Bilik Pustaka

TBM-Moco Gayeng: Inovasi dan Terobosan Taman Baca Masyarakat Desa Candirejo Kabupaten Blitar dalam Menumbuhkan Minat Baca Masyarakat

Menurut Sutarno (2008:127) dalam Saepudin, dkk (2016), Taman Bacaan Masyarakat pada dasarnya bukanlah sebuah perpustakaan yang harus memenuhi standar nasional perpustakaan seperti standar koleksi, standar sarana dan prasarana, standar pelayanan perpustakaan, standar penyelenggaraan, dan standar pengelolaan. TBM merupakan suatu lembaga yang menyediakan buku bacaan yang diperlukan masyarakat sebagai wadah untuk membina dalam kegiatan kemampuan membaca dan belajar masyarakat sekitar untuk meningkatkan kualitas hidup mereka. Selain itu TBM juga dijadikan tempat untuk kegiatan yang produktif. Dalam pembinaan pembangunan sebuah TBM, hal ini tidak bisa terlepas dari sebuah fenomena kualitas minat baca. Minat merupakan keinginan dari hati, minat bukan pembawaan dari lahir tetapi minat dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Minat baca merupakan keinginan seseorang dalam membaca sebuah bahan bacaan.

Perpustakaan di Indonesia meraih peringkat ke-2 dengan jumlah perpustakaan terbanyak di dunia. Kepala Perpustakaan Nasional, Muhammad Syarif Bando menyampaikan bahwa Indonesia saat ini memiliki 164.610 perpustakaan. Itu menempatkan Indonesia sebagai negara dengan jumlah infrastruktur perpustakaan terbanyak nomor dua (Indopos, 2019). Tetapi disisi lain minat baca masyarakat Indonesia berbanding terbalik dengan jumlah perpustakaan yang ada di Indonesia yakni menempati urutan ke-60 dari 61 negara. Menurut data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, hanya 0,001%. Artinya, dari 1.000 orang Indonesia hanya 1 orang yang rajin membaca (Kominfo,2017).

Faktor penyebab rendahnya minat baca antara lain (1) Masyarakat Indonesia masih menggunakan budaya lisan daripada budaya membaca. (2) Fasilitas perpustakaan yang kurang memadai bagi masyarakat. Jumlah Perpustakaan umum sebagai salah satu tempat mendapatkan bahan bacaan bagi masyarakat hanya berkisar 2.585 perpustakaan. Hal ini tidak sebanding dengan jumlah penduduk Indonesia yang menembus angka 200 juta jiwa (Nafisah, 2014 ). (3) Daya beli buku yang rendah, hal ini disebabkan oleh belum banyak masyarakat dalam menyisihkan uang untuk membeli bahan bacaan. (4) Banyaknya jenis hiburan, masyarakat Indonesia pada umumnya memilih menononton hiburan di televisi daripada membaca buku. Badan Pusat Statistik mencatat bahwa masyarakat Indonesia belum menjadikan kegiatan membaca sebagai sumber utama mendapatkan informasi. Ternyata orang lebih banyak tertarik dan memilih untuk menonton televisi (85,9%), menyimak radio (40,3%), dan membaca koran (23,5%) (Nafisah, 2014).

Salah satu wilayah pedesaan dengan minat baca yang cukup rendah ialah Desa Candirejo yang terletak di Kabupaten Blitar Provinsi Jawa Timur. Desa dengan masyarakat yang rata-rata hanya lulusan SMP hingga yang paling tinggi hanya jenjang SMA saja. Menyebabkan kepedulian mereka terhadap pentingnya membaca masih sangat kurang. Untuk menangani berbagai permasalahan tersebut pihak pepustakaan memerlukan berbagai upaya atau inovasi terbaru untuk memancing minat baca masyarakat. Terutama masyarakat yang berada dilingkup pedesaan dimana mereka masih buta akan pentingnya membaca. Oleh karena itulah di dalam sebuah kepengurusan taman baca hendaknya dihadirkan sebuah inovasi berupa sosialisasi terhadap masyarakat, pengadaan kegiatan menonton film berseri secara bersama-sama guna menarik minat anak-anak, pengadaan pembinaan terhadap masyarakat sekitar, dan pengadaan sebuah acara hiburan guna memikat dan menumbuhkan minat baca masyarakat.

Inovasi TBM- Moco Gayeng Dalam Menumbuhkan Minat Baca Masyarakat

Jika kita lihat di wilayah pedesaan masih banyak sekali hal yang belum terealisaikan, salah satu contohnya ialah Undang-Undang nomor 43 tahun 2007 tentang perpustakaan. Dimana perpustakaan belum bisa memaksimalkan peran mereka dikalangan masyarakat karena kurangnya kesadaran diri dari masyarakat. Untuk meningkatkan kesadaran diri masyarakat akan pentingnya membaca TBM – Moco Gayeng mencetuskan beberapa inovasi yaitu, pertama kita harus bisa mengetahui apa rata-rata mata pencaharian mereka, karena dengan ini kita dapat dengan mudah menyediakan bahan pustaka sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Masyarakat dalam lingkup Desa Candirejo rata-rata mereka memiliki mata pencaharian sebagai petani, buruh tani, ibu rumah tangga, dan juga sebagai pengelola material bahan bangunan. Dengan latar belakang mata pencaharian mereka seperti itu maka bahan pustaka yang hendaknya tersedia di dalam taman baca berupa cara bercocok tanam yang baik, pembasmian terhadap serangga, cara mengelola bahan material bangunan yang sesuai dengan standart kebutuhan, dan masih banyak lainnya yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Inovasi yang kedua yaitu menampilan film pendek untuk anak-anak yang dilakukan secara rutin setiap satu minggu sekali. Dimana pemutaran film tersebut bisa menggunakan proyektor yang dilaksanakan didalam ruangan TBM. Film pendek tersebut berseri dan tidak akan ditayangkan hingga akhir cerita film apabila film tersebut sudah habis diputar maka anak-anak akan disarankan untuk membaca buku agar mengetahui lebih lanjut cerita film tersebut. Hal ini dilakukan supaya menumbuhkan rasa ingin tahu anak-anak terhadap film yang telah mereka tonton dan mendorong anak-anak untuk lebih tertarik dengan kegiatan membaca buku.

Yang ketiga yaitu melakukan kegiatan pelatihan dan sosialisasi kepada masyarakat. Untuk para masyarakat baik perempuan ataupun laki-laki diadakan kegiatan pelatihan membudidayakan tanaman dengan baik, pelatihan ini bertujuan untuk mengembangkan kualitas kinerja mereka saat melakukan pekerjaan mata pencaharian mereka, selain itu untuk para perempuan terdapat pelatihan tentang menjahit yang akan menambah wawasan masyarakat, bukan hanya untuk menambah wawasan semata pelatihan menjahit ini juga dapat dijadikan sebagai ladang perekonomian masyarakat terutama untuk ibu-ibu rumah tangga yang ingin mengisi waktu luang mereka di rumah. Untuk para laki-laki diadakan sosialisasi tentang teknologi dalam pengelolaan bahan material bangunan yang baik dan benar.

Dengan demikian masyarakat Desa Candirejo akan mengetahui bahwa TBM bukanlah tempat yang hanya terdapat sekumpulan buku membosankan melainkan ada banyak kegiatan yang menarik yang bisa menambah wawasan dan pengalaman masyarakat. Dengan adanya inovasi tersebut diharapkan dapat memupuk rasa ingin membaca dan meningkatkan minat baca dikalangan masyarakat Desa Candirejo ini.

Pihak-Pihak Yang Terlibat Dalam Implementasi Inovasi TBM- Moco Gayeng Dalam Menumbuhkan Minat Baca Masyarakat

Dalam upaya untuk merealisasikan inovasi TBM- Moco Gayeng maka di perlukan pihak-pihak yang yang dapat mendorong dan memiliki wewenang untuk merealisasikan inovasi tersebut. Adapun pihak yang dimaksud ialah Perangkat Desa, Pengelola TBM- Moco Gayeng dan Pemerintah Kabupaten Blitar.

Tugas dan Wewenang

  • Pengelola TBM- Moco Gayeng
    Perumusan inovasi untuk TBM-Moco Gayeng dan menjalankan inovasi kepada masyarakat
  • Perangkat Desa (Kepala Desa)
  • Membantu merumuskan teknis pelaksanaan inovasi
    Pemerintah Kabupaten Blitar
    Membantu pelaksanaan inovasi

Langkah-Langkah Strategis

Inovasi ini dibuat untuk menumbuhkan minat baca Desa Candirejo Kabupaten Blitar. Oleh karena itu perlu adanya suatu langkah-langkah strategis dalam mengimplementasikan Inovasi tersebut. Perumusan inovasi oleh pengelola TBM-Moco Gayeng Membantu perumusan inovasi oleh perangkat desa (kepala desa). Perumusan inovasi diajukan ke Pemerintah Kabupaten Blitar untuk mendapatkan Dana. Masyarakat mendapatkan fasilitas dan pelatihan Pelaksanaan inovasi seperti pelatihan oleh pengelola TBM-Moco Gayeng.

Kesimpulan

Tujuan dari didirikannya sebuah TBM ialah sebagai wadah untuk membina masyarakat dalam kegiatan kemampuan membaca dan belajar masyarakat sekitar untuk meningkatkan kualitas hidup mereka. Meningkatnya kualitas hidup sebuah masyarakat menandakan bahwa kualitas minat baca mereka sangat baik. Ada beberapa inovasi yang dapat dilakukan oleh sebuah TBM untuk meningkatkan minat baca masyarakat yakni sosialisasi terhadap masyarakat, pengadaan kegiatan menonton film berseri secara bersama-sama dan pembagunan playzone guna menarik minat anak-anak, pengadaan pembinaan terhadap masyarakat sekitar, dan pengadaan sebuah acara hiburan guna memikat dan menumbuhkan minat baca masyarakat. Adapun langkah-langkah strategis cara menangani rendahnya minat baca masyarakat ialah dengan merumuskan inovasi untuk menarik perhatian dan minat masyarakat terhadap TBM dan juga tentang membaca hal ini bertujuan untuk meningkatkan minat baca di lingkungan masyarakat. Pengimplementasian inovasi ini sangat membutuhkan dukungan dari berbagai pihak seperti Pengelola TBM, Perangkat Desa (Kepala Desa), dan Pemerintah Kabupaten Blitar agar bisa berjalan dengan baik.

Daftar Pustaka:

  • Alam, H.S. 2015. Membangun Perpustakaan Desa Menjadi Peletak Dasar Lahirnya Budaya Baca Masyarakat Di Pedesaan, Vol.14, No.2.
  • Ilmi, A.R. & Jazimatul Husna.2017. Strategi Pengembangan Perpustakaan Desa Oleh Dinas Perpustakaan Dan Kearsipan Kabupaten Demak Dengan Mitra Kerja Perpuseru (Studi Kasus : Perpustakaan Desa Kenanga, Perpustakaan Desa Melati dan Perpustakaan Desa Nusa Indah), Vol.6, No.3.
  • Nafisah, Aliyatin. 2014. Arti Penting Perpustakaan Bagi Upaya Peningkatan Minat Baca Masyarakat. Jurnal Perpustakaan Libraria, Vol.2, No.2.
  • Putri, Permata R & Roro Isyawati P.G. 2019. Tranformasi Perpustakaan Desa Bandung Kidul Sebagai Sarana Mengatasi Kesenjangan Akses Informasi. Jurnal Ilmu Perpustakaan, Vol.8, No.2.
  • Saepudin, Asep & Bunga Nisa Mentari. 2016. Menumbuhkan Minat Baca Masyarakat Melalui Taman Bacaan Masyarakat Berbasis Teknologi Informasi. Bandung: Kwangsan, Vol.4, No.1.
  • Sani, Muhammad A.A & Hermintoyo. 2019. Pembangunan Taman Bacaan Masyarakat Sebagai Sarana Pembinaan Minat Baca Masyarakat (Kaji Tindak Partisipatif di Dusun Kemasan, Desa Klepu, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah). Jurnal Ilmu Perpustakaan, Vol. 7, No.2.
  • Undang-undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan
  • https://indopos.co.id/ Jumlah Perpustakaan Indonesia Tertinggi Ke-2 di Dunia.
  • https://www.kominfo.go.id/ Teknologi Masyarakat Indonesia: Malas Baca Tapi Cerewet di Medsos

BIOGRAFI

Eka Septiana Nur Arrini seorang perempuan yang lahir pada 13 September 2000 yang dibesarkan di Kota Kediri, Jawa Timur. Anak tunggal dari pasangan Supangat dan Siti Masriyatin. Penyuka warna pink, hobi membaca novel, dan suka nonton drakor.

Ketika berumur 7 tahun, ia memulai Pendidikan Sekolah Dasarnya di SDN Ngronggo 3, kemudian melanjutkan Pendidikan Menengah Pertama di SMPN 7 Kediri dan melanjutkan Pendidikan Menengah Kejuruan di SMKN 2 Kediri mengambil jurusan Administrasi Perkantoran. Saat masih SMK ia aktif dalam ekstrakulikuler Paskibra Sekolah, dan menjadi perwakilan sekolah untuk mengikuti lomba baris-berbaris. Saat ini ia mengenyam pendidikan S1 di IAIN Tulungagung dan mengambil jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi Islam.

Untuk menyapanya lebih lanjut bisa menghubungi melalui instagramnya eka_arrini atau facebooknya Eka Septiana Nur Arrini.

Mesy Mawardani, seorang perempuan yang lahir pada tanggal 25 Maret 2001 yang di lahirkan dan tinggal di kota Blitar, sebuah kota kecil yang ada di Jawa Timur. Anak ke-dua dari dua bersaudara, buah hati dari pasangan Poniman dan Marsiti. Dia merupakan alumni dari MAN Kota Blitar yang merupakan satu-satunya Madrasah Aliyah Negeri di Kota Blitar. Di saat ia masih duduk di bangku MTs ia aktif dalam organisasi OSIS selama 2 tahun, dimana selama 2 tahun mengikuti organisasi tersebut ia menjadi Anggota Seksi Bidang Pembinaan Berorganisasi dan Kepemimpinan dan Anggota Pembinaan Persepsi, Apresiasi dan Kreasi Seni. Dan untuk saat ini Mesy merupakan mahasiswi aktif disalah satu perguruan tinggi islam negeri di Jawa Timur tepatnya di Kota Tulungagung yaitu IAIN Tulungagung.

Untuk menyapa dan mengenalnya lebih lanjut bisa menghubungi melalui facebook : Mesy, Instagram: mesy_mawdn, atau email : [email protected]

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *