu penemuan bahan tulis berupa papyrus yang dibuat dari sejenis rumput yang tumbuh di sepanjang sungai Nil. Rumput tersebut dihaluskan dengan cara ditumbuk lalu diratakan, kemudian dikeringkan dan digunakan untuk menulis dengan menggunakan pahatan dan tinta. Dari kata papyrus itu, berkembanglah istilah paper, papiere, papiros yang berarti kertas. Penemuan kertas dari rumput papyrus ini dianggap penting bagi manusia karena serat selulosenya merupakan landasan kimiawi bagi pembuatan kertas zaman modern.

Hingga sekitar tahun 700-an masehi, papyrus masih digunakan sebagai bahan tulis, kemudian mulai digunakan bahan lain seperti kulit binatang. Sekitar abad pertama masehi, sejenis bahan yang mirip dengan kertas yang kita gunakan saat ini telah ditemukan di Cina. Namun karena pengetatan yang dilakukan penguasa Cina terhadap semua benda yang keluar masuk dari Cina, maka penemuan kertas itu tidak dikenal di Eropa hingga tahun 1150-an. Sebelum itu, Eropa menggunakan kulit binatang sebagai bahan tulis, misalnya mereka membuat alat tulis dari kulit kambing, domba, biri-biri, sapi, dan binatang lain yang disebut parchmen. Parchmen sebenarnya berasal dari kata “pergamuan” sebuah kota kecil di Asia Kecil tempat parchmen pertama kali digunakan. Parchmen digunakan untuk bahan tulis sebelum kertas ditemukan. Bahan tulis lain disebut vellum yang terbuat dari kulit sapi atau kambing, digunakan untuk menulis dan menjilid buku.

Karena Eropa Barat baru mengenal kertas pada abad ke-12, sedangkan mesin cetak baru dikenal pada abad ke-15 maka pengembangan perpustakaan berjalan lambat. Ketika kertas sudah dikenal, sedangkan teknik pencetakan masih primitive, di Eropa Barat dikenal sejenis terbitan bernama incunabula yang berarti buku. Bukunya dicetak menggunakan teknik bergerak (movable type) sebelum tahun 1501. Pengaruhnya bagi perpustakaan adalah perpustakaan terutama di Eropa hanya menyimpan naskah tulisan tangan lazim yang disebut “manuskrip”. Makrip ini umumnya berbentuk gulungan yang disebut scroll.

Di Eropa Barat sekitar tahun 1440 tatkala Johann Gutenberg dari kota Mainz, Jerman mencetak buku dengan tipe cetak gerak. Setiap aksara dilebur ke dalam logam, kemudian dipindah ke dasar mesin pres, lalu diberi tinta. Kemudian ditaruh kertas di atasnya, lalu digulung dengan lempeng pemberat. Sejak penemuan Gutenberg ini, sebenarnya penemuan untuk kawasan Eropa pembuatan manuskrip yang semula ditulis tangan, kini dapat digandakan dengan mesin cetak. Karena teknik pencetakan yang masih sederhana, maka hasilnya pun masih sederhana dibandingkan dengan buku cetakan masa kini. Buku yang diterbitkan semasa ini hingga abad ke-16 dikenal dengan nama incunabula.

Mesin cetak penemuan Gutenberg kemudian dikembangkan lagi, hingga mulai abad ke-16 pencetakan buku dalam waktu singkat mampu menghasilkan ratusan eksemplar. Hasilnya bagi perpustakaan ialah terjadinya revolusi perpustakaan. Artinya dalam waktu singkat, perpustakaan diisi dengan buku cetak. Revolusi ini terjadi hampir 400 tahun dan ketika buku mulai digantikan dalam bentuk elektronik.
Dari Jerman, mesin cetak tersebar ke seluruh Eropa, kemudian dibawa lagi ke Asia tempat asal usul mesin cetak. Mesin cetak yang diasosiasikan dengan buku menimbulkan dampak sosial yang besar. Misalnya, bila sebuah negara berada di bawah kekuasaan yang mutlak, berbagai pengarang menulis buku dengan tujuan menentang tirani. Hal ini sering berakhir dengan pelarangan buku yang menentang kekuasaan, alasan lain menulis buku ialah untuk mata pencaharian. Banyak orang hidup hanya dari menulis buku saja. Misalnya, para sastrawan dan penulis novel. Alasan lain menulis buku ialah melakukan komunikasi formal antara penulis dengan pembacanya.

Seiring berjalannya waktu, pengertian dan fungsi perpustakaan serta kegiatan-kegiatan yang terkait sudah semakin berkembang pesat. Apalagi di era globalisasi saat ini, teknologi semakin membumi. Dengan kata lain, manusia tidak hanya mendapatkan informasi melalui buku, majalah, atau koran saja, melainkan bisa mencarinya dari berbagai sumber di internet. Karena hampir semua informasi yang kita butuhkan, bisa lebih mudah diakses hanya bermodal hp dengan kuota internet. Namun, mudahnya akses informasi yang didapat, tidak serta merta bisa kita jadikan sebagai sumber informasi yang valid, harus adanya saring sebelum sharing agar tidak mudah termakan hoaks.

Oleh sebab itu, pada tahun 2018 yang lalu tepatnya tanggal 3 April, Perpustakaan Masyarakat Cinta Baca-Tulis atau disingkat Perpustakaan Mata Batu, telah diresmikan oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Lampung Selatan. Yang mana perpustakaan ini mengundang seluruh masyarakat Desa Palembapang dari berbagai kalangan atau profesi (khususnya murid atau mahasiswa dan guru), Pemimpin Kecamatan (Camat), tokoh adat, tokoh agama, serta pegiat literasi yang ada di Lampung Selatan, bahkan ada beberapa wartawan turut hadir untuk meliput kegiatan tersebut.

Tujuan pembentukan, penyelenggara, dan pengelolaan perpustakaan desa ini untuk melayani masyarakat, khususnya di Desa Palembapang. Dalam mewujudkan upaya tersebut, pengurus perpustakaan menyediakan fasilitas membaca dan belajar menulis; baik buku sastra, pendidikan, majalah atau lainnya. Sehingga, dengan dibentuknya Perpustakaan Mata Batu, akan terdorong minat baca masyarakat dan tergerak untuk membuat tulisan-tulisan yang akan dibaca khalayak. Berharap suatu saat bisa menghasilkan tulisan-tulisan yang menginspirasi pembaca dengan lebih banyak membaca dan menulis. Itu artinya, salah satu tantangan petugas perpustakaan adalah bagaimana masyarakat bukan hanya konsumen (penikmat) saja, tapi juga sebagai produsen.

Perpustakaan Mata Batu ini sendiri diketuai oleh seorang penulis yang sudah lama berkecimpung di dunia literasi. Irma Dewi Meilinda, namanya. Ditunjuk oleh Kepala Desa yang bernama Hendryadi dengan harapan bisa bekerja sama dalam membangun literasi di Desa Palembapang.

Setelah peresmian Perpustakaan Mata Batu, perencanaan kegiatan dilaksanakan satu per satu meskipun belum kondusif. Perlu menyatukan visi dan misi antar tim untuk mencapai tujuan yang diharapkan yaitu “terwujudnya perpustakaan desa yang mampu memberikan layanan informasi serta pengetahuan yang efektif dan efisien.”

Beberapa kegiatan yang sudah berjalan adalah berkeliling untuk menebar virus membaca dari dusun ke dusun, tentu selain bergerak dari petugas perpustakaan sendiri, Perpustakaan Mata Batu juga bekerja sama dengan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Lampung Selatan, Komunitas Penulis Kreatif Lampung, Pemerintah Daerah (Desa dan Kecamatan, bahkan Provinsi), Media Massa, dan juga lembaga-lembaga yang bisa mendukung kegiatan-kegiatan literasi, khususnya Lampung Selatan.

Pada tahun 2018 dan 2019, Perpustakaan di Desa Palembapang melibatkan Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA Jakarta yang sedang mengabdi di Desa Palembapang untuk meningkatkan minat baca masyarakat melalui perpustakaan desa. Hal ini juga bertujuan untuk mengalihkan gadget atau ponsel dari anak-anak, khususnya agar waktu bermain dengan ponsel tersebut bisa dikendalikan. Memang tidak mudah mendidik anak di zaman teknologi yang semakin canggih saat ini, kita pun (orang dewasa) tidak bisa sepenuhnya bisa menghindari pemakaian gadget atau ponsel, apalagi anak-anak. Itu sebabnya alternatif lain adalah dengan menjadikan gadget atau ponsel menjadi alat edukasi. Membuat anak-anak memahami sisi positif dan negatif dari penggunaan gadget atau ponsel tersebut.

Untuk meningkatkan fungsi perpustakaan desa dan pengembangannya agar masyarakat jatuh cinta pada buku adalah kita harus memberikan hal yang berbeda, tentu menerapkan ilmu literasi dari berbagai bidang. Pada kesempatan ini, Perpustakaan Mata Batu mendapatkan inovasi baru untuk mengembangkan perpustakaan desa pada saat studi banding ke Kesuma Pustaka di Lampung Timur (26/09/2018) yang diadakan oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Lampung Selatan.

Di sana bisa dilihat bagaimana masyarakat bergotong royong dalam memanfaatkan tempat wisata sebagai sarana membaca dengan dibuatkan gubuk baca di dekat embungnya. Tidak hanya itu, ada perahu gayung yang bisa dimanfaatkan untuk menuju menara eiffel yang mereka buat dari kayu, yang dilletakkan di tengah-tengah embung.

Hal ini mampu membuat pengunjung tidak hanya memburu spot foto saja, melainkan bisa menikmati pemandangan sambil membaca buku. Sebagaimana masyarakat sampai saat ini sangat senang berswafoto, peluang inilah yang diambil Tirta Kesuma Pustaka untuk menarik perhatian masyarakat agar mau berkunjung. Banyak hal yang bisa dipelajari dan dicontoh dari Tirta Kesuma untuk mengembangkan perpustakaan di Desa Palembapang.

Perpustakaan berbasis teknologi adalah salah pilihan yang bisa dimanfaatkan, terlebih sejak pandemi hadir di dunia. Membuat aplikasi perpustakaan berbasis web dan android adalah solusi untuk menghadirkan bahan bacaan kepada masyarakat meski harus berada di rumah saja. Sebab dampak covid-19 membuat kegiatan apa pun hampir lumpuh, termasuk kegiatan perpustakaan. Setelah masa kenormalan baru (new normal), jam buka serta pengunjung dibatasi. Namun hal ini tidak membuat pegiat literasi terutama petugas perpustakaan atau TBM kehilangan ide untuk terus meningkatkan minat baca masyarakat dalam berbagai kegiatan.

Bagaimana tidak, Irma selaku Ketua Perpustakaan Mata Batu terus menjalin kerja sama dengan berbagai pihak termasuk pihak TVRI Lampung. Irma mendapatkan kesempatan untuk menulis naskah cerita dalam program Anak Indonesia, yang mana kegiatannya dilaksanakan pada tanggal 15 – 18 Desember 2020 dan akan ditayangkan insya Allah tanggal 24 Januari 2021 di TVRI Nasional. Selain ide cerita, pihak TVRI Lampung pun menyerahkan tanggung jawab siapa saja yang akan terlibat menjadi pemainnya, serta memberikan saran lokasi syuting yang akan digunakan. Inilah bukti bahwa dari kegiatan membaca dan menulis, mampu menjalin kerja sama ke berbagai pihak.

Peran perpustakaan sangat penting bagi masyarakat karena kegiatannya berkaitan dengan perpustakaan. Adapun fungsi perpustakaan bagi masyarakat yaitu:

  • a). Sebagai Sarana Simpan Karya Manusia
    Perpustakaan berfungsi sebagai tempat menyimpan karya manusia, khususnya karya cetak seperti buku, majalah, dan sejenisnya, serta karya rekaman seperti kaset, piringan hitam, dan sejenisnya. Perpustakaan berfungsi sebagai “arsip umum” bagi produk masyarakat berupa buku dalam arti luas. Dalam kaitannya dengan fungsi simpan, perpustakaan bertugas menyimpan khazanah budaya hasil masyarakat.
  • b). Sebagai Fungsi Informasi
    Bagi anggota masyarakat yang memerlukan informasi dapat memintanya ataupun menanyakan ke perpustakaan. Informasi yang diminta dapat berupa informasi mengenai tugas sehari-hari, pelajaran maupun informasi lainnya. Dengan koleksi yang tersedia, perpustakaan harus berusaha menjawab setiap pertanyaan yang diajukan ke perpustakaan. Bila tidak terjawab, dapat meminta bantuan ke perpustakaan lain yang dianggap mampu menjawab pertanyaan tersebut karena pada hakikatnya semua perpustakaan melaksanakan fungsi informasi.
  • c). Fungsi Rekreasi
    Masyarakat dapat menikmati rekreasi kultural dengan cara membaca dan bacaan ini disediakan oleh perpustakaan. Fungsi rekreasi ini tampak nyata pada perpustakaan umum yaitu perpustakaan yang dikelola dengan dana umum serta terbuka untuk umum. Umum artinya setiap orang tanpa memandang perbedaan jenis kelamin, usia, pekerjaan, agama, dan warna kulit. Dalam menjalankan fungsi rekreasi ini, maka perpustakaan menjalin kerja sama dengan berbagai komponen seperti penulis yang menulis buku, penerbit yang menerbitkan buku, produsen kertas, toko buku, unsur pembaca yang berasal dari semua pihak dan dengan sendirinya juga pengelola perpustakaan.
  • d). Fungsi Pendidikan
    Perpustakaan merupakan sarana pendidikan nonformal dan informal. Artinya perpustakaan merupakan tempat belajar di luar bangku sekolah maupun tempat belajar dalam lingkungan pendidikan sekolah. Dalam hal ini, yang berkaitan dengan pendidikan nonformal ialah perpustakaan umum. Sedangkan yang berkaitan dengan informal ialah perpustakaan sekolah dan perpustakaan perguruan tinggi. Bagi mereka yang sudah meninggalkan bangku sekolah maupun putus sekolah maka perpustakaan merupakan tempat belajar yang praktis, berkesinambungan, serta murah. Dalam sejarah, banyak terjadi tokoh dunia menghabiskan waktunya di perpustakaan serta memperoleh banyak bahan dari perpustakaan sekolah. Sebagai contoh Karl Marx (penulis buku Manifesto Komunis) yang mengahbiskan waktunya di British Library di London.
  • e). Fungsi Kultural
    Perpustakaan merupakan tempat untuk mendidik dan mengembangkan apresiasi budaya masyarakat. Pendidikan ini dapat dilakukan dengan cara menyelenggarakan pameran, ceramah, pertunjukan kesenian, pemutaran film bahkan bercerita untuk anak-anak. Dengan cara demikian masyarakat dididik mengenal budayanya. Di sini budaya memiliki arti segala ciptaan manusia.

Dengan demikian, kehadiran perpustakaan sangatlah penting untuk masyarakat dalam berbagai hal, khususnya SDM. Perpustakaan yang semula dari pencatatan manual tentang tulisan (informasi yang akan disampaikan) bahkan data-data yang lainnya, kini merambah ke teknologi atau pencatatan berbasis komputer bahkan buku-buku fisik pun sekarang bisa ditemui di internet atau playstore. Hal ini berkaitan dengan perpustakaan berbasis teknologi untuk memudahkan masyarakat dalam bertukar informasi atau mengaksesnya.

Bukan hanya itu, perpustakaan juga semakin merambah fungsi dan manfaatnya dengan adanya perpustakaan berbasis inklusi sosial. Di mana dikutip dari website perpusnas.goid, bahwa fungsi perpustakaan bukan hanya sebagai pusat pembelajaran saja, melainkan menjadi pusat sumber informasi. Perpustakaan juga berfungsi sebagai tempat mentrasformasikan diri sebagai pusat sosial budaya dengan memberdayakan dan mendemokratisasi masyarakat serta komunikasi lokal dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Artinya perpustakaan sangat berperan penting untuk memfasilitasi masyarakat dalam mengembangkan potensi daerah dan masyarakatnya dengan melihat keragaman budaya, kemauan untuk menerima perubahan, serta menawarkan kesempatan berwirausaha, melindungi, dan memperjuangkan budaya maupun hak asasi manusia. Untuk itu, kerja sama dari berbagai pihak sangatlah penting demi kemajuan literasi, baik di daerah dan wilayah maupun dunia. Hal inilah yang selalu diupayakan atau diharapkan oleh Perpustakaan Mata Batu agar bisa bekerja sama dengan berbagai pihak demi kemajuan di Lampung, khususnya Lampung Selatan.

REFERENSI:

  • https://www.perpusnas.go.id/news-detail.php?lang=id&id=201012061952bZO6K9IHQN. Diakses tanggal 11 Januari 2021.
  • https://www.slideshare.net/aliyyul/sejarah-perpustakaan. Diakses tanggal 10 Januari 2021.
  • Semua/sebagian isi dari tulisan esai ini adalah ide atau pendapat pribadi penulis.

BIODATA PENULIS

Irma Dewi Meilinda adalah penulis yang berasal dari Desa Palembapang Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan. Irma adalah nama panggilannya sehari-hari. Ia juga memiliki nama pena yaitu Princess Meymey. Penulis adalah lulusan mahasiswi Perguruan Tinggi Teknokrat Bandar Lampung yang saat ini sudah berubah nama menjadi Universitas Teknokrat Indonesia (UTI) Lampung, Program Studi (S)ekolah (T)inggi (M)anajemen (I)nformatika dan (K)omunikasi, Jurusan (S)istem (I)nformasi, lulusan tahun 2014.

Aktivitas sehari-harinya saat ini adalah menulis dan aktif dalam kegiatan literasi. Maka tidak heran jika ia diamanahkan menjadi Ketua Komunitas Penulis Kreatif (KPKers) Lampung pada tahun 2015.

Dari hobinya menjadi penulis, membawa perubahan yang luar biasa dalam hidupnya, terutama dalam karier. Karena di tahun yang sama, ia memberanikan diri untuk membuka usaha penerbitan yang diberi nama Indie Digital Media Publishing atau disingkat IDM Publishing, sehingga ia menjadi lebih dikenal oleh masyarakat.
Sejak diamanahkan menjadi ketua salah satu komunitas yang sudah tersebar di segala penjuru ini, Irma terus disibukkan dengan kegiatan-kegiatan literasi yang ada di Lampung, khususnya Lampung Selatan untuk mewakili komunitas atau dirinya sendiri. Baginya, popularitas tak terlalu penting, tetapi beberapa kali ia diliput oleh media massa; baik koran, internet, maupun televisi tentang kegiatannya dalam dunia literasi.

Perempuan kelahiran 12 Mei 1993 ini sudah menerbitkan 3 buah judul buku dan beberapa buku antologi bersama teman-teman KPKers Lampung dan penulis-penulis di luar Lampung.

Tahun 2018, Irma ditunjuk oleh Kepala Desa (Hendryadi) sebagai kepala Perpustakaan Mata Batu (Masyarakat Cinta Baca-Tulis) di tempat tinggalnya. Selain menulis, ia sangat hobi membaca dan mengamati isu-isu sosial. Penulis perempuan ini juga seorang blogger, youtuber, dan pengamat sosial.

Penulis dapat dihubungi melalui :
Facebook : Irma Dewi Meilinda
E-Mail : [email protected]
Twitter : @meymey1205
Instagram : @irmadewimeilinda
Youtube : Irma Dewi Meilinda

Prestasi bidang organisasi/komunitas :

  • Anggota Basket Tingkat SMP (2005 – 2008)
  • Anggota PMR Tingkat SMP & SMA (2005 – 2011)
  • Anggota Komunitas Bisa Menulis (KBM) Lampung (2015 – Sekarang)
  • Ketua Komunitas Penulis Kreatif (KPKers) Lampung (2015 – Sekarang)
  • Owner/Dirut Indie Digital Media (IDM) Publishing (2015 – Sekarang)
  • Pimpred Penerbit Harasi (2016 – 2017)
  • Ketua Perpustakaan Mata Batu Palembapang, Kalianda – Lamsel (2018 – Sekarang)
  • Anggota KaDo (Kampung Dongeng) Indonesia Cab. Lampung Selatan (2020 – sekarang)

Prestasi bidang literasi :

  • Penulis buku puisi “Endless Love” di Penerbit Uwais, 2016.
  • Penulis buku novel “Love Story” di Penerbit Uwais, 2016.
  • Kontributor buku “Air Mata Luka” di Penerbit Harasi, 2016.
  • Kontributor buku kumpulan cerpen berjudul “Jejak Hidup” karya KPKers Lampung di Indie Digital Media (IDM) Publishing, 2018.
  • Penulis buku novel “Diary Dua Musim” di Indie Digital Media (IDM) Publishing, 2019.
  • Kontributor buku kumpulan puisi berjudul “Tempat Singgah” karya KPKers Lampung di Indie Digital Media (IDM) Publishing, 2019.
  • Penulis buku “Dari Desa Membangun Bangsa” di Penerbit Lokajaya Media, 2020.
  • Penulis di beberapa buku antologi bersama teman-teman penulis, baik di Lampung maupun luar Lampung.
  • Beberapa karyanya ada di website www.diarymey.com dan www.kpkerslampung.
  • Penulis buku Bahasa Lampung kelas III – VI SD, salah satu (editor) di buku kelas I – VI SD dan VII – IX SMP T/A 2020 – 2021 CV. Wahana IPTEK Bandung, sekaligus koordinator dalam pembuatan bukunya.
  • Serta prestasi-prestasi lainnya.

Kegiatan Literasi :

  • Menjadi penyunting naskah, proofreader, penata letak, dan desainer sampul di beberapa penerbit 2015 – sekarang.
  • Seminar Meraih Cinta dan Kesuksesan dalam Tulisan bersama Asma Nadia dengan mengangkat tema “Menulis Asik Smart dan Kreatif” di AULA DIKLAT R.S. ABDUL MULUK (27092015).
  • Juri Lomba Membuat Cerpen pada Acara Launching Saung Ilmu di Yayasan Nurul Islam bersama Adadaya Lamsel (07082016).
  • Guru Kelas Menulis di Yayasan Nurul Islam Desa Sukaraja Kec. Rajabasa Kab. Lamsel, 2016.
  • Sosialisasi dan Tindak Lanjut Bantuan Pengembangan Perpustakaan Desa 2017 dengan Mitra Coca-Cola Foundation Indonesia (CCFI) Melalui Program Perpuseru, Menjadikan Perpustakaan Desa Sebagai Pusat Kegiatan Masyarakat Berbasis Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) pada tanggal 6 Maret 2017.
  • Launching Perpustakaan Mata Batu Ds. Palembapang Kec. Kalianda Kab. Lamsel (03042018).
  • Narasumber dalam Program Pelatihan Jurnalistik dan Menulis Karya Sastra (04042018).
  • Gebyar Gelora Pustaka Gemilang dan Gerakan Safari Gemar Membaca, 2018.
  • Gebyar Gelora Pustaka Gemilang (Songsong Bulan Baca 2018).
  • Workshop TBM di PKBM Tunas Harapan Negeri Pandan (10 – 12 Mei 2018).
  • Menghadiri acara lomba tingkat PAUD/TK di Rumah Pintar Lampung Selatan, 2018.
  • Juri Lomba Baca Puisi pada Peringatan Hari Remaja Internasional yang diadakan oleh Perpustakaan Mata Batu Desa Palembapang (15082018).
  • Penerbit IDM Publishing Menjadi Sponsor Acara “Audisi Putri Hijab Lamsel” (28102018).
  • Mengunjungi Perpustakaan Pelangi Merbau Mataram, Lampung Selatan (17082019).
  • Syuting Program Inspirasi Indonesia TVRI Lampung (14092019).
  • Launching Perpustakaan BMX Pustaka (17102019).
  • Pelatihan Pemandu Wisata Perdesaan dan Perkotaan (18 – 20 Agustus 2020).
  • Gemilang Perpusnas 2019 (05 September 2019).
  • Perpusnas Expo Perpustakaan Nasional 2019 (06 September 2019).
  • Mendongeng di PAUD HAYANA dalam Kegiatan Kampung Dongeng yang Bersinergi dengan CHiPS Perahu Pustaka (09092020).
  • Hari Kunjung Perpustakaan 2019 (26 September 2019).
  • Pekan Puisi dengan Tema “Baca Puisi (Boleh Orasi) Persembahan untuk Papua” di Lamban Sastra (03092019).
  • Peluncuran dan Diskusi Buku Legenda Krakatau karya Syaiful Irba Tanpaka di Lamban Sastra Isbedy Stiawan ZS (28092019).
  • Pengukuhan Bunda Literasi (08102019).
  • Kemah Dongeng (KEMDO 25) yang Diadakan oleh Kampung Dongeng Indonesia di Bogor pada tanggal 28 Februari – 1 Maret 2020.
  • KPKers Lampung bersinergi Kado Lamsel, CHiPS Perahu Pustaka dalam kegiatan berbagi buku dan mendongeng di Serambi Pustaka Lampung (15082020).
  • Berbagi Buku di Pulau Mengkudu pada Hari Aksara Internasional atau Hari Literasi Internasional (08092020).
  • Bersinergi dengan Disparbud Lamsel dan RAPALA Lampung Selatan untuk mengeksplor pariwisata dan budaya di Lampung Selatan (28092020).
  • Memberantas Buta Aksara dengan Membaca dan Menulis di Basecamp Perahu Pustaka (31102020).
  • Berbagi Al Qur’an di Pulau Rimau Balak, Lamsel bersama Perahu Pustaka Lampung, CHiPS Pustaka dan Kado Lamsel (31102020).
  • Syuting Film Edukasi Anak untuk Program Anak Indonesia untuk (15 – 18 Desember 2020).
  • Dan kegiatan-kegiatan lainnya yang bisa dilihat di akun medsos Irma Dewi Meilinda, KPKers Lampung, instagram @perpusmatabatu_dsplb, instagram @kado_lamsel.

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *