TOA

Lomba Menulis Esai Perpustakaan Berhadiah Total 20 Juta Rupiah

Budaya baca di Indonesia masih tergolong rendah. Hal itu dibuktikan dengan adanya penelitian yang dilakukan oleh Kemendikbud pada tahun 2019, tentang Indeks Aktivitas Literasi Membaca 34 Provinsi yang menyatakan bahwa Indeks literasi nasional masuk dalam kategori aktivitas literasi rendah, sedangkan pada indeks provinsi sebanyak 9 provinsi masuk dalam kategori sedang, 24 provinsi masuk dalam kategori rendah, dan 1 provinsi masuk dalam kategori sangat rendah. Artinya, baik secara nasional maupun provinsi tidak ada yang masuk kategori tinggi.

Belakangan ini banyak sekali bermunculan gerakan literasi, terutama yang digerakkan oleh individu atau perorangan. Mereka berjuang dengan sukarela demi terjangkaunya literasi di tengah-tengah masyarakat, bahkan tidak sedikit dari mereka yang rela mengeluarkan uang pribadi untuk memenuhi kebutuhan sarana dan prasana yang dibutuhkan. Karena itu, banyak pula bermunculan perpustakaan, taman baca, dan sejenisnya yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia.

Selain diinisiasi oleh gerakan individu, pemerintah juga ikut serta berupaya menggalakkan literasi pedesaan ketika pada tahun 2014 mengeluarkan peraturan melalui UU No. 6 tentang Desa, pemerintah merespon masalah yang ada dengan Alokasi Dana Desa yang dapat memberikan stimulus agar desa ikut serta membangun budaya literasi dengan mendirikan perpustakaan desa. Hal itu disambut dengan baik oleh beberapa desa yang mulai sadar untuk mendirikan perpustakaan desa.

Selanjutnya, pada tahun 2017 muncul pula Pustaka Bergerak yang diinisiasi sebagai komunitas oleh para penggiat literasi pedesaan dengan niatan menjabat erat tangan para penggiat literasi di desa-desa dalam hal sharing pengembangan dan pengalaman mereka dalam membangun dan mengembangkan perpustakaan desa/taman baca masyarakat. Literasi pun terus berkembang seiring sejalan antara penggiat literasi desa dengan kebijakan Alokasi Dana Desa yang memberikan wewenang kepada pemerintah desa untuk mendirikan perpustakaan/taman baca.

Geliat literasi desa semakin terasa ketika muncul himbauan dari tokoh-tokoh penting nasional, agar perpustakaan desa didirikan di desa-desa melalui Alokasi Dana Desa yang ada. Atalia Praratya Ridwan Kamil (Bunda Literasi Jawa Barat) misalnya, menyatakan bahwa setiap desa di Jawa Barat harus memiliki perpustakaan desa. Hal senada juga disampaikan oleh Rahima Erna (Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Riau), bahwa literasi di Riau sedang digiatkan dan dipastikan 1 desa memiliki 1 perpustakaan.

Seusai menghadiri acara Pembukaan Rakornas Perpusnas 2020 di Jakarta pada tanggal 25 Februari 2020 lalu, Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian dengan tegas menyatakaan bahwa Dana Desa dipersilahkan untuk digunakan membangun perpustakaan desa. Dia juga meminta kepada pemerintah daerah untuk mendukung dan mendorong pemerintah desa dalam hal pembangunan dan pengembangan perpustakaan desa di wilayah masing-masing. Hal ini demi merealisakan program pembangunan Indonesia dari pinggiran dan daerah terpencil. Dan masih banyak tokoh lainnya yang mulai konsen memperhatikan kemajuan literasi desa.

Gaung gerakan literasi tingkat pedesaan saat ini sudah cukup membuahkan hasil. Dalam Rakornas Perpustakaan Nasional tahun 2020 disebutkan bahwa jumlah perpustakaan desa secara nasional tercatat sebanyak 33.929 dari 83.441 desa/kelurahan seluruh Indonesia. Itu artinya sudah 40 persen desa yang tersentuh dunia literasi. Memang angka itu patut disyukuri sebagai pertanda literasi pedesaan mulai berkembang, namun harus kita akui masih jauh dari target ideal yang diharapkan. Terlebih jika kita telisik lebih mendalam, apakah 33.929 perpustakaan desa tersebut merupakan perpustakaan ideal sesuai dengan standar yang telah ditetapkan? Apakah kehadirannya sudah benar-benar mampu memberikan dampak positif bagi masyarakat desa?

Berdasarkan pengamatan kami di lapangan, banyak sekali perpustakaan di wilayah pedesaan yang terbengkalai. Bahkan buku-buku yang dibeli oleh pemerintah desa sama sekali tidak terurus dan dibiarkan diam begitu saja. Sehingga perlu bagi berbagai pihak untuk memberikan edukasi mengenai tata kelola dan pengembangan perpustakaan di wilayah pedesaan (seperti perpustakaan desa, taman baca masyarakat, pojok baca, rumah baca, perpustakaan sekolah, dan sejenisnya). Edukasi yang dibutuhkan meliputi kiat membangun perpustakaan di wilayah pedesaan, inovasi pengembangan perpustakaan yang berdampak langsung terhadap kesejahteraan masyarakat, kreatifitas dalam tata kelola dan pengembangannya, dan sebagainya.

Edukasi dan penyuluhan perihal tata kelola perpustakaan di wilayah pedesaan tidak harus berbentuk penyuluhan yang disampaikan langsung di lapangan, melainkan bisa juga melalui buku bacaan yang bisa dijadikan pembelajaran oleh banyak kalangan dan wilayah jangkauannya pun tak terbatas. Maka dari itu, Tirta Buana Media tergerak untuk mengajak para penggerak literasi untuk “rembuk bareng” guna melahirkan ide dan solusi-solusi seputar tata kelola dan pengembangan perpustakaan di wilayah pedesaan (seperti perpustakaan desa, taman baca masyarakat, perpustakaan sekolah, pojok baca, dan sejenisnya) melalui Lomba Menulis Esai Perpustakaan. Harapannya, banyak ide kreatif seputar tata kelola dan pengembangan perpustakaan dan sejenisnya di wilayah pedesaan yang dituliskan dan terangkat ke permukaan serta dapat dijadikan referensi atau bahan pembelajaran bagi perpustakaan lainnya di seluruh Indonesia. Sehingga literasi berkembang secara merata di negara kita.

NAMA LOMBA

Lomba ini bernama “Lomba Menulis Esai Perpustakaan”.

TEMA UMUM LOMBA

“Membangun Kedaulatan Literasi di Wilayah Pedesaan”

SUB TEMA LOMBA

  • Mendirikan perpustakaan di wilayah pedesaan
  • Terobosan-terobosan kreatif dan inovatif dalam mengembangkan perpustakaan di wilayah pedesaan
  • Desain dan tata kelola perpustakaan di wilayah pedesaan
  • Membangun dan memupuk kesadaran literasi masyarakat di wilayah pedesaan
  • Kolaborasi antara perpustakaan dengan lembaga-lembaga formal maupun non formal yang ada di wilayah pedesaan
  • Membangun kerjasama dengan pihak-pihak lain demi perkembangan dan kemajuan perpustakaan
  • Mengintegrasikan gerakan literasi pedesaan dengan kebijakan pemerintah baik desa, daerah maupun pusat
  • Solusi masalah pendanaan perpustakaan di wilayah pedesaan
  • Dana Desa (DD), Anggaran Dana Desa (ADD) dan kemajuan literasi di wilayah pedesaan
  • Peran aktif masyarakat dalam gerakan literasi di wilayah pedesaan
  • Pemuda sebagai mesin penggerak utama gerakan literasi di wilayah pedesaan
  • Tantangan perpustakaan di wilayah pedesaan di era digital

Demi terselenggaranya Lomba Menulis Esai Perpustakaan tersebut dengan baik dan tepat sasaran, maka kami susun Buku Panduan Lomba yang berisi :

  • Profil Penyelenggara
  • Daftar Isi
  • Latar Belakang Lomba
  • Nama Lomba
  • Penyelenggara Lomba
  • Tujuan Lomba
  • Sasaran
  • Syarat dan Ketentuan Umum Lomba
  • Syarat dan Ketentuan Khusus Lomba
  • Mekanisme Pendaftaran
  • Timeline Lomba
  • Keuntungan Mengikuti Lomba
  • Hadiah Pemenang
  • Narahubung dan Media Sosial
  • Lampiran Surat Pernyataan Orisinalitas

Buku Panduan Lomba Menulis Esai Perpustakaan tersebut dapat anda unduh di link berikut :

Unduh Buku Panduan Lomba Menulis

Jika ada masalah saat pengunduhan berkas, jangan sungkan-sungkan untuk menghubungi kami

Jangan ragu untuk bertanya kepada kami seputar informasi terkait dengan lomba yang kami adakan. Segala informasi terbaru yang berhubungan dengan pelaksanaan lomba, akan terus kami update melalui situs ini dan berbagai media sosial kami.

Jangam lupa untuk meninggalkan komentar serta membagikan informasi ini kepada rekan sesama pegiat literasi lainnya.

Terima kasih atas partisipasinya. Salam Literasi !

Formulir Pendaftaran silakan lihat di sini

Surat Pernyataak Orisinilitas Karya silakan download di sini

 

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *