“Ada lebih banyak harta di dalam buku daripada yang didapat perampok di pulau harta”, kalimat yang pertama kali dicetuskan oleh tokoh terkenal dunia, Walt Disney, merupakan penggambaran nilai dari buku. Ini merupakan kalimat yang secara tersirat digunakan untuk menjelaskan berharganya pengetahuan yang terdapat dalam buku, mengingat buku sebagai media transfer pengetahuan yang paling populer dari zaman dulu hingga sekarang, dan bahkan di masa depan. Bahkan tidak jarang orang menggelontorkan dana besar untuk pengetahuan dalam buku.
Berkebalikan dengan nilai buku, banyak masyarakat Indonesia yang tidak mengindahkan literasi, salah satunya di pedesaan. Masyarakat di pedesaan yang memiliki banyak keterbatasan di bidang literasi mempersulit perkembangan literasi di daerah pedesaan. Beberapa faktor lain seperti yang dikemukakan oleh Prastiyo dalam bukunya Minat Baca dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, ada 2 (dua) faktor yang mempengaruhi rendahnya minat membaca di taman bacaan masyarakat, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal atau faktor yang berasal dari dalam diri masyarakat pedesaan meliputi kecendungan malas dalam membaca dan kesibukan dalam beraktivitas sehingga tidak sempat untuk membaca. Sedangkan faktor eksternal atau faktor yang berasal dari luar diri masyarakat seperti belum memadainya sarana yang ada di taman bacaan, pelayanan yang diberikan kurang baik, status sosial, dan pengaruh lingkungan. Dua faktor tersebut sudah berusaha diatasi dengan berbagai cara, dari bantuan pemerintah hingga bantuan mandiri masyarakat.
Program pemerintah seperti bantuan buku, peningkatan infrastruktur perpustakaan, program membaca, sosialisasi, dan lainnya, hingga donasi buku dari masyarakat sudah banyak dilakukan. Tetapi, minat baca masyarakat masih rendah, dapat dilihat pada tahun 2019, Indeks Aktivitas Literasi Membaca (Alibaca) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menunjukkan, hanya sembilan provinsi yang masuk dalam kategori sedang, 24 provinsi berkategori rendah, dan satu provinsi termasuk sangat rendah. Rata-rata indeks Alibaca nasional berada di titik 37,32% yang tergolong rendah.
Di sinilah mahasiswa dapat mengambil peran tersebut. Soekarno pernah berkata “Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia”. Dalam kalimat tersebut, Soekarno, founding father bangsa Indonesia, mengisyaratkan bahwa mahasiswa sebagai representasi pemuda, penerus bangsa dapat memberikan pengaruh penting untuk bangsa ini. Rivan Amri melalui tulisannya Dinamika Gerakan Kritis Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta memaparkan mahasiswa dapat memiliki 2 peran penting dalam masyarakat: sebagai agent of change dan sebagai social control. Sebagai agent of change, mahasiswa yang tentunya memiliki banyak ide kreatif dapat dituangkan berupa inovasi untuk meningkatkan literasi di pedesaan. Sebagai social control, mahasiswa berperan sebagai pengontrol dalam masyarakat, salah satunya pengabdian masyarakat yang merupakan salah satu dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, mahasiswa dapat terjun ke masyarakat berperan untuk melakukan kegiatan yang dapat mengontrol masyarakat agar lebih baik dan memberikan pengetahuan kepada masyarakat terkait dengan alasan diperlukannya peningkatan literasi di pedesaan.
Sebagai upaya untuk meningkatkan literasi di pedesaan, mahasiswa dapat menerapkan LDD kepada masyarakat, yaitu learn, do, and discuss. Pertama, mahasiswa dapat memberikan materi seputar seberapa pentingnya literasi bagi kehidupan bermasyarakat agar masyarakat dapat mempelajari tentang literasi dan melihat bahwa membaca sangat penting dan bermanfaat.
Kedua, mahasiswa dapat mengajak masyarakat untuk membaca secara rutin, terutama antar masyarakat yang mempunyai pandangan bahwa literasi tidak penting dapat merasakan manfaat dari membaca, sehingga secara langsung mendapatkan titik terang dari kurangnya pengamalan literasi. Mahasiswa dapat mengajak masyarakat untuk membaca melalui program pemberdayaan masyarakat, sosialisasi, seminar, dan kegiatan lain.
Ketiga, agar masyarakat dapat bertukar pikiran tentang bacaan, mahasiswa dapat mengajak masyarakat untuk melakukan diskusi antar pembaca dengan membuka forum diskusi bagi masyarakat pedesaan secara daring maupun luring. Kegiatan ini dapat meningkatkan antusiasme literasi masyarakat dengan saling berbagi isi dari bacaan dalam ruang diskusi kecil maupun besar.
Terdapat beberapa manfaat yang didapatkan melaui penerapan LDD guna meningkatkan literasi masyarakat di pedesaan. Menurut Thursan Hakim pada bukunya yang berjudul Belajar Secara Efektif tahun 2008, mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain kemampuannya. Jadi, mempelajari manfaat literasi dengan benar dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang dalam literasi sehingga menciptakan tindakan-tindakan literasi yang bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun orang lain. “Pengetahuan tanpa tindakan adalah sia-sia”, sepenggal kalimat yang dikemukakan oleh Abu Hamid Al-Ghazali sering terjadi sekarang ini. Jika memiliki pengetahuan tanpa ada tindakan maka pengetahuan yang dimiliki akan menjadi sia-sia. Sehingga setelah mengetahui pentingnya literasi, masyarakat dapat langsung merasakan manfaatnya dengan membaca. Stephen D. Brookfield dan Stephen Preskill meneliti manfaat berdiskusi dan memaparkan dalam bukunya Discussion as a Way of Teaching tahun 2012, diskusi mempunyai manfaat untuk menghargai perbedaan pandangan, membantu untuk mengenali dan menganalisa asumsi dirinya sendiri, mengembangkan komunikasi ide-ide dan pengertian suatu hal, dan manfaat lainnya. Diskusi berarti mempunyai dampak yang sangat besar untuk meningkatkan kesadaran akan literasi di pedesaan dengan saling bertukar pikiran tentang apa yang telah dibaca, sehingga ada banyak ilmu yang dipindahkan dari pembaca ke pendengar dan sebaliknya. Oleh karena itu, setelah mempelajari dan praktek literasi, masyarakat harus berpartisipasi dalam diskusi agar pengetahuan akan suatu bacaan yang didapat tidak menjadi sia-sia dan dapat berguna bagi manusia lainnya. Karena itulah aksi sederhana dapat berpengaruh untuk meningkatkan literasi di pedesaan, agar masyarakat pedesaan memiliki kualitas hidup yang lebih tinggi dengan membaca.
Berdasarkan pemaparan di atas, mahasiswa sebagai calon pemimpin bangsa, dapat melakukan beberapa hal untuk dapat meningkatkan literasi masyarakat di pedesaan, antara lain:
- Mengajak masyarakat untuk mempelajari pentingnya literasi melalui program pengabdian masyarakat, sosialisasi, seminar, dan sebainya agar masyarakat dapat mengerti dampak dari kurangnya literasi dan manfaat literasi.
- Melakukan kegiatan membaca yang dapat menarik masyarakat untuk ikut serta dan mengajak masyarakat pedesaan untuk membaca, agar masyarakat dapat merasakan sendiri manfaatnya.
- Membuka ruang diskusi bagi masyarakat agar pandangan-pandangan tentang bacaan yang berbeda dapat saling melengkapi dan juga agar masyarakat mendapatkan pengetahuan dan manfaat lebih dari diskusi.
Dengan meningkatnya partisipasi masyarakat pedesaan dalam literasi, maka Bangsa Indonesia akan semakin maju ke arah yang lebih baik terutama dalam kualitas sumber daya manusianya. Oleh karena itu, dengan menerapkan LDD diharapkan mahasiswa dapat melakukan tindakan untuk meningkatkan literasi di pedesaan berdasarkan fungsi dan nilai mahasiswa sesuai dengan salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi, pengabdian masyarakat.
Referensi:
- Amri, R. 2016. Dinamika Gerakan Kritis Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta: E-Societas, Vol. 5, No. 1.
- Brookfield, S. D., & Preskill, S. 2012. Discussion as a way of teaching: Tools and techniques for democratic classrooms. Hoboken: John Wiley & Sons.
- Hakim, T. 2008. Belajar secara efektif. Jakarta: Puspa Swara.
- Prastiyo. 2009. Minat Baca dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Bandung: Alfabeta.
- https://litbang.kemdikbud.go.id/: Indeks Alibaca Diluncurkan.
- Sebagian isi dari tulisan esai ini adalah ide atau pendapat pribadi penulis.
BIOGRAFI PENULIS
Nama : Leonardo Anthony Wijaya
Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 26 Januari 1999
Domisili : Temanggung, Jawa Tengah
Pendidikan Terakhir : SMA
Pengalaman :
- Keluarga Mahasiswa Teknik Kimia FT UGM/Formatur (Maret 2020 – sekarang)
- Lembaga Penelitian dan Kajian Teknik Aplikatif FT UGM/Kepala Divisi Web Development (November 2019 – Desember 2020)
Karya/Prestasi :
- Medali Perunggu Artikel dan Presentasi Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional 2020
Kontak Person :
WA : 089603925783
E-Mail : [email protected]
FB : Leonardo Anthony Wijaya
IG : leonardo.a.w