Bilik Pustaka

Think Globally, Act Locally

Bukan cerita baru lagi jika hasil Programme For International Students Assessment (PISA) Tahun 2018 menunjukkan bahwa, 70% siswa di Indonesia memiliki kemampuan baca rendah (di bawah level 2 dalam skala PISA). Kemudian, angka di atas diperparah dengan angka minat baca di Indonesia yang juga rendah. Pada tahun 2018, survei dari Badan Pusat Statistik (BPS) juga menunjukkan bahwa presentase penduduk di atas usia 10 tahun yang membaca surat kabar atau majalah hanya 14,92%.

Jika dibanding dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia akhir-akhir ini, tentu berbanding terbalik dan sangat mendukung terhadap pengembangan dan inovasi menuju Indonesia maju. Dikutip dari laman resmi Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia menjelaskan bahwa, Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia terus mengalami kemajuan. Pada tahun 2019, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia mencapai 71,92. Angka ini meningkat sebesar 0,53 poin atau tumbuh sebesar 0,74 persen dibandingkan tahun 2018.

Hal yang sama juga dijelaskan oleh Bank Dunia atau World Bank dimana baru-baru ini (2020) menerbitkan laporan “The Human Capital Index 2020 Update: The Human Capital in the Time of COVID-19”. Dalam laporan tersebut, nilai HCI atau Indeks Sumber Daya Manusia Indonesia 2020 sebesar 0,54, naik dari 0,53 pada tahun 2018. Hal tersebut tentu sejalan dengan perkembangan manusia dan teknologi saat ini, dimana mendorong percepatan penggunaan Teknologi dan Informasi (IT) alias globalisasi dalam pendidikan dan perpustakaan di Indonesia dan dalam cakupan desa secara khsusus. Bagaimanapun juga, dari penjelasan di atas tersebut searah dengan kondisi peserta didik sekarang dimana umumnya berasal dari kalangan generasi Z yang kehidupan mereka sangat lekat dengan dunia digital dan internet (Buwono & Dewantara, 2020).

Beberapa penelitian juga mengatakan bahwa pembelajaran menggunakan mode daring tidak mengurangi nilai (value) yang diperoleh jika dibandingkan mode luring (Kholisho & Marfuatun, 2020).

Dunia literasi saat ini dimana pemanfaatan digital sangat massive digunakan seperti perpustakaan digital, membaca online, serta pemanfaatan e-book yang dapat di-download melalui smartphone. Kemudian, perpustakaan yang akan dibangun di desa dapat menerapkan contoh tersebut berdasarkan serapan Anggaran Dana Desa (ADD) yang sudah digaungi oleh Pemerintah. Namun, kembali lagi ke permasalahan awal seperti yang dijelaskan (absor, 2020) bahwa tidak semua penerapan media digital dalam hal ini perpustakaan bebas kendala apalagi di tingkat pedesaan yang notabene masyarakatnya masih tergolong awam.

Sumber daya manusia dalam lingkup pedesaan terkait dengan dunia literasi menjadi satu permasalahan minim yang harus segera diselesaikan. Umumnya, sumber daya manusia yang ada di wilayah pedesaan masih kurang berminat untuk berkunjung ke perpustakaan desa disebabkan oleh layanan (servis) dan juga kebutuhan masyarakat. Layanan atau dalam bahasa inggrisnya ‘service’ adalah bagian terpenting dalam mengembangkan perpustakaan. Karena perpustakaan yang berkualitas dapat dilihat dari layanan yang tersedia di perpustakaan tersebut. Layanan di perpustakaan pada saat ini diharapkan mengikuti perkembangan teknologi informasi. Masyarakat sekarang telah dicecoki dengan perkembangan teknologi yang pesat, khususnya teknologi informasi. Maksud penulis adalah perpustakaan desa juga harus mempertimbangkan apa yang menjadi kebutuhan masyarakat, dalam hal ini adalah layanan dan juga informasi yang ingin dicari oleh khalayak banyak dengan sentuhan iklim digital namun bernilai kultural.

Sebagai pusat informasi, perpustakaan harus mampu mengikuti arah perkembangan di dalam masyarakatnya bila tidak ingin ditinggalkan dan dilupakan. Perpustakaan bukan lagi sekadar sebuah gedung dengan segala informasi namun sebagai tempat yang memiliki berbagai fungsi bahkan sebagai rumah kedua bagi para pengunjung di masa kini dan masa mendatang dengan pemikiran global dan pengimplementasian lokal.

Think Globally, Act Locally

Sederhananya, dari analogi di atas dapat penulis ramu bahwa, dengan cara terbuka yakni berpikir secara global dengan pengembangan perpustakaan desa yang terdapat di wilayah pedesaan, semestinya pengelola perpustakaan harus mempertimbangkan kebutuhan masyarakat dan juga layanan perpustakaan itu sendiri. Masyarakat secara umum, sebelumnya jauh lebih dulu mampu mengenal dan mengoperasikan media digital. Pernyataan itu juga didukung dengan adanya pandemi Covid-19 kemarin mengharuskan semua aktivitas beralih ke metode daring sehingga mendorong pemikiran global namun tetap pada nilai-nilai lokal yang terdapat di masyarakat setempat.

Ralph Linton (dalam Paul Buhannan, Mark Glazer, 1988:199) mengemukakan bahwa: “Each society has its own culture, which can be defined briefly as its “way of life”. Dari sinilah penulis dapat menggambarkan bahwa, suatu kebiasaan bahkan kebudayaan masyarakat sangat kuat mempengaruhi pola dan tingkat pengetahuan serta sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran maupun tindakan manusia. Dampaknya kemudian yang dapat dirasakan oleh panca indra adalah suatu kebiasaan maupun kebudayaan tersebut secara turun temurun menjadi bagian yang sangat sulit dilepaskan oleh pemiliknya. Aktivitas tersebut merupakan wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan yang berpola dari manusia dalam masyarakat itu sendiri. Lebih jelasnya, Koentjaraningrat (1990: 203-204) menyatakan bahwa kebudayaan meliputi: bahasa; sistem ilmu pengetahuan; organisasi sosial; sistem peralatan hidup dan teknologi; sistem mata pencaharian hidup; sistem religi; dan kesenian.

Kaitannya dengan literasi (perpustakaan desa) yang digaungi oleh pemerintah beberapa tahun terakhir diharapkan mempertimbangkan sasaran dimana masyarakat yang umumnya tinggal di wilayah pedesaan sangat sulit untuk meninggalkan cara-cara lama, konteks budaya, serta faktor lingkungannya. Pendekatan lokal kemudian yang akan dilakukan oleh perpustakaan desa diharapkan mampu menarik minat serta kunjungan masyarakat untuk mau membaca dan berkunjung dengan cara pendekatan berbasis lokal dengan tidak menghilangkan apa yang menjadi ciri khas maupun kebiasaan dari wilayah tersebut. Menghidupkan kembali literasi masyarakat pedesaan serta membangun budaya baca di perpustakaan desa mestinya dilakukan dengan menganalisa kembali nilai-nilai luhur yang terdapat pada masyarakat setempat dan hal tersebut dapat menjadi nilai intrinsik pada proses pendekatan yang kemudian akan dilakukan, walaupun dengan bentuk dan cara-cara yang berbeda dan baru (out of the box) disebabkan adanya penyesuaian-penyesuaian kebutuhan masyarakat.

Strategi pemanfaatan lokal selain tanpa biaya juga memberikan pengaruh pada keuntungan sosial ekonomi dan industri sosial, serta merupakan esensi dari pembangunan itu sendiri. Kay dan Alder (1999:121-122) berkeyakinan bahwa nilai-nilai kebudayaan setempat/lokal merupakan sumber inspirasi utama bagi terbentuknya semangat dalam pengetahuan lokal (indigenous knowledge), sehingga masyarakat lokal akan memiliki kemampuan untuk memperkuat daya adaptasinya (adaptive capacity) terhadap berbagai perubahan, baik internal, maupun eksternal. Dengan demikian, segala potensi dan unsur yang ada di dalam masyarakat dapat menjadi media, bahan, dan sekaligus motor penggerak yang menstimulasi daya cipta, rasa, dan karsa dan melahirkan dinamika. Oleh karena itu, diperlunya inovasi serta gagasan baru dengan cara-cara lokal sebagai sumber inspirasi. Salah satunya bisa dimulai dengan rembuk Musrenbang.

Ruang lingkup Musyarwarah Rencana Pembangunan Desa (Musrenbang) adalah salah satu bagian penting terhadap kesepakatan dan komitmen bersama antar pemangku kepentingan melibatkan seluruh elemen masyarakat dalam rangka mengkaji dan menganalisa mengenai tata kelola, strategi, dan pengimplementasian suatu rencana pembangunan yakni perpustakaan desa. Rembuk musyawarah penyelenggaraan pembangunan (Musrenbang) desa sendiri menjadi populer di kalangan desa apabila suatu perencanaan pembangunan hendak dilakukan. Hal itu bertujuan agar terjalinnya pemahaman dan kesepakatan bersama antar pelaku.

Dalam undang Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN). Dalam Pasal 1 Ayat 21 disebutkan bahwa Musrenbang adalah wadah antar pemangku kepentingan dalam rangka menyusun perencanaan pembangunan nasional dan perencanaan pembangunan daerah. Sedangkan untuk musyarawah rencana pembangunan desa sendiri diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 66 Tahun 2007 Pasal 1 Ayat 11, dimana dilakukan secara partisipatif dialogis setiap tahun dalam rangka perencanaan pembangunan desa.

Sehingga dengan cara-cara demikian yakni berpikir terbuka mengikuti arus perkembangan global merupakan bagian dari lingkungan masyarakat, sangat dipengaruhi oleh kondisi sosial budaya yang terdapat di suatu daerah dimana mereka berinteraksi dan berhubungan secara intens. Karena itu, inspirasi atau cara berpikir global dengan sentuhan nilai-nilai lokal diharapkan mampu sebagai strategi baru dalam pendekatan kepustakaan dan kedaulatan literasi daerah. Khsusunya pada cakupan lebih spesifik yakni desa. Hal tersebut adalah suatu inovasi dan kekuatan potensial yang dapat dilakukan ke dalam pendekatan dengan berbagai elemen masyarakat terlebih masyarakat awam dalam rangka memberikan pengetahuan, perilaku, dan lain-lain dengan tidak menghilangkan tata cara dan budaya yang terdapat di sana. Hal itu diharapkan mampu sebagai sumber inspirasi dalam pendekatan sosial dan tidak menghilangkan unsur kebudayaan setempat. Dalam perkembangan peradaban manusia yang terjadi saat ini mendorong manusia untuk mengembangkan cara-cara berpikir yang aplikatif dan bisa diterima.

Berpikir secara global dan bertindak secara lokal menjadikan suatu capaian yang dapat diterima dengan mudah oleh masyarakat awam atau bahkan warga setempat. Seperti halnya Musrenbang yang dikemas dengan cara-cara yang unik melibatkan kebudayaan yang berlaku di daerah. Nilai-nilai kebudayaan lokal yang ada di suatu daerah telah menjadi kelekatan sendiri yang sulit diubah dimana hal itu diharapkan menjadi satu langkah atau strategi dalam rangka menciptakan pembangunan daerah yang maju. Lebih jelasnya tentang perpustakaan desa. Sehingga esai ini diharapkan mampu sebagai buah solusi dalam rangka perencanaan pembangunan desa dimana dikemas dengan cara berpikir global yakni tetap mengikuti arus perkembangan zaman. Maksudnya adalah unsur teknologi, namun tetap mengangkat kebudayaan lokal sebagai sumber inspirasi masyarakat yang terdapat di suatu daerah atau desa.

Daftar Pustaka:

  • Jayadi Karta. 2014. Kebudayaan Lokal Sebagai Sumber Inspirasi (Tinjauan Antropologi Visual Pada Pelukis Di Kota Makassar). Makasar: Jurnal Seni Dan Budaya, Vol. 12 No. 2.
  • Djohani Rianingsih. 2008. Panduan Penyelenggaraan Musyawarah Pembangunan Desa. Studio Driya Media Bandung.
  • Mulyadi. 2016. Pengelolaan Perpustakaan Digital. Noer Fikri Offset Palembang. Edisi pertama.
  • Wee Hou Chow. 2017. Think Tank—Beyond The Five Forces Model And Blue Ocean Strategy: An Integrative Perspective From Sun Zi Bingfa. Published Online In Wiley Online Library (Wileyonlinelibrary.Com). Dalam Jurnal Global Business And Organizational Excellence
  • https://www.theconversation.com/id/: Kurangnya Perpustakaan Dan Bacaan Berkualitas Sebabkan Indonesia Darurat Literasi. Smeru Research Institute.
  • https://www.kemenkeu.go.id/: Indeks Sumber Daya Manusia Indonesia Tahun 2020 Membaik dari 2018.
  • https://www.bps.go.id/: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Tahun 2019.
  • Semua/sebagian isi dari tulisan ini adalah ide atau gagasan pribadi penulis. 

BIOGRAFI

Nama : M. Zaenal Abidin
Tempat Tanggal Lahir : Sinta, 29 Maret 1999
Domisili : Batujai, Lombok Tengah
Pendidikan Terakhir : MA (Sedang Kuliah)
Pengalaman : Content Writer di Straya Language Institute (2019), Sekretaris di TBM Alam Daur (sekarang), Content Writer di Duta Damai NTB (Sekarang), Anggota Redaksi di LPM Ro’yuna UIN Mataram (Sekarang).

  • Karya/Prestasi :
    Peserta terbaik 1 dalam lomba menulis artikel dan esai oleh rumah aspirasi Hajjah Wartiah dengan tema ‘harapan untuk negeri’, Gerakan Pemuda Ka’bah (GPK). Tanggal 18 November 2020.
  • Peserta terbaik 3 dalam lomba menulis opini oleh Fianosa.com Tanggal 12 Desember 2020.

Kontak:

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *