Secara geografis Kabupaten Sukabumi merupakan kabupaten terluas kedua se-Pulau Jawa dan Bali. Wilayah yang luas tersebut juga dihuni oleh penduduk dengan populasi yang cukup besar. Terkait dengan pengembangan minat baca sebagai bagian tak terpisahkan dari koridor literasi yang merupakan pondasi kemajuan peradaban.
Faktanya, kondisi literasi melalui kepustakaan di Kabupaten Sukabumi masih kurang baik dalam bentuk Gerakan Literasi Keluarga (GLK), Gerakan Literasi Masyarakat (GLM), sampai Gerakan Literasi Sekolah (GLS).
Melalui tulisan ini, akan dicoba diuraikan bahwa Gerakan Literasi Keluarga sudah melakukan pengenalan dalam keluarga supaya anak menguasai literasi dasar yakni baca tulis hitung, membaca sedini mungkin bagi anak menjadi kegiatan pokok salah satu contohnya membaca dongeng, fabel dan cerita anak lainnya.
Sementara gerakan literasi berusaha mengajak masyarakat desa untuk mencintai budaya baca dan tulis melalui komunitas literasi, taman bacaan masyarakat, peran peduli stakeholder untuk membangun minat baca di masyarakat.
Masyarakat desa memiliki banyak kebutuhan dasar untuk dikembangkan diantaranya melalui dukungan Gerakan literasi desa melalui Taman Bacaan Masyarakat (TBM), dengan segmen beragam dan dari latarbelakang pendidikan yang berbeda karena dilingkungan masyarakat tidak hanya Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), tapi Sekolah Menengah Atas (SMA), atau sederajat bahkan perguruan tinggi, karena itu upaya bersama untuk mengembangkan kepustakaan akan membantu pertumbuhan literasi.
Dalam lingkup negara, Indonesia sebagai negara berkembang, diharapkan mampu memanfaatkan teknologi digital dan era Revolusi Industry 4.0 untuk kemajuan bangsa, terutama dalam dunia pendidikan. Karena sebagai pondasi utama sebuah negara, pendidikan berada dalam posisi yang sangat strategis untuk menentukan masa depan bangsa. Mau dibawa kemana bangsa ini sangat ditentukan oleh bagaimana minat masyarakatnya terhadap baca, tulis, hitung.
Literasi sebagai jantung pendidikan akan sangat penting dalam mendukung imajinasi dan kreativitas masyarakat, oleh karena itu literasi sangat berperan dalam membentuk karakter masyarakat desa, peningkatan intelektualitas sangat dibutuhkan masyarakat desa. Kelemahan minat literasi dalam masyarakat desa, permasalah ini seolah tak pernah usai dan tak berujung pangkal dan seakan telah melekat dalam karakteristik masyarakat desa.
Kebodohan, kemalasan dan kemiskinan menjadi 3 hal yang mewarnai semua aspek kehidupan tersebut masyarakat desa, upaya pemutusan permasalahan ini tentunya diperlukan langkah sistematis dan komprehensif agar semua aspek menjalankan fungsinya dengan baik. Dalam menciptakan hal tersebut seluruh pihak dirasa perlu ambil bagian dalam restrukturasi masyarakat melalui penguatan budaya literasi.
Hari ini kita krisis membaca, padahal semua ilmu pengetahuan kita akan dapatkan dengan membaca, semua ilmu tentang alam, ilmu bercocok tanam, ilmu Kesehatan, ilmu masakan dan lain sebagainya, semua kita bisa dapatkan dengan cara membaca.
Dongeng sebelum tidur merupakan bagian dari literasi, tapi budaya itu sudah tidak ada lagi di kita. Hal yang kecil kita perkenalkan terhadap anak se-usia dini saja sudah kita tidak lakukan lagi, anak se usia dini sekarang malah senangnya meihat youtube atau games. Mari kita budayakan untuk membaca dan menulis lagi, apa yang kita baca bisa ilmu pengetahuan atau karya karya literasi seperti: puisi, cerpen dan karya tulis lainnya.
Berdasarkan kajian lapangan di tiga desa di Kabupaten Sukabumi yang sedang membentuk perpustakaan desa, memang perlu perjuangan, sekarang peran serta masyarakat yang harus diberikan edukasi tentang literasi, bisa dengan menggandeng beberapa tokoh pemuda dan tokoh masyarakat yang berkencenderungan terhadap literasi, mulai dengan gerakan sederhana yakni mengumpulkan buku dari masyarakat.
Mulai mengajak masyarakat sekaligus memperkenalkan keberadaan perpustakaan desa tersebut, sehingga masyarakat dapat mengetahuinya, serta harus mengadakan event-event kecil yang berkaitan dengan dunia literasi. Buat membaca itu tidak menyeramkan dan bagus untuk wawasan kita, selain itu juga dengan membaca kita bisa mengetahui dunia.
Penuh tantangan memang saat mengajak masyarakat menyukai membaca buku, tetapi ini tantangan untuk kita yang bisa lakukan hanya memulai dengan Langkah-langkah kecil yang ada dimasyarakat seperti halnya masyarakat di bantu untuk membuka Taman Bacaan Masyarakat (TBM), yang nantinya setelah masyarakat sudah sangat tertarik dalam dunia baca, baru perpustakaan desa bisa menyiapkan dengan segala sarana dan prasarana penunjangnya.
Kita akan membahas tentang buku itu sendiri, buku adalah jendela dunia, merupakan sumber ilmu yang membuat peradaban berlangsung hingga hari ini, di dalamnya terkandung perubah zaman di dalam sepanjang waktu. Jendela dunia yang mengandung hikmah masa lalu, buku juga bisa sebagai memori perdaban manusia, hanya dengan buku kita dapat menggenggam dunia, menjelajahi seluruh pemikiran dan imajinasi yang terhampar di dunia ini.
Berdasarkan pada apa yang telah nyata dibuktikan oleh negara-negara maju, yang senantiasa memberikan kemudahan bagi masyarakatnya untuk mengakses berbagai bacaan dan membuat masyarakat terbiasa memperoleh segala informasi dengan cara membaca. Oleh karena itu, penting kiranya diperhatikan dan difasilitasi kebutuhan anak-anak usia Sekolah Dasar (SD), di Indonesia untuk memiliki akses terhadap perpustakaan-perpustakaan dan taman bacaan secara gratis, waktu itu sekitar tahun 2017-2018 kita pernah mencoba setiap SD, sebelum memulai pelajaran harus baca buku dulu sebelum memulai pelajarannya di mulai, untuk menumbuhkan semangat membaca yang tinggi.
Seperti diketahui, gagasan “membaca adalah jendela dunia” perlu ditanamkan pada anak-anak di usia 5 hingga 12 tahun sebagai landasan kebiasaan agar kelak lebih giat menggali berbagai ilmu yang dapat diperoleh dari kegiatan membaca, tujuan menumbuhkan minat baca dikalangan anak-anak, khususnya para siswa SD yang duduk di bangku kelas IV, V, dan VI, dimaksudkan agar mereka lebih terpacu untuk gemar membaca, karena membaca merupakan salah satu kunci untuk menguasai pengetahuan.
Media perpustakaan desa digunakan sebagai wadah untuk meningkatkan gemar membaca, karena perpustakaan diibaratkan sebagai jantung sekolah sebagai tempat media penggugah rasa, karsa, dan karya mereka, dengan gemar membaca mereka akan memiliki ilmu yang lebih banyak dan berwawasan luas sehingga mereka menjadi anak-anak yang cerdas. Dengan kecerdasan itu mereka akan menjadi anak-anak yang dinamis dan penuh kreatifitas dalam menyikapi kehidupan ini.
Sebagai generasi penerus bangsa, mereka merupakan aset bangsa yang perlu mendapat perhatian, bimbingan, dan pembinaan untuk mewujudkan cita-cita mereka. Perpustakaan desa memiliki peranan yang sangat penting untuk mendukung gemar membaca dan meningkatkan literasi informasi, juga untuk mengembangkan siswa supaya dapat belajar secara mandiri. Masa anak-anak merupakan dasar pembentukan kepribadian dan kecerdasan yang berkarakter, oleh karena itu penanaman pendidikan sejak dini merupakan hal yang penting bagi mereka, agar kelak mereka menjadi manusia dewasa yang berbudi dan mandiri juga kreatif yang dapat menggali dan mengembangkan potensi diri.
Kreatifitas mereka tumbuh dan berkembang diperlukan latihan-latihan yang merangsang daya imajinasi mereka, antara lain melalui kegiatan membaca, dengan gemar membaca diharapkan kreatifitas mereka muncul dan berkembang. Sekolah-sekolah Dasar akan lebih memperhatikan ketersediaan buku bacaan di perpustakaan sekolah, khususnya buku bacaan. Namun, seandainya sekolah belum memiliki sarana perpustakaan, hal ini akan dapat diatasi dengan kerjasama antara sekolah dan Taman Bacaan Masyarakat (TBM), atau Perpustakaan Desa.
Selain tidak adanya perpustakaan sekolah, minat gemar membaca pada anak-anak usia Sekolah Dasar (SD) juga rendah. Buku bagaikan dunia yang dijilid, seluruh hasil cipta, karsa, dan karya manusia dapat dilestarikan. Di dalam buku tersimpan rekaman-rekaman teori yang dapat melahirkan suatu teori baru.
Buku adalah guru yang paling baik karena buku tidak pernah jemu menggurui kita. Ia dengan sabar membimbing dan melayani pembacanya baik yang berkecepatan rendah maupun cepat, Ia bisa menghampiri kita kapan pun, tidak terikat waktu dan tempat, dan yang pasti menjadikan orang lebih bijaksana.
Buku juga satu-satunya alat untuk mempelajari abad-abad yang sudah lewat. Buku adalah kunci terbaik untuk memahami bangsa-bangsa lain yang belum kita kunjungi, tentu saja, seseorang dapat memiliki pikiran, ide, dan gagasan apabila banyak informasi yang masuk ke dalam benaknya. Semakin banyak informasi yang masuk, semakin besar isi pikirannya, semakin cemerlang gagasan-gagasannya, semakin kreatif, dan semakin berharga pula ide-idenya.
Cara utama untuk menyerap informasi adalah membaca. Kalau kita menganggap bahwa kemiskinan, pengangguran, dan pendidikan sebuah masalah minat baca inilah yang sesungguhnya menjadi permasalahan bangsa. membaca berbanding lurus dengan kemajuan dan kemakmuran bangsa. Akan tetapi, di Indonesia masalah itu kurang mendapat perhatian, baik dari pemerintah maupun dari masyarakat.
Perpustakaan yang merupakan sebuah infrastruktur jantung pendidikan menjadi sangat terabaikan keberadaannya. Kalaupun ada, buku pelajaran dan buku bacaan umum tidak terkoleksi secara lengkap bagaikan”, hidup segan mati pun tak mau. Bahkan, banyak Sekolah Dasar (SD), yang tidak memiliki ruang khusus untuk perpustakaan serta tidak memiliki petugas khusus yang mengelola perpustakaan. Dengan demikian, wajar saja kalau siswa SD kita tidak memiliki kebiasaan membaca yang memadai, padahal jika ada perpustakaan desa, itu bisa termanfaatkan.
Keadaan seperti itu ternyata juga terjadi pada siswa SLTP, SMU, dan SMK, atau sederajatnya, padahal perpustakaan hanya sebagai gudang buku dengan penataan dan pengelolaan asal-asalan harus segera diubah menjadi tempat belajar yang menyenangkan. Untuk memperbaiki infrastruktur itu tidak harus membayar mahal. Dengan kreativitas dari pengelola mengembangkan minat baca di masyarakat desa. Keterlibatan semua peserta didik perpustakaan yang memadai dapat diwujudkan di sekolah.
Pengalaman jelas membuktikan bahwa wajah sebuah bangsa dapat dilihat dari wajah perpusta-kaannya dan kemajuan sebuah bangsa dapat dilihat dari tingkat minat bacanya. Baik secara langsung maupun tidak langsung kebiasaan membaca menjadi salah satu indikator kualitas sekolah bahkan secara nasional sangat menentukan tinggi rendahnya indeks pembangunan.
Sejarah kemajuan negara-negara di dunia, seperti Jepang, Amerika, Korea, dan negara-negara lainnya berawal dari ketekunannya membaca. Mereka tidak pernah puas dengan kemajuan yang telah dicapai sehingga mendorong mereka untuk terus membaca dan membaca. Tak ada waktu tersisa kecuali untuk membaca dan bekerja. Itu menunjukkan bahwa betapa besarnya manfaat membaca buku bagi kemajuan sebuah bangsa.
Kenyataan tersebut juga membuktikan bahwa buku menjadi kunci perubahan Dunia. Itulah sebabnya buku sering disebut sebagai jendela peradaban. Oleh karena dari bukulah sebuah peradaban sebuah negara menjadi maju dan dari buku pula sebuah peradaban tak memberi makna apa-apa ketika buku diabaikan begitu saja.
Membangun budaya baca, bukan sekadar menyediakan buku atau ruang baca, melainkan juga membangun pemikiran, perilaku, dari budaya generasi yang tidak suka membaca menjadi generasi suka membaca. Dari generasi yang asing dengan buku menjadi generasi pencinta buku. Dari sana kreativitas dan transfer pengetahuan bisa berlangsung dan berkembang.
Beberapa faktor lain yang memengaruhi dan dapat menghambat masyarakat untuk mencintai dan menyenangi buku sebagai sumber informasi layaknya membaca koran dan majalah, seperti sistem pembelajaran di Indonesia belum membuat siswa, mahasiswa harus membaca buku lebih banyak dari apa yang diajarkan dan mencari informasi atau pengetahuan lebih dari apa yang diajarkan di kelas, atau bisa saja kebanyakan hiburan untuk menonton TV, dan permainan di rumah atau di luar rumah yang membuat perhatian anak atau orang dewasa untuk menjauhi buku.
Sebenarnya dengan berkembangnya teknologi internet akan membawa membawa dampak terhadap peningkatan minat baca masyarakat, karena internet merupakan sarana visual yang dapat disinonimkan dengan sumber informasi yang lebih uptodate. Akan tetapi hal ini disikapi lain karena yang dicari di internet lebih banyak berupa visual yang kurang tepat bagi konsumsi anak-anak, selain itu juga banyaknya tempat-tempat hiburan, seperti taman rekreasi, mall, supermarket, dan lain-lain, yang bisa menjauhkan kita dari buku.
Budaya baca masih belum diwariskan oleh nenek moyang kita, hal ini terlihat dari kebiasaan ibu-ibu yang sering mendongeng kepada putraputrinya sebelum anaknya tidur dan ini hanya diaplikasikan secara lisan saja dan tidak dibiasakan mencapai pengetahuan melalui bacaan, para ibu disibukkan dengan berbagai kegiatan di rumah atau di kantor serta membantu mencari tambahan nafkah untuk keluarga, sehingga waktu untuk membaca minim.
Buku dirasakan oleh masyarakat umum sangat mahal dan begitu juga jumlah perpustakaan masih sangat sedikit dibandingkan dengan jumlah penduduk yang ada dan kadang-kadang letaknya jauh, solusi untuk mengatasi masalah minat baca dan lebih lanjut ke masalah literasi informasi.
Membaca sebagai pintu utama mengenal pengetahuan dan ilmu, karena itu perlu diperkenalkan kepada anak-anak sedini mungkin, agar membaca bukanlah suatu kegiatan yang luar biasa tetapi kegiatan yang biasa dilakukan. Banyak hal yang dapat dilakukan untuk memotivasi seorang anak melakukan kegiatan membaca, lalu menyukai membaca, kemudian kegiatan itu rutin dilakukan, sehingga membaca merupakan bagian kebutuhan hidup mereka seperti juga makan, bermain, dan lain-lain. Pada akhirnya kegiatan membaca bisa membudaya di kalangan anak-anak.
Setiap kegiatan-kegiatan bisa diberikan cindera mata berupa buku bacaan bagi peserta siswa Sekolah Dasar (SD), yang berkontribusi menjawab pertanyaan dalam sesi ini. Pemberian buku itu dimaksudkan untuk memberi dorongan dan dukungan serta motivasi yang lebih kuat agar mereka terpacu lebih intens lagi membaca.
Selain adanya berbagai penyuluhan serta menumbuhkan minat baca dari dalam siswa itu sendiri, diperlukan peranan sekitar seperti keluarga, masyarakat serta lingkungan. Oleh karena itu, peranan tersebut dapat dikatakan amatlah penting sebagai pendukung dari luar juga sebagai faktor penting menumbuhkan minat baca pada siswa.
Peran orang tua-orang tua memiliki peran penting dalam menumbuhkan minat baca dalam diri anak-anaknya, untuk mensiasati supaya masyarakat gemar membaca dan membaca adalah suatu kebutuhan sehari-hari, tidak ada jalan lain peranan orang tua sangat dibutuhkan dengan cara membiasakan anak-anak usia dini untuk mengenal apa yang dinamakan buku dan membiasakan untuk membaca dan bercerita terhadap buku yang dibacanya.
Hal itu harus dilakukan secara berulang-ulang dan terus menerus dengan harapan akan terbentuk kepribadian yang kuat dalam diri anak sampai dewasa sehingga membaca adalah suatu kebutuhan bukan sekedar hobi, coba perhatikan saja kalau kita ditanya hobinya apa? pasti ada yang jawab “membaca”. Peran orang tua memang sedikit kurang, karena orang tua sibuk dengan pekerjaan mencari nafkah, begitu pun ibu-ibu nya sehingga kurang motivasi atau dorongan dari orang tua yang memberikan tauladan membaca bagian dari keseharian kehidupan mereka.
Faktor ekonomi, daripada membeli koran, majalah, atau bacaan anak-anak mereka lebih memilih membeli kebutuhan pokok yang utama. Dalam hal ini peran pemerintah agar dapat menyediakan buku-buku kebutuhan anak-anak dan masyarakat lebih disegerakan. Peran Pemerintah Daerah, dibantu oleh kalangan dunia pendidikan, media masa, gerakan masyarakat Mengembangkan Minat Baca di Masyarakat Desa. Bersama-sama merangkul pihak-pihak swasta yang mempunyai kepentingan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa untuk mensponsori pendirian perpustakaan-perpustakaan kecil di lingkungan masyarakat, atau Perpustakaan Desa.
Bantuan berupa sarana dan prasarana dan koleksi perpustakaan yang pengelolaannya diserahkan kepada ibu-ibu PKK atau Karang Taruna. Supaya gebyarnya lebih meluas perlu diadakan lomba yang bisa diekspos oleh media massa lokal. Peran Lembaga Pendidikan Peranan kepala sekolah sangat penting sebagai ujung tombak terhadap pendirian perpustakaan dan fungsi guru dan pustakawan sebagai pengembangan perpustakaan harus selalu mendapat perhatian serius dari pihak pemerintah daerah, karena banyak sekolah dasar sampai menengah belum memiliki perpustakaan dan kalaupun ada sifatnya stagnan dan tidak berkembang karena kesulitan dana.
Pendidikan merupakan cerminan masa depan suatu bangsa, oleh karena itu perlu untuk meningkatkan mutu, efisiensi, dan efektifitas pendidikan dengan melibatkan peran serta masyarakat secara luas dan aktif. Filosofi pendidikan bukan saja penguasaan pengetahuan dan ilmu, melainkan pula untuk pengembangan karakter peserta didik. Pendidikan harus mampu membentuk manusia-manusia cakap dan berkepribadian sebagai bangsa yang berkarakter.
Mereka adalah anak bangsa, generasi penerus negeri ini yang perlu memperoleh bekal layak dan memadai. Dengan media baca, pengetahuan dan ilmu terkuasai, dengan kemampuan tersebut, maka potensi wilayah/desa mereka tergali yang dapat memberi kesejahteraan bagi masyarakatnya.
Sebagai bekal mereka menjadi manusia Indonesia seutuhnya yang berkarakter, karena dalam tulisan karya sastra banyak mengandung pesan dan nilai keteladanan dalam memahami dan memaknai kehidupan, pada awalnya kegiatan membaca tidak dilakukan secara teratur, mulai dilakukan dengan frekuensi lebih sering dan teratur, yang pada masa lalu hanya membaca buku pelajaran sekolah, mulai tergerak untuk membaca bacaan karya sastra. Semua itu dilakukan mereka karena timbulnya kesadaran dan pemahaman mengenai pentingnya arti membaca bagi mereka.
Di era digital ini, kemudahan dalam akses literasi semakin terjangkau dengan dukungan teknologi yang semakin canggih. Bahan bacaan apapun bisa didapatkan hanya dengan sebuah aplikasi berbasis android yang kemudian dikenal dengan e-library. Munculnya istilah e-library merupakan kolaborasi terkini antara perpustakaan dengan teknologi informasi. Perubahan budaya membaca & menulis dari metode konvensional ke digital sangat mendorong efisiensi dalam upaya mewujudkan kemajuan bangsa. Maka dari itu, menulis dan membaca adalah suatu kegiatan yang sarat akan manfaat.
Banyak sekali hal yang bisa didapatkan lewat pemanfaatan e-library, selain mendukung terputusnya masyarakat desa untuk malas membaca, kita juga dapat meminimalisir dampak negatif kemajuan teknologi khususnya oleh remaja. Paradoks globalisasi dapat dilihat sebagai kesempatan sekaligus tantangan bagi kita.
Sebagai langkah yang sistematis, restrukturisasi masyarakat melalui pemanfaatan e-library tidak dapat terjadi begitu saja. Diperlukan langkah nyata yang sistematis dalam pemutusan kemalasan masyarakat desa untuk membaca tersebut. Kebodohan, kemalasan dan kemiskinan dapat diputus melalui penguatan budaya literasi dalam masyarakat desa.
Dengan membaca, dapat memberantas kebodohan. Jika kebodohan telah diberantas maka tidak akan ada pula kemalasan sehingga masyarakat dapat terbebas dari jerat kemiskinan. Jika masyarakat telah dapat terlepas dari kebodohan, hal ini tentu dapat mempengaruhi aspek kehidupan lainnya sehingga terjadi suatu perubahan dari segala aspek.
Dapat dilihat bagaimana luar biasanya jika masyarakat benar-benar memiliki minat yang tinggi terhadap literasi. Kemudahan literasi di era digital ini perlu dioptimalkan dengan baik agar terciptalah kebiasaan membaca dalam masyarakat. Kebiasaan yang telah mendarah daging bukanlah hal yang mustahil tercipta pada budaya literasi masyarakat desa.
Dari konsep ini dapat direduksi menjadi solusi pemecahan masalah yang terjadi di masyarakat desa. Dengan kebiasaan membaca diharapkan terjadinya perubahan mental masyarakat dalam menghadapi kehidupan sosialnya. Membaca dan menulis sebagai suatu kebiasaan yang tertanam pada diri setiap individu dapat meningkatkan intelektualitas masyarakat agar lebih berorientasi pada kemampuan berfikir yang baik.
Melihat kondisi ini maka dari itulah sangat diperlukan sikap kebiasaan terhadap budaya literasi di masyarakat desa, apalagi dalam era globalisasi ini kemudahan akan akses informasi sangat terjangkau. Perlu adanya sosialisasi masyarakat terhadap pentingnya budaya literasi, sehingga Pemanfaatan e-library akan di pergunakan secara optimal. Suatu negara tidak akan maju tanpa ada keinginan masyarakatnya sendiri untuk maju.
Dibutuhkan orang-orang yang berintelektualitas tinggi dalam memajukan suatu bangsa, hal inilah yang sebenarnya sangat diperlukan indonesia saat ini. Intelektualitas dapat kita peroleh salah satunya melalui kegiatan literasi, maka dari itulah dibutuhkan peran masyarakat desa, untuk ikut mengadakan perubahan. Jika kita menginginkan suatu perubahan, maka jadilah perubahan tersebut.
Capaian Prestasi dalam Kepustakaan Desa di Kabupaten Sukabumi
Senin, tanggal 4 Januari 2021, Kepala Desa Sukaraja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, Yusuf Kohar menjelaskan secara gamblang tentang ikhtiar pengembangan perpustakaan di desanya.
Yusuf Kohar menceritakan awal mula berdirinya perpusatakaan desa yang diberi nama insan kamil itu, dimulai saat dirinya menjabat sebagai Ketua BPD, jadi Ia mengikuti benar proses dari pembangunan perpustakaan desa tersebut, kini Yusup adalah Kepala Desa terpilih sejak Desember 2019, harapanya diperiode kepemimpinanannya semakin meningkat lagi mutu serta pelayanan pendidikan termasuk perpustakaan, mulai dari para petugasnya dan juga koleksi bukunya, Yusup juga sedang memperjuangkan masalah kesejahteraan bagi para pengurusnya, sekarang Perpustakaan Insan Kamil akan mengikuti kejuaraan tingkat Nasional untuk Perpustakaan Desa Insan Kamil.
Proses dari pembuatan perpustakaan desa itu ternyata tidak bisa instan, dan harus ber sungguh-sungguh dalam mengembangkannya, terlebih dahulu mempersiapkan sumber daya manusia, sebagai pengurus perpustakaan desa, kelompok penggurus PKK Desa Sukaraja, siap untuk mengikuti proses itu semua. Sangat berat memang Ketika proses harus berjalan tetapi itu sebuah tantangan demi masa depan anak bangsa penerus kita nantinya, kebutuhan akan komunitas literasi sebagai motor penggerak di masyarakat harus ada memang, salah satunya melibatkan beberapa elemen yang ada di masyarakat, kepedulian masyarakat berperan aktif sangat diperlukan, sebuah penghargaan belum cukup, walau perpustakaan desa insan kamil ini, sudah juara tingkat Kabupaten Sukabumi bahkan Provinsi Jawa Barat.
Salah satau indikator keberhasilan literasi di Desa Sukaraja dapat dilihat dikantor pelayanan Perpustakaan Desa “Insan Kamil”, yang sudah meraih juara ke 1 tingkat Kabupaten Sukabumi, pada tahun 2018 dan 2019, serta juara 2 tingkat Provinsi Jawa Barat pada tahun 2018 dan 2019. Menurut pengurus perpustakaan desa insan kamil, Heni Mulyani, (40) tahun, beliau adalah kader PKK, yang sukarela mengurus admin dan menjadi petugas perpustakaan, padahal sebelumnya tidak memiliki latar belakang admin perpustakaan, dengan sukarela Heni dan rekan-rekan kader PKK nya menjadi tenaga sukarela, demi anak bangsa khususnya yang ada di Desa Sukaraja supaya cerdas, karena menurut dia dengan membaca kita bisa tahu dunia luar.
“Perjuangan yang sangat luar biasa memang ketika kami ingin mewujudkan perpustakaan desa ini, kami sudah beberapa kali pindah ruangan, tidak seperti sekarang ini, alhamdulillah sudah mempunyai tempat sendiri, bahkan kami tidak menyangka bisa juara tingkat Kabupaten sukabumi bahkan sampai Provinsi Jawa Barat.”
Pada tahun 2018, mereka mendapatkan pelatihan tentang administrasi perpustakaan dari Pemerintahan Daerah Kabupaten Sukabumi, akhirnya didapat pengetahuan bagaimana tatacara menyimpan buku dan pengkodean buku serta bagaimana tatacara pengelolaan perpustakaan itu sendiri.
“kami merasa senang bisa melayani masyarakat yang memerlukan buku, kami pun senang jika banyak pengunjung yang ingin membaca atau browsing internet saja, karena alhamdulillah kami juga mendapatkan bantuan beberapa unit komputer dari Coca-Cola Foundation dan dari perpustakaan nasional.”
Menurut Siti Asviasari, mahasiswi Universitas Swasta yang ada di Sukabumi, dirinya sangat terbantu dengan adanya perpustakaan desa, apalagi koneksi internetnya sangat bagus, Via sapaan akrabnya mengatakan di setiap desa pasti ada mahasiswanya jadi sangat diperlukan sekali ada perpustakaan desa apalagi sudah digitalisasi dan terhubung dengan Perpustakaan Nasional.
Para penggerak literasi desa Insan kamil terus berjuang mengikuti beberapa event seperti lomba buku genik yang relevan bagi perpustakaan desa, sekaligus promosi tentang keberadaannya.
Masyarakat sebetulnya sangat sekali membutuhkan kehadiran perpustakaan desa, dilingkungannya harus mengaktifkan komunitas literasi masyarakat, sehingga kebutuhan baca yang tinggi bias terfasilitasi.
Capaian lainnya mengenai perpustakaan adalah Desa Cicareuh, Kecamatan Cikidang, Kabupaten Sukabumi, guna mencerdaskan kehidupan masyarakat khususnya di Desa Cicareuh, Perpustakaan di desa tersebut terus dikembangkan serta ditingkatkan pelayanannya.
Menurut Kepala Desa Cicareuh, Ramdan Rustarmono. Langkah ini mengacu kepada salah satu program dari pemerintah baik level Pusat, Provinsi, hingga ke level Kabupaten, yaitu memelihara dan meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses belajar-mengajar.
Perpustakaan yang terorganisir secara baik dan sisitematis, secara langsung atau pun tidak langsung.
“Harapan saya pun ingin segera terwujud gedung perpustakaan desa secara terpisah, sehingga memudahkan masyarakat memenuhi kebutuhan literasinya, apalagi zaman sudah modern, semoga Desa Cicareuh secepatnya masuk digitalisasi karena kalau tidak mengikuti zaman dan era digitalisasi maka akan ketinggalan.”
Ramdan menyebutkan bahwa di tahun kedua kepemimpinannya ini berencana akan merevitalisasi perpustakaan desa, menyediakan sarana buku yang lengkap disamping loket pelayanan. Harapannya ketika masyarakat menunggu antrian pelayanan bisa mengisi waktu dengan membaca buku yang telah disediakan, Ia menambahkan untuk saat ini hanya bisa sebatas itu saja, karena segala keterbatasan mulai dari koleksi buku dan untuk tenaga sumberdaya manusia belum siap.
Menurut Rini (30) tahun, warga masyarakat Desa Cicareuh, sangat perlu adanya perpustakaan desa , apalagi buku tentang pelajaran sekolah, jadikan anak-anak bisa baca-baca buku palajaran atau buku yang lainnya di perpustakaan desa. Apalagi Jaringan internet sudah di sediakan sebagai pendukung akses literasi.
Disamping itu, pihak desa sedang melakukan inventarisasi buku, dan sarana prasarana penunjang lainnya, juga jaringan internet yang lebih awal sudah disediakan, seterusnya akan menyiapkan tempat secara khusus untuk perpustakaan desa.
“Ini bisa memudahkan juga ketika masyarakat memerlukan buku, meski belum maksimal tetapi terus akan kami perjuangkan”, kata Kades Cicareuh.
Kepala Desa Cicareuh dan warga masyarakat sepakat untuk segera mengoptimalkan Perpustakaan desa agar segera terwujud, karena buku sebagai jendela informasi dunia, dan juga Kades nantinya akan membuat komunitas literasi yang ada diwilayah tersebut.
Sinergis dengan itu, Kepala Desa Parungseah, menceritakan hampir di setiap desa sudah ada beberapa pojok literasi, dirinya berharap adanya gedung terpisah yang di khususkan untuk sarana literasi atau perpustakaan desa, Kepala Desa Parungseah sedang mengembangkan beberapa objek destinasti tempat wisata, kedepan dirancang ada taman literasi ramah anak
Dapat disimpulkan bahwa pengembangan perpustakaan butuh sinergitas penthahelix, yakni pemerintah, masyarakat, pengusaha, media serta akademisi supaya Kegiatan literasi semakin digemari, meingkatkan minat baca dan bermakna bagi kehidupan masyarakat, gerakan literasi juga tak hanya membaca dan menulis tetapi literasi numerasi, literasi finansial, literasi Bahasa, literasi saint dan literasi digital, jadi memiliki peran strategis bagi kemajuan masyarakat termasuk yang ada di desa.
BIODATA PENULIS
Nama Lengkap : R. Moch Agus Ramdhan, SE.
TTL : Sukabumi, 18 Agustus 1979
Alamat : Jl. Selakopi RT 4, RW 11, No. 35, Desa Cijengkol, Kecamatan Caringin
Kabupaten/Kota : Kabupaten Sukabumi
Provinsi : Jawa Barat
Pengalaman : Dulu pernah kerja di perpustakaan
Instagram : Agus ramdhani
Facebook : Agus ramdhani