Bilik Pustaka

SLINPEDES (STRATEGI LITERASI INOVATIF PEMUDA DESA)

“Sebuah bangsa besar tanpa tradisi literasi (membaca) hanya akan menjadi bangsa kelas teri, perundung, pemaki, mudah diprovokasi, tanpa keluasan hati dan imaginasi,” begitulah tutur Taufik Ismail seorang sastrawan terkenal di Negeri ini.

“Iqra!” demikianlah ayat yang pertama kali diturunkan Allah SWT. Ada rahasia besar dalam perintah pertama Allah ini.

“Membaca adalah kaki kita. Semakin gemar membaca maka semakin kita memperoleh kaki yang kokoh dan kuat, semakin kita membaca semakin juga hidup kita berkaki” demikian kata Sindhunata. Ini kalimat penuh spirit betapa pentingnya membaca agar hidup lebih bermakna, karenanya hanya dengan membaca diri kita bisa berubah, pikiran dan perilaku kita juga berubah. Berubah untuk mengenal segala potensi diri merupakan modal untuk menebar manfaat kepada sesama agar hidup lebih bermakna.

Pertanyaannya, seberapa jauh sebenarnya bangsa ini suka membaca?
“Buku apa yang kau baca hari ini kawan?”
“Buku apa yang kau baca hari ini, Nak”
“Dari mana pengetahuan ini kau peroleh?”
“Bisa nggak aku pinjam bukunya?”

Percakapan yang sangat jarang terjadi di dalam keluarga, dalam pergaulan sehari-hari kita saat ini. Diskusi yang tidak menarik !. Budaya membaca buku memang sudah lama kita tinggalkan !. Kata Taufik Ismail, kita sudah meninggalkan budaya baca buku selama 63 tahun. (Najwa Shihab. Pidatonya saat dikukuhkan menjadi Duta Baca Indonesia 2016-2020).

Data UNESCO menunjukkan, minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, hanya 0,001%. Artinya, dari 1,000 orang Indonesia, cuma 1 orang yang rajin membaca. Nilai literasi bangsa ini masih terbilang rendah, situasi ini menjadi catatan penting dunia pendidikan tanah air.

Menurut UU No. 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan, Pemuda adalah warga negara Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan yang berusia 16 (enam belas) sampai 30 (tiga puluh) tahun. Usia yang sangat produktif dan memiliki energi besar.

Ironis dengan kebijakan Pemerintahan Jokowi-JK yang berfokus pada pembangunan pedesaan. Bagi desa maupun kota, kondisi ini menjadi beban.

Desa kekurangan penduduk usia produktif untuk membangun desa. Demikian halnya dengan kota yang menerima surplus penduduk usia produktif. Sedangkan meningkatnya urbanisasi lebih cepat dibandingkan pertumbuhan lapangan pekerjaan. Akibatnya masalah-masalah sosial di kota semakin menjadi, seperti pengangguran. Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan peranan aparatur kota yang menentukan keberhasilan program-program pembangunan.

Disinilah seharusnya pemuda bisa mengambil peran untuk persoalan tersebut. “Beri aku 10 pemuda, akan kuguncangkan dunia”. Itulah sepenggal pidato Soekarno, Founding Father bangsa ini, yang mengisyaratkan begitu penting peran pemuda dalam mengubah kehidupan bangsa.

Sudah kita ketahui bersama, dinamika dan pertumbuhan teknologi sangatlah cepat, dimulai dari revolusi industri 1.0 yang menitikberatkan pada mekanisasi mesin-mesin, selanjutnya revolusi industri 2.0 yang ditopang diterapkannya tenaga listrik untuk operasional industri, berikutnya revolusi industri 3.0 dimana peran elektronika dan teknologi informasi mengotomasi industri, sehingga memasuki era revolusi industri 4.0 dimana kita menghadapi era dimana penggunaan sistem berbasis digital.

Saat ini masyarakat berada pada masa revolusi industri 4.0. Capaian teknologi saat ini mengubah cara hidup manusia mulai dari berpikir, berkomunikasi, bekerja, mobilitas hingga tatanan sosial. Permasalahan aktual yang menjadi potensi untuk berinovasi sekaligus tantangan bagi pemuda adalah keberadaan internet. Pemuda dan internet merupakan sumber daya inovasi yang memiliki dua sisi positif dan negatif sehingga harus dikelola dengan baik agar tidak merugikan.

Peluang untuk mendapatkan manfaat dengan adanya revolusi industri 4.0 sangat besar, apabila pemuda mampu berstrategi dalam menumbuhkan literasi, khususnya di pedesaan. Diperlukan inovasi pengantar generasi pemuda menganggap literasi sebagai kebutuhan mereka.

Membaca realita yang ada, penulis berinisiatif untuk membuat suatu program yaitu program Strategi Literasi Iinovatif Pemuda Desa (Slinpedes) berbasis internet berupa website.

Misi dari program Slinpedes adalah pemberdayaan pemuda dengan memaksimalkan kemampuan/ potensi yang dimiliki untuk membangun budaya literasi desa berbasis digital. Kebiasaan yang pada dasarnya merupakan keterampilan dan pengetahuan dalam menggunakan internet merupakan salah satu potensi yang dimiliki oleh pemuda. Pada kenyataannya, internet bagaikan mata pisau yang memiliki dua sisi; sisi positif dan sisi negatif. Maka dari itu, literasi digital sangat diperlukan dalam pemberdayaan pemuda. Program ini berusaha menjawab tantangan tersebut melalui pemberdayaan pemuda untuk mendorong literasi digital. Berikut gambaran alur program Slinpedes yang bisa kita praktekan bersama-sama.

Tahapan Slinpedes (Strategi Literasi Inovatif Pemuda Desa) adalah sebagai berikut:

  1. Perencanaan
    Dimulai dari identifikasi masalah, rapat dengan stakeholders terkait, sosialisasi kepada pemuda desa, dan penyusunan rencana aksi.
  2. Pengambilan tindakan
    Proses ini diawali dengan diskusi bersama para pemuda untuk mengumpulkan data guna melakukan pemetaan potensi literasi desa.
  3. Pengembangan
    Dalam tahap pengembangan yaitu melakukan penyusunan desain alur informasi melalui pembuatan website Slinpedes.
  4. Evaluasi
    Mengevaluasi program yang sudah dijalankan.

Slinpedes ditunjukan untuk mensosialisasi akan potensi yang ada di desanya. Dan ditunjukan untuk mendorong gerakan literasi digital para pemuda. Diharapkan dengan adanya Slinpedes ini dapat meningkatkan kuliatas pemuda dalam kemajuan literasi di desanya. Pada dasarnya, UU Desa sudah membuka peluang yang luas bagi desa untuk mengelola potensinya. Salah satu faktor pendorong adanya Slinpedes ialah pemberdayaan yang terdapat dalam asas pengaturan desa, yaitu dalam pasal 3 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, didalamnya ada 13 asas pengaturan desa, yakni rekognisi; subsidiaritas; keberagaman; kebersamaan; kegotongroyongan; kekeluargaan; musyawarah; demokrasi; kemandirian; partisipasi; kesetaraan; pemberdayaan; dan keberlanjutan. Pemberdayaan masyarakat desa yang dimaksud adalah upaya mengembangkan kemandirian dan kesejahteraan. Upaya mewujudkan agenda tersebut masyarakat perlu meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran, dan memanfaatkan sumber daya melalui penetapan kebijakan, program, kegiatan, dan pendampingan sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat desa. Pasal 68 ayat 2 menyatakan bahwa salah satu kewajiban masyarakat desa adalah berpartisipasi dalam berbagai kegiatan di desa.

Ada 5 pelajaran ala Steve Jobs untuk menjadi Pemuda Kreatif dan Produktif dan inovatif:

  • Terus bergerak mencari inovasi
    Steve Jobs memang dikenal sebagai seorang visioner, pantang menyerah, inovatif. Bagi dia, kehidupan ini statis yang harus selalu bergerak mencari inovasi.
    Steve Jos mengatakan “satu-satunya cara melakuan pekerjaan besar adalah mencintai apa yang kamu lakukan. Jika kamu belum menemukan, teruslah mencari. Jangan hanya diam. Seperti halnya pasangan hidup, kamu akan tahu bila kamu menemukannya. Dan, sama seperti relasi baik, akan lebih baik dan lebih baik seiring berjalannya waktu. Jadi teruslah mencari sampai kamu menemukannya, Jangan diam.”
  •  Mencintai pekerjaanmu merupakan keharusan
    Bagi seorang Steve Jobs, mencintai apapun pekerjaan yang kita lakukan merupakan keharusan. Kita tidak bisa berprestasi apa-apa dalam pekerjaan jika tidak ada cinta dalam mengerjakannya.

“If you don’t love something, yo’re not going to go the extramile, work the extra weekend, challenge the status quo as much” (Steve Jobs).

Kenapa mencintai pekerjaan merupakan suatu keharusan? Sebab dalam mencintai pekerjaan, seberat apapun pekerjaan akan terasa menyenangkan sebagai tantangan.

  •  Hidup ini singkat, jadikan sangat berarti
    “Mengingat bahwa saya akan segera mati adalah alat yang paling penting yang pernah saya temukan untuk membantu membuat keputusan besar dalam hidup” (Steve Jobs).

Kata-kata itulah yang selalu Steve Jobs katakan untuk memotivasi diri agar selalu produktif dalam hidup singkat.

  • Mencari inspirasi dengan traveling
    Kebiasaan seorang Steve Jobs saat mencari inspirasi guna mendapatkan ide baru ialah melakukan traveling. Baginya, di alam ini banyak sekali konsep yang bisa diambil untuk dijadikan konsep produk baru.

Konon saat Steve hendak mendirikan Apple, ia pergi ke India. Di sana ia mendapatkan ketenangan, lebih bisa mengontrol emosi dan mendapatkan perspektif baru dalam hal produk. Kesimpelan, keminimalisan, kemudahan dan juga keindahan. Konsep itulah yang kemudian ia gunakan dalam produk Apple.

  • Bukan hanya menciptakan produk berbeda, tetapi juga bisa berguna
    “Saya lebih suka mempertaruhkan visi daripada membuat produk pasaran” (Steve Jobs). Itulah kenapa produk yang dihasilkan Steve Jobs tidak hanya laku di pasaran, tetapi ramah digunakan, memudahkan pengguna, serta yang pasti berbeda dari produk lain. Ia selalu memegang teguh idealismenya yang tidak mau mengikuti pasar, melainkan menciptakan pasar dari idenya.

Itulah beberapa tips yang dapat dilakukan para pemuda Indonesia, agar nantinya membawa nama bangsa ke ranah internasional. Karena pemuda adalah harapan bangsa dan sungguh sebaik-baik manusia adalah mereka yang paling baik akhlaknya. Jadi karakter pemuda juga harus diperhatikan, melihat sekarang banyak sekali pemuda menyimpang dari norma maupun aturan.

Maka dari itu, jadilah pemuda laksana mutiara bangsa yang menjadi pelita di tengah suramnya generasi muda. Para pemuda harus tetap optimis, inovatif dan produktif untuk memperjuangkan kualitas diri dan sekitar melalui literasi. Pemuda harus terus berprestasi bukan mencaci dan menebar benci, dan harus sadar tugas pemuda ialah berkontribusi dengan aksi bukan mengkritisi tanpa solusi.

Referensi:

  • Suparyati, Indah dkk. 2019. Kumpulan Esay Bukan Salah Sampah Pemuda itu perintis
  • bukan pewaris. Annual Essay Competition Universitas Ngudi Waluyo. Sint Publishing : Kendal.
  • Astuti, Eka ZunI Lusi. Gerakan Literasi Digital Studi Pemberdayaan Pemuda Melalui
  • Program Sistem Informasi Potensi Kreatif Desa di Kulonprogo. Jurnal Pemberdayaan Masyarakat: Media Pemikiran dan Dakwah Pembangunan
  • ISSN: 2580-863X (p); 2597-7768 (e); Vol. 3, no. 2 (2019), hal. 331-352, doi: 10.14421/jpm.2019.032-05 http://ejournal.uin-
  • suka.ac.id/dakwah/jpmi/index.
  • Prihanto, Teguh. “Perubahan Spasial dan Sosial-Budaya Sebagai Dampak Megaurban di
  • Daerah Pinggiran Kota Semarang.” Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan 12, no. 1 (2010): 131–140.
  • UU No. 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan
  • UU Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
  • Hutabarat, Sri Ananda. 2020. UNESCO: Minat Baca Masyarakat Indonesia Masih Sangat
  • Rendah. Diakses melalui link https://menara62.com/unesco-minat-baca-masyarakat-indonesia-masih-sangat-rendah/ pada tanggal 10 Januari 
  • Jannerson, Girsang. 2016. Bangsa Tanpa Membaca. Diakses melalui link
  • http://harangan-sitora.blogspot.com/2016/05/bangsa-tanpa-membaca.html pada tanggal 10 Januari 2021.
  • Mukhlishoh, Lilis. 2019. Paradigma Generasi Milenial Indonesia Terhadap Budaya Literasi.
  • Diakses melalui link https://kabarpandeglang.com/paradigma-generasi-milenial/ pada tanggal 10 Januari 2021.

Biografi Penulis

Lulu’ul Karimah, lahir di Kabupaten Cilacap pada tanggal 17 Oktober 2000 merupakan anak pertama dari pasangan Mustanginah dan Munifudin Zuhri. Ia belajar di TK An-Nuur Karang Jengkol, SDN Planjan 04, TPQ An-Nuur Karang Jengkol, MTs Nailul Anwar Kalisabuk, SMA Ma’arif Kroya Program Intensive (SMA Islam Buana Kroya), Pondok Pesantren Miftahul Huda Kroya. Dan sekarang dia sedang belajar di Pondok Pesantren Luhur Wahid Hasyim Putri dengan melanjutkan pendidikannya di Fakultas Hukum Prodi Ilmu Hukum Universitas Wahid Hasyim Semarang. Dalam hidupnya dia bercita- cita ingin menjadi penegak hukum yang pandai dalam bermain sastra. Dia bisa dihubungi melalui akunnya,

IG: lulu_chaeriimah,

FB: Lu’Lu UL Kariimah

Twitter: @LuluulKarimah5

Line: 081338919683/ @lulu171000,

Telegram: 081338919683.

WA: 081338919683

Email: [email protected].

Wordpress: https://wordpress.com/home/luchaer.home.blog.

 

 

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *