Bilik Pustaka

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Gerakan Literasi Pedesaan di Desa Selinsing Kabupaten Belitung Timur

Pendahuluan

Literasi yang ada di Indonesia masih belum menjadi sebuah budaya yang dianggap sebagai sebuah kebutuhan (Suragangga, 2017: 27). Survei yang dilakukan oleh UNESCO pada tahun 2016 mengenai budaya membaca yang ada di negara-negara ASEAN menempatkan Indonesia sebagai negara yang memiliki budaya membaca paling rendah dengan nilai 0,001. Hal ini mengandung artian dari 1000 orang penduduk hanya 1 (satu) orang yang gemar membaca (Nopilda, 2018 : 23).

Minimnya budaya literasi juga dialami oleh generasi muda yang masih dalam proses pendidikan, bahkan salah satu kajian menunjukkan bahwa anak-anak Indonesia hanya membaca buku sebanyak 17 halaman selama satu halaman dalam dua minggu (Wandasari, 2017: 10). Hal ini tentu menjadi keprihatinan bahwa generasi muda diharapkan mampu menjadi generasi yang unggul secara praktis tidak memiliki budaya literasi yang baik dan tidak menganggap literasi akan mampu membawa perbaikan bagi individu yang bersangkutan maupun bagi masyarakat di masa yang akan datang.

Kondisi tersebut sejalan dengan fakta empiris yang mana perkembangan teknologi informasi yang pesat tidak meningkatkan minat literasi masyarakat. Berbagai referensi seperti buku, jurnal, media masa yang sudah berbentuk digital dan mudah diakses oleh masyarakat belum mampu menggungah keinginan masyarakat untuk mau membaca, mengetahui dan memahami ilmu pengetahuan. Bahkan terdapat kecenderungan mudahnya akses informasi secara digital disalah gunakan menjadi tindakan yang tidak patut ditiru seperti berita bohong (hoax), penyebaran kebencian dan SARA atau Suku, Agama, Ras, dan Antar Golongan (Miskahuddin, 2017 : 14). Literasi apabila dikaji secara mendalam tidak hanya diartikan sebagai literate (melek hurup), tetapi juga diartikan sebagai praktik-praktik dalam sebuah situasi sosial, sejarah dan budaya dalam rangka menciptakan dan mengartikan makna melalui teks. Apabila makna ini diterapkan, maka kemampuan literasi soyogyanya mampu membendung berita palsu dan konten-konten negatif lainnya secara elektronik dikarenakan masyarakat yang memiliki budaya literasi akan mampu manyaring berbagai informasi yang dihadapkan kepadanya (Rohidin, 2012: 67).

Pemahaman tersebut di atas menkontruksikan pemahaman bahwa literasi memiliki peran yang penting baik bagi kehidupan pribadi, masyarakat juga bagi negara, sehingga gerakan literasi perlu diupayakan oleh semua pihak baik secara individu, secara berkelompok maupun secara nasional maupun kebijakan literasi nasional. Atas dasar pentingnya meningkatkan literasi masyarakat sekaligus menjadikan literasi sebagai sebuah budaya, maka dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat, penulis dan penggerak literasi pedesaan menyusun rencana gerakan literasi pedesaan sebagai salah satu program yang didasarkan atas kewajiban kalangan masyarakat untuk turut serta menjadikan literasi sebagai budaya di masyarakat pedesaan.

Masyakarat yang ada di Desa Selinsing Kecamatan Gantung Kabupaten Belitung Timur belum menjadikan literasi sebagai budaya dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan kepada observasi yang dilakukan penulis, minimnya literasi yang disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: Pertama, faktor pemerintah khususnya Pemerintah Desa Selinsing kurang mendukung gerakan budaya literasi, hal ini ditujukan baik melalui instrumen kebijakan yang tidak menjadikan literasi sebagai sebagai bagian dari kebijakan pembangunan desa. Kedua faktor masyarakat yang beranggapan literasi merupakan kewajiban bagi anak dan remaja yang sedang menuntut ilmu, masyarakat menganggap bahwa literasi tidak dibutuhkan dan bukan merupakan bagian dari budaya masyarakat. Kertiga, kalangan akademisi baik itu yang berasal dari institusi sekolah yang berada di lingkungan desa maupun warga masyarakat desa berlatar belakang sebagai akademisi memberikan sosialisasi maupun penyuluhan kepada masyarakat akan pentingnya literasi di desa.

Permasalahan yang didapat melalui observasi tersebut oleh penulis tersebut dijadikan sebagai masukan dalam upayanya mencari solusi atas minimnya budaya literasi yang ada di Desa Selinsing. Kegiatan gerakan literasi pedesaan secara umum ditujukan untuk meningkatkan minat masyarakat sekaligus menjadikan literasi sebagai bagian dari budaya masyarakat desa. Adapun sasaran dan tujuan program yang ingin dicapai yaitu: Pertama, kelompok sasaran yang berasal dari pemerintah yaitu dengan adanya gerakan literasi pedesaan diharapkan mampu menggungah Pemerintah Desa Selinsing akan pentingnya literasi dan menjadikan literasi sebagai bagian pembangunan desa yang akan dilaksanakan sehingga akan dibangunnya infrastruktur yang menunjang literasi seperti perpustakaan desa. Kedua, kelompok sasaran masyarakat diharapkan mampu menggungah kesadaran dan menumbuhkan minat baca sehingga akan menciptakan budaya literasi yang akan memberikan manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung bagi kehidupan masyarakat. Dengan tingginya kesadaran literasi di masyarakat maka diharapkan akan mendorong untuk mendidik anak-anaknya agar memiliki budaya literasi, sehingga menjadikan literasi sebagai sebuah tuntutan dan kebutuhan.

Ketiga, bagi kalangan akademisi khususnya pemangku kepentingan di sekolah yang berada di lingkungan Desa Selinsing dapat menumbuhkan minat siswa terhadap literasi, sehingga mampu melahirkan generasi muda yang menjadi literasi sebagai kebutuhan dan bagian dari kehidupan generasi muda. Ketiga tujuan di atas diwujudkan dalam berbagai kegiatan dalam program literasi pedesaan yang didasarkan kepada kelompok sasaran yang telah dijelaskan tersebut diatas. Sehingga mampu mendorong dan memfasilitasi masyarakat dalam konteks pembagunan infrastruktur semata, tetapi juga mampu berkontribusi dalam bentuk social capital yang diharapkan akan memberikan manfaat dalam waktu yang lama.

Isi dan Pembahasan

Pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dilaukan penulis melalui program gerakan literasi pedesaan dilaksanakan di Desa Selinsing Kecamatan Gantung Kabupaten Belitung Timur. Kegiatan yang dilakukan oleh penulis dan beberapa orang penggerak literasi pedesaan dapat dijelaskan sebagai berikut:

Sosialisasi dan Advokasi Gerakan Literasi Pedesaan Kepada Pemerintah Desa Selinsing

Gerakan literasi pedesaan harus mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, terutama dari pemerintah desa. Hal ini dikarenakan pemerintah desa sebagai pemegang kewenangan penyelenggaraan pemerintahan desa sebagai pemegang kewenangan penyelenggaraan pemerintahan di tingkat desa. Salah satu wujudnya dapat berupa pemberian dukungan kepada gerakan literasi pedesaan yang tidak hanya ditujukan kepada kebijakan pembangunan infrastruktur literasi pedesaan tetapi juga dukungan dalam menggerakkan masyarakat untuk berpartisipasi dalam gerakan literasi pedesaan tersebut.

Atas dasar permasalahan tersebut maka penulis dan beberapa orang penggerak literasi desa dalam melaksanakan program literasi pedesaan yaitu mengunjungi pemerintah desa terlebih dahulu sebelum kelompok sasaran lainnya. Dalam kunjungan tersebut pemerintah desa dipimpin langsung oleh Kepala Desa menerima penulis dan penggerak literasi desa yang menyampaikan mengenai arti penting literasi pedesaan yang ada di Desa Selinsing. Tanggapan yang diberikan pihak pemerintah desa secara umum mengapresiasi adanya gerakan literasi pedesaan yang digagas oleh penulis dan penggerak literasi Desa Selinsing.

Lebih lanjut pihak pemerintah desa memaparkan mengenai berbagai permasalahan mengenai literasi pedesaan yang ada di Desa Selinsing, salah satu permasalahan yang coba diselesaikan oleh penulis dan penggerak literasi desa yaitu mengembalikan kembali perpustakaan desa yang hampir satu tahun tidak beroperasi dan tidak ada kegiatan. Komitmen pemerintah desa lainnya yaitu akan mendukung setiap kegiatan literasi pedesaan yang dilakukan dalam program pengabdian kepada masyarakat oleh penulis dan akan mendorong pihak lainnya untuk berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Hasil sosialisasi gerakan literasi pedesaan kepada pemerintah desa dapat dikatakan berhasil, hal ini dibuktikan selain kepada dukungan secara moral dan memfasilitasi penyelenggaraan gerakan literasi pedesaan, pemerintah desa juga turut mengintruksikan aparat pemerintah Desa Selinsing untuk membantu menyukseskan gerakan literasi pedesaan tersebut seraya didukung dengan sumbangan fisik seperti penyediaan buku dan saran lainnya yang dibutuhkan dalam gerakan literasi pedesaan.

Penyuluhan Gerakan Literasi Pedesaan bagi Masyarakat

Gerakan literasi pedesaan yang ditujukan bagi masyarakat salah satunya dengan mengajak anggota Pembina Kesejahteraan Keluarga (PKK) yang beranggotakan ibu-ibu dari Desa Selinsing sebagai penggerak dan sasaran penyuluhan gerakan literasi pedesaan. Anggota PKK merupakan perhimpunan yang aktif untuk mensosialisasikan berbagai program desa khususnya yang berkenaan dengan program mayarakat dan keluarga. Dengan begitu diharapkan dengan adanya penyuluhan gerakan literasi pedesaan kepada ibu-ibu anggota PKK diharapkan akan mampu menumbuhkan kesadaran akan pentingnya literasi yang nantinya tidak hanya akan mensosialisasikan kepada anggota keluarganya, khususnya anak-anak, tetapi juga gerakan literasi pedesaan akan mampu menjadi program dari PKK.

Tahap pertama pelaksanaan penyuluhan literasi pedesaan kepada anggota PKK yaitu dengan berbicara kepada ketua PKK mengenai tujuan dari pelaksanaan gerakan literasi pedesaan. Tanggapan yang diberikan oleh Ketua PKK yaitu mendukung sepenuhnya gerakan literasi pedesaan dan memberitahukan kepada anggota PKK untuk turut serta secara aktif dalam kegiatan tersebut. Selama proses penyuluhan berlangsung, anggota PKK memiliki minat untuk melaksanakan kegiatan literasi pedesaan. Anggota PKK menyadari bahwa literasi merupakan kegiatan yang baik dan bahkan harus dijadikan sebagai budaya khususnya bagi anak-anak yang ada di desa. Anggota PKK menyatakan bahwa gerakan literasi harus senantiasa digalakkan oleh setiap unsur yang ada di desa agar dapat memberikan manfaat yang banyak kepada masyarakat. Meskipun demikian anggota PKK menyatakan bahwa gerakan literasi tidak akan mudah diterapkan dan akan dihadapkan kepada berbagai permasalahan.

Permasalahan terbesar dalam gerakan literasi pedesaan yang ada di Desa Selinsing yaitu harus dihadapkan kepda kondisi sosial kemasyarakatan yang ada di desa yang tidak kondusif bagi gerakan literasi pedesaan. Salah satu anggota PKK menyatakan bahwa mata pencaharian masyarakat yang bercocok tanam yang mana sebagian masyarakat sudah berada di lading dari pagi hingga sore dan tidak memiliki kesempatan untuk melakukan literasi yang dilaksanakan akan menjadi indikator bahwa masyarakat akan sedikit yang menaruh perhatian akan permasalahan literasi pedesaan. Di satu sisi, sikap masyarakat dianggap wajar dikarenakan pekerjaan utama untuk berkebun merupakan hal yang harus didahulukan. Atas dasar pemahaman tersebut maka penulis tidak menetapkan harapan yang tinggi akan perubahan sikap masyarakat akan gerakan literasi pedesaan. Adanya pelaksanaan program gerakan literasi pedesaan harus senantiasa berasal dari kebutuhan masyarakat, sehingga program tersebut memiliki potensi yang besar untuk berhasil, hal ini dikarenakan masyarakat desa memiliki karakter untuk berpartisipasi dalam kegiatan yang memiliki keterkaitan langsung dengan mata pencahariannya.

Permasalahan lainnya dalam gerakan literasi pedesaan yaitu pandangan masyarakat yang memandang bahwa gerakan literasi tidak memiliki korelasi dengan pekerjaan mereka sehari-hari, sehingga literasi oleh sebagian besar masyarakat dipandang akan tepat apabila diterapkan bagi anak-anak yang masih berada di bangku sekolah, bukan kepada masyarakat yang sehari-harinya bekerja di ladang. Sebagian anggota PKK memiliki latar belakang sebagai tenaga pendidik di sekolah yang ada di Desa Selinsing, sehingga kegiatan tersebut sekaligus dijadikan ajang untuk memberikan penyuluhan kepada kalangan akademisi agar kegiatan literasi yang ada di sekolah-sekolah digalakan dan ditingkatkan agar menjadi sebuah gerakan yang memberikan manfaat bagi anak-anak. Dari kegiatan sosialisasi dan penyuluhan gerakan literasi pedesaan yang dilakukan kepada anggota PKK, maka didapat hasil bahwa sebagian besar anggota PKK menyatakan dukungan dalam gerakan literasi pedesaan dan menyadari akan pentingnya literasi, meskipun demikian gerakan literasi pedesaan yang dilakukan dinilai tepat bagi anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah, sedangkan untuk masyarakat umum yang ada di desa kurang tepat dikarenakan mata pencaharian mereka sebagai petani tidak memiliki korelasi langsung dengan gerakan literasi pedesaan yang dilakukan di desa.

Penyuluhan Gerakan Literasi di Lingkungan Bermain Anak-Anak

Anak-anak merupakan sasaran yang ideal dalam gerakan literasi pedesaan, hal ini dikarenakan aktivitas mereka yang dalam proses belajar memerlukan berbagai referensi guna menunjang pengetahuan mereka. Adanya sikap yang menjadikan literasi sebagai sebuah kebutuhan dan budaya akan memberikan banyak manfaat bagi anak-anak dan pemuda. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi memberikan berbagai kemudahan kepada anak-anak dan pemuda untuk mengakses literasi yang tidak hanya secara tradisional dimana mereka mendatangi perpustakaan atau membeli buku yang menunjang proses belajar mereka. Berbagai buku elektronik dan bahan bacaan lainnya tersedia secara daring (online), baik itu yang disediakan oleh pemerintah maupun oleh organisasi swasta dan bisnis untuk mencari informasi dan referensi ilmu di perpustakaan. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 disebutkan bahwa perpustakaan adalah institusi pengelola karya tulis, karya cetak, dan atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi dan rekreasi bagi para pemustaka.

Berdasarkan kepada fakta empiris di Desa Selinsing dapat dikatakan bahwa anak-anak kurang memanfaatkan literasi secara digital untuk meningkatkan pengetahuan dan menunjang pembelajaran mereka. Anak-anak justru memanfaatkan akses internet sebagai tempat mereka bermain dan mencari hiburan seperti dipergunakan untuk bermain game online atau aktif dalam situs jejaring social seperti facebook dan instagram. Kondisi seperti ini sejalan dengan beberapa pendapat pakar seperti Adimiharja (2018 : 12) yang berpendapat bahwa akses internet tidak benar-benar dimanfaatkan oleh anak-anak dan masyarakat untuk memperoleh informasi dan pengetahuan. Bahkan internet memiliki dampak buruk bagi anak-anak dan pemuda yang salah satunya menurunkan minat mereka untuk belajar dan memberikan sifat kecurangan terhadap konten negative. Kegiatan yang dilakukan oleh penulis untuk menggugah ketertarikan kepada literasi yaitu mengajak anak-anak yang ada di Desa Selinsing untuk secara berasama-sama belajar dan bermain. Kegiatan belajar dan bermain dilakukan di halaman kantor desa Selinsing yang mengundang anak-anak secara sukarela datang. Kegiatan tersebut rutin dilaksanakan setelah anak-anak pulang dari sekolah sampai dengan sore hari.

Hasil dari gerakan literasi terhadap anak-anak di Desa Selinsing dinilai berhasil dikarenakan banyak anak yang secara intens mengikuti proses belajar dan bermain yang dipandu oleh mahasiswa sesuai dengan bidang ilmu dan keahliannya masing-masing, serta mampu meningkatkan minat anak-anak untuk membaca dan belajar tiap hari.

Memperbaiki Taman Bacaan Masyarakat

Perpustakaan desa tidak hanya berperan sebagai tempat bagi masyarakat memperoleh informasi, tetapi juga dapat membangun nilai sosial, nilai sejarah dan nilai lainnya yang ada di masyarakat. Oleh sebab itu keberadaan perpustakaan desa perlu dipertahankan bahkan ditingkatkan menjadi lebih baik hingga memberi banyak manfaat kepada masyarakat.

Nilai strategis perpustakaan desa nyatanya tidak sejalan dengan kondisi praktis yang ada. Desa-desa yang ada, khususnya di Kabupaten Belitung Timur belum memiliki perpustakaan desa, sekalipun memiliki namun kondisinya terbatas seperti tidak adanya buku-buku yang relevan dan terbaru, tidak adanya pustakawan, serta jauhnya akses perpustakaan dari lingkungan masyarakat dan berbagai permasalahan lainnya. Permasalahan tersebut diatas sejalan dengan apa yang ada di Desa Selinsing. Berdasarkan kepada fakta yang ada di Desa Selinsing dapat dikatakan bahwa perpustakaan desa dahulunya ada, namun dikarenakan minimnya faktor pemeliharaan dan pengembangan, serta tidak adanya pustakawan menyebabkan perpustakaan desa menjadi tidak berjalan sebagaimana mestinya yang sudah terjadi hampir 1 (satu) tahun terakhir.

Permasalahan tersebut di atas dijadikan dasar oleh penulis dan penggerak literasi yang ada di Desa Selinsing untuk mengaktifkan kembali perpustakaan desa dengan mengambil tema kegiatan Taman Bacaan Masyarakat (TBM). Kegiatan pertama yang dilakukan yaitu berkoordinasi dengan pemerintah desa mengenai rencana perbaikan TBM yang bertempat di salah satu ruangan kantor desa. Selain penulis dan penggerak literasi menggali permasalahan yang menjadi hambatan dalam pengembangan TBM yang dahulu ada dan tidak berjalan seperti tujuan awal, penulis juga menggali potensi apabila TBM kembali dibuka dan dijalankan dengan harapan masyarakat yang ada di desa bias mengakses informasi melalui TBM.

Langkah awal yang dilakukan oleh penulis dan penggerak literasi setelah disetujuinya TBM yang bertempat di salah satu ruangan kantor desa yaitu mendata kebutuhan apa saja yang harus ada dalam perpustakaan desa, khususnya buku-buku penunjang kegiatan literasi masyarakat. Setelah penulis dan penggerak literasi mempersiapkan TBM, hal ini dilakukan agar TBM dapat berjalan dengan aparat desa mengenai operasi TBM, hal ini dilakukan agar TBM dapat berjalan secara optimal dalam memberikan layanan literasi kepada masyarakat, sehingga masyarakat dapat memanfaatkan perpustakaan desa sesuai dengan kebutuhannya masing-masing. Perbaikan TBM yang dilakukan oleh mahasiswa terkendala oleh kesediaan anggaran untuk pengadaan sarana TBM seperti kursi, rak buku serta computer. Meskipun demikian pemerintah desa berkomitmen untuk menyediakan prasarana tersebut yang akan dilakukan melalui upaya pengajuan kepada pemerintah daerah Kabupaten Belitung Timur.

Evaluasi Gerakan Literasi Pedesaan

Evaluasi merupakan kegiatan untuk mengukur efek dari sebuah kebijakan yang telah ditetapkan. Dengan demikian para implementor akan mengetahui apakah tujuan awal telah ditetapkan dapat tercapai atau tidak. Atas dasar pemahaman tersebut maka perlu dilakukan evaluasi terhadap gerakan literasi pedesaan yang telah dilaksanakan oleh penulis dan penggerak literasi desa di Desa Selinsing Kecamatan Gantung Kabupaten Belitung Timur. Evaluasi gerakan literasi pedesaan dilakukan dengan menitikberatkan kepada proses dan output/hasil yang telah dicapai. Dengan demikian akan terlihat bagaimana proses pelaksanaan gerakan literasi pedesaan beserta kunci keberhasilan atau factor kegagalan serta manfaat yang dirasakan dari adanya gerakan literasi pedesaan tersebut. Berikut adalah hasil evaluasi gerakan pedesaan di Desa Selinsing Kabupaten Belitung Timur.

Pertama, proses pelaksanaan gerakan literasi pedesaan secara umum dapat dikatakan berjalan dengan baik. Selama pelaksanaan program tersebut, baik penulis maupun penggerak literasi turut berpastisipasi dalam berbagai kegiatan literasi pedesaan. Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan literasi pedesaan yaitu keterbatasan waktu mengingat kegiatan literasi pedesaan membutuhkan waktu yang intens namun dalam praktiknya dalam satu kegiatan hanya dilaksanakan selama satu bulan. Hal lainnya yang menjadi kendala yaitu terbatasnya sarana yang ada baik sarana yang langsung seperti ketersediaan buku yang mampu menunjang pelaksanaan gerakan literasi pedesaan. Meskipun demikian semua kegiatan dalam gerakan literasi dapat dilaksanakan dengan baik dan lancar.

Kedua, manfaat yang dirasakan dari adanya gerakan literasi pedesaan yaitu bagi pemerintah desa sudah memunculkan kesadaran akan pentingnya literasi pedesaan, diharapkan kesadaran tersebut akan ditujukan dengan tindakan lanjutan seperti memasukan program literasi pedesaan dalam rencana pembangunan desa yang didukung dengan penyediaan sarana yang memadai. Bagi kelompok sasaran khususnya bagi anak-anak bahwa gerakan literasi pedesaan seudah mampu memberikan pemahaman akan pentingnya budaya literasi baik itu yang dilakukan di lingkungan sekolah maupun di lingkungan rumah tempat anak-anak tersebut bermain.

Pelaksanaan gerakan literasi pedesaan yang telah dilaksanakan oleh penulis dan penggerak literasi pedesaan selain diharapkan dapat memberikan manfaat kepada masyarakat juga diharapkan dapat memberikan manfaat kepada masyarakat juga diharapkan dapat terus dilaksanakan secara berkelanjutan oleh para pemangku kepentingan yang ada di Desa Selinsing sehingga kegiatan literasi dapat dijadikan sebagai sebuah budaya yang memberi manfaat kepada perbaikan kualitas hidup masyakarat desa.

Simpulan

Gerakan literasi pedesaan yang dilaksanakan oleh penulis dan penggerak literasi Desa Selinsing Kabupaten Belitung Timur telah memberikan hasil bagi peningkatan minat dan budaya literasi yang ada di Desa Selinsing. Kegiatan yang berhasil dilaksanakan terdiri dari kegiatan pemberdayaan dan kegiatan pemberdayaan, capaian kegiatan pemberdayaan, capaian kegiatan yaitu: (1) capaian sosialisasi pentingnya literasi pedesaan yang ditujukan kepada Pemerintah Desa Selinsing, (2) capaian pembelajaran literasi yang dilaksanakan di lingkungan masyarakat. (3) capaian pembelajaran dan pembimbingan literasi untuk anak-anak Sekolah Dasar (SD). Dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan infrastruktur literasi, capaian kegiatan berupa pendataan dan perbaikan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) yang berada dilingkungan kantor pemerintah desa.

Berdasarkan kepada simpulan tersebut di atas, maka rekomendasi bagi gerakan literasi pedesaan agar dapat berkembang dan berkelanjutan yaitu sebagai berikut: (1) Keberpihakan Pemerintah Desa Selinsing dalam gerakan literasi pedesaan perlu ditingkatkan seperti memasukan program literasi pedesaan menjadi bagian dari program kerja tahunan pemerintah desa (2) Gerakan literasi pedesaan akan memiliki manfaat yang lebih besar bagi masyarakat apabila disesuaikan dengan aktivitas perekonomian dan kebudayaan yang ada yang berkembang di masyarakat, dan (3) Upaya integratif antara kurikulum pendidikan dengan budaya lokal dilingkungan sekolah menjadi penting agar literasi menjadi sebuah tuntutan dan budaya bagi anak-anak yang ada di pedesaan.

Referensi:

  • Adimiharja. 2018. Oarticipatory Research Appraisal: Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat. Bandung : Humainora.
  • Miskahuddin. 2017. Pengaruh Internet Terhadap Penurunan Minat Belajar Mahasiswa. Bandung: Jurnal Mudarrisuna, Vol. 2 No.7.
  • Nopilda. 2018. Gerakan Literasi Sekolah Berbasis Pembelajaran Multiliterasi: Sebuah Paradigma Pendidikan Abad ke 21. Palembang: Jurnal Manajemen, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan, Vol.2 No.3.
  • Rohidin. 2012. Internet dalam Konteks Perpustakaan. Semarang: Jurnal Pustaloka, Vol.4 No.1.
  • Surangga. 2017. Mendidik Lewat Literasi untuk Pendidikan Berkualitas. Jakarta: Jurnal Penjamin Mutu, No.3 Vol.2.
  • Wandasari. 2017. Implementasi Gerakan Literasi Sekolah (GLS) Sebagai Pembentuk Pendidikan Karakter. Bandung: Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan, Vol.1 No.1.
  • Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan.

Biografi Penulis

Heriyanto, S.H.I. dipangil dengan nama sehari-hari heri. Lahir 36 tahun lalu tepat tanggal 31 Juli 1984 di Desa Seri Tanjung Kecamatan Tanjung Batu Kabupaten Ogan Ilir Sumatera Selatan. Mempunyai hobi, menulis, membaca dan diskusi, bercita-cita jadi Guru. Saat ini menjadi guru di SMP Negeri 4 Gantung Kab. Belitung Timur Propinsi Kep. Babel dari tahun 2010 sampai sekarang. Saya bertempat tinggal di Jln. Eks. Tambang 1.7 RT.17 Desa Selinsing Kecamatan Gantung Kabupaten Belitung Propinsi Kepulauan Bangka Belitung. Beberapa prestasi yang pernah diraih oleh penulis yaitu juara 1 lomba guru SMP berprestasi tingkat kabupaten Belitung Timur tahun 2018, Juara 1 lomba guru SMP berprestasi tingkat propinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2018, Finalis lomba guru SMP berprestasi tingkat nasional 2018, finalis lomba inovasi pembelajaran guru SMP tingkat nasional 2019, lolos seleksi seminar nasional guru SMP berprestasi tingkat nasional 2019, Juara 1 lomba menulis cerpen penerbit Laditri Karya tahun 2019, Juara 1 lomba karya tulis ilmiah (KTI) tingkat kabupaten Belitung Timur tahun 2019. FB: Heriyanto Helmi, Email heri.yanto209@yahoo.com. No.HP/WA 081373883047.

 

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *