Bilik Pustaka

Rumah Cita: Perpustakaan Desa Berbasis Literasi, Inovasi dan Kolaborasi

Membaca merupakan salah satu kemampuan yang seharusnya dimiliki oleh setiap orang untuk menjalani kehidupannya. Membaca tidak hanya sebatas membaca buku saja, namun juga bagaimana seseorang dapat ‘membaca’ keadaan sekitar dengan cermat. Membaca juga sebagai salah satu cara seseorang dalam mencari ilmu pengetahuan. Melalui membaca seseorang dapat melihat wajah dunia lebih luas dan mengasah otak untuk senantiasa berpikir kritis. Aktivitas membaca otomatis akan menambah wawasan seseorang dan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang lebih baik. Namun, budaya membaca masyarakat Indonesia masih tergolong minim. Hal ini ditunjukkan dari hasil survei yang dilakukan oleh organisasi pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan PBB (UNESCO) tahun 2019 menunjukkan bahwa Indonesia menduduki peringkat 60 dari 61 negara di dunia pada level literasi baca.

Data UNESCO menunjukkan bahwa minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001%. Artinya, dari 1,000 orang Indonesia, hanya 1 orang yang rajin membaca. Kondisi ini cukup memprihatinkan karena artinya budaya membaca orang Indonesia masing sangat rendah. Padahal begitu banyak pameran-pameran buku yang ramai dikunjungi oleh masyarakat. Ternyata salah satu penyebab rendahnya minat dan kebiasaan membaca yang terungkap dari Indeks Aktivitas Literasi Membaca (Alibaca) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) itu karena kurangnya akses, terutama untuk masyarakat Indonesia yang berada di daerah terpencil.

Jika diperhatikan lebih cermat, permasalahannya tidak sebatas minimnya akses di daerah terpencil, tetapi ada factor lain seperti hadirnya Revolusi Indsutri 4.0. Dunia digital semakin berkembang terlebih sejak adanya pandemi tahun 2020 lalu. Masyarakat semakin dekat dan terbiasa berselancar melalui media sosial. Kegiatan-kegiatan belajar, bekerja pun berubah menjadi seba online. Media sosial sudah menjadi ‘makanan’ sehari-hari bagi masyarakat hingga terjadi banjir informasi. Kejadian banjir informasi ini harus diimbangi dengan kecerdasaran literasi yang baik untuk membedakan benar dan salah. Kondisi literasi masyarakat Indonesia saat ini masih terbilang cukup rendah dimana banyak para netizen yang berkomentar tanpa melihat dan membaca informasi sebenarnya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan literasi masyarakat yakni melalui peningkatan budaya baca. Pengembangan budaya baca dari pemerintah terdiri dari: Gerakan Indonesia Membaca, Penyelenggaraan Kampung Literasi, bantuan sarana Taman Bacaan Masyarakat (TBM), dan Bantuan Operasional Penyelenggaraan (BOP) Kampung literasi (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017).

Hal yang mulai digalakkan saat ini yakni adanya TBM di setiap desa. TBM adalah tempat penyelenggaraan pembinaan kemampuan membaca dan belajar, sekaligus sebagai tempat untuk mendapatkan informasi bagi masyarakat. Berdasarkan jenis layanan kegiatan, TBM terbagi menjadi dua jenis yaitu: TBM statis dan TBM dinamis. TBM statis adalah TBM yang keberadaannya di suatu daerah tertentu sebagai pusat layanan kegiatan literasi. Sedangkan TBM dinamis adalah TBM yang layanan kegiatan literasinya dilakukan bergerak dari satu titik ke titik yang lain (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017).

TBM dapat dimanfaatkan sebagai lembaga pendidikan non-formal yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, mengembangkan potensi masyarakat serta memberikan solusi kepada masyarakat atas apa yang menjadi masalah di sekitarnya. Program serta inovasi yang dilakukan oleh TBM diharapkan mampu mewujudkan cita-cita masyarakat gemar belajar, yang dibuktikan dengan meningkatnya minat baca masyarakat. Konsep TBM yang hadir dari masyarakat dan untuk masyarakat diharapkan mampu mempercepat dalam mewujudkan masyarakat gemar belajar. Adanya TBM sebagai pusat pembelajaran bagi masyarakat juga memiliki posisi yang sangat strategis untuk mengembangkan potensi masyarakat (Yuliyanto dan Irhandayaningsih, 2019).

Berdasarkan Buku Petunjuk Teknis Pengajuan, Penyaluran, dan Pengelolaan Bantuan Taman Baca Masyarakat Rintisan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2013 menjelaskan bahwa terdapat 5 tujuan TBM yaitu:

  1. Meningkatkan kemampuan keberaksaraan dan keterampilan membaca masyarakat.
  2. Menumbuhkembangkan minat dan kegemaran membaca.
  3. Membangun masyarakat gemar membaca dan belajar.
  4. Mendorong terwujudnya masyarakat pembelajar sepanjang hayat.
  5. Mewujudkan kualitas dan kemandirian masyarakat yang berpengetahuan, berketerampilan, berbudaya maju, dan beradab.

Selain tujuan, TBM juga memiliki peran di masyarakat yaitu (Direktorat Pendidikan Masayarakat, 2006):

  1. TBM berperan sebagai media atau jembatan yang menghubungkan antara sumber informasi dan ilmu pengetahuan.
  2. TBM berperan sebagai lembaga dalam membangun minat baca masyarakat dengan cara menyediakan koleksi yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat.
  3. TBM memiliki peran aktif sebagai fasilitator, motivator bagi masyarakat yang ingin mencari, memanfaatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan.
  4. TBM sebagai agen perubahan, agen pengembangan dan agen kebudayaan yang ada di masyarakat sekitar.
  5. TBM sebagai lembaga pendidikan non formal bagi masyarakat, yang mana masyarakat bisa belajar mandiri, melakukan penelitian atau melakukan seluruh kegiatan belajar.

Beberapa poin tujuan dan peran TBM tersebut tidak hanya focus pada peningkatan minat baca saja, namun juga sebagai upaya mengembangkan potensi masyarakat sekitar. Terlebih saat ini Indonesia masih mengalami bonus demografi. Data tahun 2020 menunjukkan bahwa penduduk usia produktif (15-64) tahun sebanyak 70,72%. Artinya, Indonesia saat ini mempunyai begitu banyak Sumber Daya Manusia (SDM) yang kuat dengan segala potensi kebaikan yang dimiliki setiap orang. Keadaan ini mendukung untuk menjalankan tujuan dan peran program TBM secara efektif dan efisien. Di sisi lain, hasil sensus penduduk tahun 2020 menunjukkan komposisi penduduk Indonesia didominasi oleh generasi Z sebanyak 27,94% dan milenial sebanyak 25,87%. Generasi Z merupakan generasi yang lahir pada tahun 1997-2012 dengan perkiraan usia sekarang 8-23 tahun dan milenial adalah generasi yang lahir tahun 1981-1996 dengan usia saat ini 24-39 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa 53,81% penduduk Indonesia merupakan generasi muda yang sudah familiar dengan dunia digital dan up to date terkait perkembangan teknologi terkini.

Komposisi penduduk tersebut menjadi pertimbangan utama sebelum menjalankan dan mengembangkan program-program TBM. Metode pengelolaan TBM sudah saatnya dengan inovasi terbaru, mengikuti perkembangan teknologi terkini dan keadaan global. Saat ini seluruh jenjang usia (anak-anak hingga lansia) sudah hidup di dunia digital. TBM dengan tujuan literasi melalui membaca buku tak cukup, namun juga tentang bagaimana internalisasi dari proses literasi tersebut. Selanjutnya perlu adanya inovasi yang lahir dari pemikiran segar generasi muda dari proses literasinya hingga terwujud inovasi baru. Inovasi dapat diwujudkan secara optimal dengan adanya kolaborasi. Sehingga, saya mencoba memberikan salah satu referensi model TBM berbasis literasi, inovasi dan kolaborasi bernama “Rumah Cita”. Diberikan nama “Rumah” karena harapannya menjadi rumah kedua bagi seluruh elemen masyarakat (anak, remaja, dewasa hingga lansia) dengan penuh rasa kekeluargaan, keharmonisan dan kerjasama dalam mewujudkan cita-citanya.

Visi besar Rumah Cita yakni “Berdaya dari Desa” dengan tiga misi berikut:

  1. Literasi
    Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia literasi ialah kemampuan menulis dan membaca; pengetahuan atau keterampilan dalam bidang atau aktivitas tertentu; kemampuan individu dalam mengolah informasi dan pengetahuan untuk kecakapan hidup. Makna literasi sesungguhnya begitu luas, tak hanya membaca teks namun juga konteks yang terjadi di sekitar. Konsep literasi dalam Rumah Cita inilah yang dikembangkan menjadi aktivitas literasi lebih luas yakni dengan membaca buku, mencari informasi via media digital, melihat permasalahan sekitar, mengembangkan potensi diri untuk mewujudkan cita-cita dan harapannya akan muncul inovasi terbaik dari proses literasi tersebut.
  2. Inovasi
    Keadaan dunia semakin dinamis, perubahan terjadi begitu cepat. Jika seseorang tidak bergerak cepat maka akan tertinggal begitu jauh. Kita tidak bisa hanya berdiam dan terbawa arus perubahan begitu saja. Pilihannya bergerak atau tergantikan, sebab tantangan kehidupan ke depan akan semakin sulit. Jangan hanya menjadi follower, sudah saatnya pemuda menjadi leader dengan ide-ide kreatif untuk menghasilkan inovasi baru yang dapat menyelesaikan permasalahan disekitar. Tidak bisa hanya mengikuti metode-metode lama yang cenderung membosankan, monoton dan tidak berdampak signifikan. Saat ini mulai bermunculan komunitas-komunitas kreatif, bisnis start-up yang digagas oleh para pemuda. Kondisi ini perlu terus dikembangkan supaya berkelanjutan untuk generasi selanjutnya dalam melahirkan inovasi terbaru lagi. Saatnya menuliskan jutaan cita-cita dan mewujudkannya bersama sebagai inovasi terbaik karya anak Indonesia.
  3. Kolaborasi
    Kolaborasi dari berbagai elemen menjadi poin utama dalam mewujudkan cita-cita. Bukan saatnya lagi untuk berpikir sukses sendiri atau menjadi kaya sendiri, sebab nantinya manusia tak bisa hidup sendiri. Semangat gotong-royong harus senantiasa ada dalam setiap jiwa manusia untuk selalu berkolaborasi dalam segala aktivitas kebaikan demi terwujudnya hasil yang optimal. Kekuatan satu lidi akan sangat berbeda dengan kekuatan ratusan lidi. Menyatukan setiap potensi yang dimiliki maka akan terwujud kebaikan yang lebih kuat dan lebih besar dampak kebermanfaatan nantinya.

Beberapa program di Rumah Cita harapannya bisa mengakomodir seluruh elemen masyarakat hingga desa dapat berdaya. Penggeraknya utamanya yakni dari pemuda karang taruna desa dengan rancanagan desain program sebagai berikut:

A. Book, Café and Donation (B-Caf)

Membuat konsep perpustakaan yang lebih asyik dan menarik terutama generasi muda. Salah satunya yaitu Café yang saat ini sedang dijadikan tempat berkumpul favoriti banyak pemuda di berbagai daerah. Jika perpustakaan masih berupa ruangan yang penuh dengan rak buku, ketertarikan untuk hadir sangatlah kecil. Mereka akan lebih memilih berselancar di handphone mereka sendiri atau hangout bersama temannya. Perlu adanya inovasi terbaru untuk meningkatkan semangat dan daya tarik terhadap aktivitas literasi. Kombinasi antara café dan perpustakaan ini menjadi ide yang perlu dicoba.

Pemilihan jenis-jenis buku pun perlu diperhatikan, disesuaikan dengan kebutuhan. Tidak hanya membeli, menerima donasi buku hanya untuk memenuhi rak perpustakaan. Seperti pesan yang disampaikan oleh Buya Hamka yaitu “membaca buku-buku yang baik berarti memberi makanan rohani yang baik.” Buku-buku yang disediakan perlu dilakukan filter terlebih dahulu disesuaikan dengan kebutuhan dan relevansi terhadap perkembangan dunia terkini. Adanya program donasi buku bagi yang berkenan menghibahkan buku yang telah dibaca maupun buku barunya atau relawan yang berkenan meminjamkan buku pribadinya ke perpustakaan dengan jangka waktu tertentu.

Nantinya café berdekatan dengan ruang perpustakaan buku, namun disisi lain di dalam café pun disediakan beberapa buku-buku yang menarik untuk dibaca. Menu-menu dalam café pun disesuaikan dengan tema-tema literasi sebagai salah satu ‘kampanye’ budaya membaca. Pegawai café merupakan pemuda-pemuda desa yang sudah dilatih tentang bisnis. Modal pembuatan café ini n bisa diperoleh dari dana desa yang sudah dianggarkan oleh Pemerintah dan keuntungannya bisa digunakan kembali untuk mengembangkan Rumah Cita. Selain itu, di dalam café juga disediakan kotak donasi umum jika ada donator yang ingin berbagi. Setiap bulannya diadakan #BookChallenge berupa resume buku yang sudah dibaca dan dibagikan melalui akun media sosialnya. Pemenang #BookChallenge akan mendapatkan menu gratis di café sebagai salah satu bentuk apresiasi. Café ini harapannya juga menjadi tempat ‘nongkrong’ produktif bagi para pemuda desa untuk meminimalisir terjadinya pergaulan bebas yang berdampak negatif.

B. Ruang Ide (R-Ide)

Tidak hanya sekadar membaca buku dan selesai begitu saja. Namun, perlunya proses perenungan dari proses membaca tersebut. Terdapat dua jenis proses penemuan ide yakni berawal dari membaca buku atau melihat masalah sekitar kemudian membaca buku untuk mencari solusinya. Seseorang setelah membaca beberapa buku, jika disertai dengan proses perenungan pastinya akan muncul ide-ide baru. Ada juga orang yang tertarik membaca buku karena ingin mencari ilmu pengetahuan yang ia butuhkan. Seperti pelajar yang tertarik dalam dunia penelitian dan karya ilmiah maka dibutuhkan dukungan literasi yang tinggi.

Para generasi muda biasanya sedang mempunyai semangat yang tinggi dan ide-ide yang segar misalkan seperti ingin membangun bisnis, membuat teknologi canggih, melakukan riset, bahkan ide start-up. Harapannya dengan adanya Ruang Ide ini bisa menjadi wadah bagi mereka yang mempunyai banyak ide kreatif untuk didiskusikan bersama para mentor di Rumah Cita. Hal ini juga sebagai salah satu langkah untuk meningkatkan semangat literasi, karena ketika seseorang ingin mewujudkan idenya pasti memerlukan membaca buku. Ruang Ide ini juga tidak berhenti pada narasi kumpulan ide saja, namun diwujudkan melalui Bengkel Karya nantinya.

C. Cinta Lingkungan (C-Lik)

Kesadaran cinta dan peduli terhadap lingkungan harus lebih ditingkatkan lagi. Kondisi lingkungan saat ini semakin memprihatinkan, terlebih permasalahan sampah yang sampai saat ini tak kunjung terselesaikan. Saatnya pemuda desa tergerak hatinya untuk berkontribusi dalam menyelesaikan permasalahan lingkungan dimulai dari desa sendiri. Program C-Lik meliputi edukasi pemilhan sampah, penjualan barang bekas, pemanfaatan barang bekas, menanam bersama, bersih sungai, pembuatan pupuk dan aktivitas lingkungan lainnya.

Terwujudnya bank sampah desa sebagai wadah masyarakat pemilahan sampah rumah tangga. Sampah anorganik dapat dijual atau didaur ulang dan sampah organik dapat diolah menjadi pupuk, ekoenzim atau yang lainnya. Barang bekas juga dapat didaur ulang menjadi barang yang lebih bermanfaat dengan ketrampilan yang dimiliki masyarakat sekitar. Teknik pengolahan sampah dapat diperoleh berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya. Selain itu adanya kegiatan menanam bersama di lahan atau kebun milik desa dengan tanaman-tanaman sayur, buah, bumbu dapur yang harapannya bisa menmenuhi kebutuhan pokok dapur masyarakat desa.

D. Ruang Belajar (R-Bel)

Adanya Ruang Belajar ini menjadi sarana edukasi untuk para pelajar tingkat TK hingga SMA, terutama bagi yang tekendala minimnya perangkat belajar maupun biaya untuk mengikuti bimbingan belajar. Ruang Belajar ini menjadi wadah untuk belajar dan diskusi t mata pelajaran sekolah, Al-Qur’an, melukis, mewarnai dan ketrampilan lainnya yang dibersamai pengajar dari karang taruna maupun relawan pengajar. Adanya tutor sebaya juga sebagai salah satu alternatif pembelajaran. R-Bel mempunyai konsep belajar yang asyik dan menarik sehingga mudah dipahami oleh siswa. Selama proses belajar pun didukung dengan adanya buku-buku pelajaran yang interaktif sehingga dapat menumbuhkan minat baca bagi para siswa. Metode pembelajaran di R-Bel ini juga memfasilitasi tipe belajar siswa seperti visual, auditori maupun kinestetik sehingga memberikan hasil yang optimal.

E. Bengkel Karya (B-Kar)

Untuk memfasilitasi hasil karya dari berbagai elemen masyarakat maka dihadirkan Bengkel Karya. Hasil diskusi dari Ruang Ide yang sudah menjadi produk dapat dikelola dan dikembangkan lebih lanjut melalui Bengkel Karya ini. Potensi yang dimilki desa dapat disinergikan menjadi sebuah karya nyata juga, misalkan menjadi desa wisata berdasarkan kearifan lokal yang ada. Selain itu, sebagai upaya meningkatkan budaya membaca dan berkarya maka dilakukan lomba kepenulisan seperti menulis cerpen, esai, puisi, biografi, pengalaman pribadi dengan bimbingan dan arahan dari mentor ahli. Pelaksanaan lombanya diperlukan inovasi terkini sesuai dengan perkembangan teknologi saat ini, seperti lomba microblog di Instagram, menulis di website, membuat muskalisasi puisi di youtube, pembuatan film pendek di youtube, lomba desain poster dan lainnya. Nantinya akan ada apresiasi bagi karya terbaik, seperti voucher gratis di café dan hadiah pada malam apresiasi pada 17 Agustus setiap tahunnya.

F. Sehat Bersama (S-Sam)

Tidak hanya olah pikir dan olah hati saja yang dilakukan, namun perlu fisik yang sehat dan kuat untuk menunjang segala kegiatan postif. Program Sehat Bersama ini diharapkan dapat meningkatkan kesehatan masyarakat desa melalui beberapa kegiatan olahraga seperti senam remaja, senam lansia, jalan sehat, bulu tangkis, pingpong, basket dan olahraga lainnya yang rutin dilaksanakan setiap pekannya. Setiap tahun juga diadakan turnamen olahraga yang dapat bekerjasama dengan karang taruna desa saat peringatan 17 Agustus. Selain itu, dilaksanakan pengecekan kesehatan gratis yang dapat bekerjasama dengan lembaga sosial terdekat.

Harapan hadirnya Rumah Cita yakni sebagai jembatan yang menghubungkan potensi yang dimiliki oleh setiap orang hingga terwujud cita-citanya. Sebab, setiap orang mempunyai cita-cita yang berbeda dan cara meraih yang berbeda pula. Adanya berbagai program supaya masyarakat bisa menyatu dalam satu naungan sehingga terjalin kolaborasi yang baik. Rumah Cita juga sangat memperhatikan perkembangan teknologi dan pergerakan dunia global terkini supaya aktivitasnya senantiasa relevan dengan kondisi yang ada, seperti Sabda Rasulullah SAW: “Ajarilah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup di zaman mereka bukan pada zamanmu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk zamannya, sedangkan kalian diciptakan untuk zaman kalian”. Selain itu, beberapa program di Rumah Cita juga mendukung terpenuhinya tujuan dan peran TBM yang sudah ditargetkan oleh Pemerintah.

Referensi:

  • Badan Pusat Statistik. 2021. Hasil Sensus Penduduk 2020. Jakarta: Badan Pusat Statistik
  • Direktorat Pendidikan Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda & Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Pedoman Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat (TBM). Jakarta: Direktorat Pendidikan Masyarakat
  • https://kumparan.com/: Bagaimana Kemampuan Literasi Kita
  • https://www.genpi.co/berita/: Minat Baca Indonesia Terendah Kedua di Dunia, Kok Bisa
  • Kementerian Penddikan dan Kebudayaan; Direktorat PAUD, Nonformal dan Informal; Direktoran Pembinaan Pendidikan Masyarakat. 2013. NSPK (Norma, Standar, Prosedur, Dan Kriteria) Petunjuk Teknis Pengajuan, Penyaluran dan Pengelolaan Bantuan Taman Bacaan Masyarakat Rintisan. Jakarta: Kementerian Penddikan dan Kebudayaan
  • Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Nomor 35 Tahun 2017 tentang Petunjuk Teknis Penyaluran Bantuan Penyelenggaraan Program Pengembangan Budaya Baca Tahun 2017
  • Sebagian isi dari tulisan esai ini adalah ide atau pendapat pribadi penulis.
  • Yuliyanto, Y dan Irhandayaningsih, A. 2019. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Taman Baca Masyarakat (TBM): Studi Kasus di Desa Pledokan Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang. ANUVA, Vol.3, No.4. 

BIOGRAFI PENULIS

Choirun Nisa, perempuan asal Yogyakarta ini lahir pada 19 Mei 1995 dengan motto hidupnya “bermanfaat untuk orang lain”. Lulusan S1 Statistika Universitas Gadjah Mada tahun 2017. Semasa kuliah S1, penulis aktif di organisasi Keluarga Muslim Alumni (KMA Ar-Royyan), KMFM UGM, LSiS FMIPA UGM dan ikut serta dalam beberapa penulisan karya ilmiah. Selanjutnya pada tahun 2018 menempuh pendidikan Magister Statistika Terapan di IPB University dan telah menyelesaikan di tahun 2020. Saat kuliah S2, penulis aktif di organisasi HIMMPAS IPB University sebagai sekretaris divisi keilmuan tahun 2018 dan divisi HRD pada tahun 2020. Pengalaman menulis buku bersama teman-teman yang berjudul KMA Ar Royyan Menulis 2016, Travelinspire dan Menyapa Indonesia Esok Pasca Pandemi COVID-19. Mimpinya menjadi quranic writer, data scientist dan muslimahpreneur, sehingga aktivitas saat ini sedang mengembangkan konsultasi statistika dan olah data penelitian (www.databee.id) yang telah dirintisnya sejak tahun 2018, aktif menulis di blog pribadi www.choir195.xyz dan terus belajar untuk memperkaya skill. Penulis dapat dihubungi melalui email choir19cca@gmail.com, Linkedin: Choirun Nisa atau Instagram dan Twitter di akun @choir195.

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *