Bilik Pustaka

Library for All : Inovasi Perpustakaan Desa dengan Bangunan Khas Daerah Berkonsep Internet of Things

Dewasa ini, keberadaan perpustakaan menjadi satu hal yang sangat penting. Selain sebagai sumber ilmu untuk masyarakat setempat, perpustakaan juga bisa dipakai untuk menilai kualitas pendidikan di suatu negara. Sejauh ini, Indonesia sudah memiliki beberapa perpustakaan bagus dengan kecanggihan yang tak kalah dari negara-negara maju. Beberapa di antaranya adalah Perpustakaan Nasional di Jakarta, Perpustakaan Universitas Indonesia di Depok, Perpustakaan Soeman HS Pekanbaru, dan perpustakaan besar lainnya. Namun kehadiran perpustakaan yang semakin besar dan canggih ini tidak didukung pemerataan pembangunan perpustakaan di seluruh daerah Indonesia. Masih ada beberapa daerah yang minim perpustakaan, bahkan belum memiliki perpustakaan daerahnya sendiri. Tentu hal ini adalah sebuah masalah mengingat pemerataan adalah faktor penting dalam segala hal, tak terkecuali perpustakaan. Dengan meratanya perpustakaan berkualitas di Indonesia, maka kualitas literasi masyarakat Indonesia akan merata pula.

Menjawab masalah yang sedang terjadi, hadir sebuah inovasi perpustakaan berkonsep internet of things yang bernama “Library for All”. Di perpustakaan ini, masyarakat akan belajar mengenal beberapa teknologi dan meningkatkan kemampuan literasi mereka. Konsep bangunan perpustakaan akan memakai konsep bangunan daerah masing-masing. Hal ini dilakukan supaya masyarakat setempat merasakan berada di perpustakaan seperti berada di rumah sendiri. Selain itu, konsep bangunan khas daerah ini merupakan sebuah pendekatan agar masyarakat setempat bisa menerima kehadiran perpustakaan dengan sangat baik dan menjadikan perpustakaan sebagai tempat yang asyik untuk membaca buku, mendapat ilmu, atau sekedar menghabiskan waktu. Jadi, perpustakaan di daerah Sumatera Utara akan memiliki bentuk bangunan seperti Rumah Bolon, rumah adat khas Sumatera Utara.

Perpustakaan di daerah Sulawesi Tenggara akan memiliki bentuk bangunan seperti Rumah Adat Mekongga, Rumah Adat Laikas, atau Rumah Adat Banua Tada. Perpustakaan di daerah Kalimantan Timur akan memiliki bentuk bangunan seperti Rumah Lamin, rumah adat kebanggaan Suku Dayak. Begitu pun daerah-daerah lain di seluruh Indonesia menggunakan konsep rumah adat mereka untuk konsep bangunan perpustakaan daerah.

Sebelum menikmati fasilitas perpustakaan, ada dua hal yang perlu dilakukan oleh masyarakat setempat. Pertama, membuat kartu anggota perpustakaan di ruang teknologi. Cukup dengan mengisi data diri di komputer yang tersedia, setelah itu kartu anggota langsung dapat diambil tanpa menunggu. Di kartu, terdapat tag kecil yang digunakan untuk sensor RFID (Radio Frequency Identification).

Kedua, memasang aplikasi “Library for All” di gawai pribadi dan memasukkan data diri yang sama dengan data diri untuk membuat kartu anggota. Kartu anggota dan aplikasi ini akan saling berhubungan, mengingat data diri yang dimasukkan sama. Satu hal yang harus dipahami, membuat kartu anggota bersifat wajib, sedangkan memasang aplikasi bersifat opsional. Jika keduanya dilakukan, fasilitas perpustakaan dapat dirasakan 100%.

Secara umum, “Library for All” terdiri atas 5 ruangan, yaitu ruang cari dan pinjam, ruang baca, ruang koleksi, ruang teknologi, dan ruang tulis. Ketika pertama kali kita memasuki perpustakaan, kita akan memasuki ruang cari dan pinjam. Ruangan ini tidak terlalu besar, hanya memuat 3-4 komputer khusus dan alat sensor di sebelahnya. Mekanismenya cukup sederhana.

Pertama, cari judul buku yang akan kita baca atau pinjam di komputer yang tersedia. Setelah komputer menampilkan ketersediaan buku, kita dapat memilih ingin meminjam buku atau membaca buku. Kedua, tempelkan kartu anggota perpustakaan ke alat sensor di sebelah komputer. Dengan teknologi RFID, alat itu secara otomatis akan memberikan data yang akan ditampilkan di layar komputer. Jika di awal kita menekan tombol pinjam, data yang muncul berupa letak buku di ruang koleksi dan waktu pengembalian buku. Jika di awal kita menekan tombol baca, data yang muncul adalah letak buku dan kode tempat duduk yang bisa digunakan.

Terakhir, kita tinggal menekan tombol konfirmasi dan mencetak bukti pinjam (kalau perlu). Untuk perpustakaan yang akan dibangun di daerah darurat literasi, ada satu komputer khusus yang melakukan pencarian dengan deteksi suara. Data yang diberikan pun menjadi dua bentuk, yaitu lisan dan tulisan. Hal ini tentu berguna untuk beberapa masyarakat yang lancar berbicara, tetapi memiliki kesulitan dalam membaca. Selain itu, masyarakat yang tak tahu harus membaca apa tidak perlu takut.

Semua komputer di ruangan ini tidak hanya memiliki fitur pinjam dan baca, tetapi juga memiliki tampilan rekomendasi buku-buku yang bagus untuk dibaca. Jadi tak perlu bingung lagi menentukan judul buku yang akan dibaca. Begitu computer dinyalakan, sudah ada rekomendasi buku yang bagus untuk dibaca dan itu diperbaharui setiap beberapa hari sekali.

Masuk lebih dalam, terdapat ruang koleksi dan ruang baca yang bersebelahan. Ruang koleksi adalah ruang terbesar di perpustakaan ini. Di dalamnya terdapat koleksi buku yang tidak lengkap, tetapi dijamin berkualitas. Di sebelah ruang koleksi, ada ruang baca yang tak kalah besar dan dibuat senyaman mungkin. Ruang baca ini terbagi menjadi dua ruang, yaitu ruang utama dan ruang pintar baca. Di ruang utama, masyarakat bisa menghabiskan waktu dengan membaca buku atau mengerjakan tugas. Suasana yang tenang dan nyaman tentu akan membuat masyarakat betah berlama-lama di ruang utama ini.

Semua tempat duduk di ruangan ini pun sudah diatur di ruang cari dan pinjam. Hal ini membuat masyarakat harus meminjam minimal satu buku untuk mendapatkan tempat duduk yang nyaman di ruangan ini. Kalau ruang utama ini sudah penuh, komputer di ruang cari dan pinjam otomatis mengarahkan masyarakat yang baru datang untuk meminjam dan membawa pulang buku. Untuk masyarakat yang belum bisa membaca, tidak perlu khawatir. Setelah mendapat buku yang akan dibaca atau dipinjam, buka aplikasi yang sudah terpasang di gawai pribadi. Tekan salah satu fitur berjudul “Dengar Suara” yang bersimbol telinga. Pilih buku pinjaman yang akan dibacakan dan selamat mendengarkan. Suara yang keluar membaca sekitar dua halaman per buku. Laju membacanya pun tergolong lambat sehingga masyarakat dapat sekaligus memperlancar kemampuan membacanya. Jika fitur ini dirasa masih kurang, ruang pintar baca menjadi solusi utamanya. Ya, ruang pintar baca ini berisi beberapa blok kecil yang hanya bisa ditempati satu orang per blok. Di dalam blok, terdapat satu kursi, satu meja, satu komputer dan beberapa buku khusus yang ditata serapih dan senyaman mungkin.

Di dalam komputer terdapat layanan bimbingan membaca secara bertahap. Mulai dari kata per kata hingga kalimat per kalimat. Terdapat juga suara yang akan menuntun dalam membacakan sebuah paragraf teks. Tujuannya agar masyarakat yang belum terlalu mahir membaca tulisan, dapat semakin mahir dan lancar dalam membaca tulisan. Selain komputer, ada beberapa buku yang dikhususkan untuk masyarakat yang sedang belajar membaca. Susunan kata dalam buku sangat sederhana sehingga masyarakat cepat memahaminya. Untuk mempermudah penggunaannya, di komputer sudah tersedia fitur suara yang akan menuntun masyarakat dalam membaca isi buku tersebut. Dengan solusi ini, masyarakat yang semula tidak dapat membaca, menjadi mahir dan lancar dalam membaca.

Di belakang ruang koleksi, ada ruang teknologi. Ruang ini diisi oleh beberapa komputer khusus dengan alat sensor di sebelahnya. Tiga komputer pertama menampilkan koleksi bahan bacaan lengkap, mulai dari buku, jurnal, hingga surat kabar. Mekanisme pinjamnya sederhana. Pertama, cari bahan bacaan yang ingin dibaca. Setelah dapat, tempelkan kartu anggota ke alat sensor yang tersedia. Kemudian silahkan cek aplikasi perpustakaan yang sudah diinstal di gawai pribadi. Terakhir, di dalam aplikasi sudah otomatis menampilkan bahan bacaan yang dipinjam termasuk batas waktu pinjamnya.

Jika sudah melewati batas pinjam, bahan bacaan yang dipinjam otomatis menghilang sendiri dari aplikasi. Hal ini dapat terjadi karena seperti yang dikatakan di awal, kartu anggota dan aplikasi “Library for All” saling berhubungan. Tiga komputer berikutnya menyediakan layanan pembuatan kartu anggota perpustakaan. Di sebelah komputer, terdapat mesin cetak untuk mencetak kartu anggota langsung.

Mekanisme pembuatan kartunya pun sangat mudah. Hal ini bertujuan agar masyarakat mendapatkan kenyamanan dan tidak direpotkan dalam mengakses segala fasilitas di dalam perpustakaan. Tiga komputer terakhir menyediakan layanan pengenalan teknologi. Di sini masyarakat bisa belajar beberapa hal, seperti teknologi yang mereka rasakan di perpustakaan ini, implementasi teknologi yang menarik, dan permainan teknologi yang dijamin akan menambah pengetahuan masyarakat setempat mengenai teknologi.

Terakhir, ada ruang tulis yang berada di dekat pintu keluar. Ruangan ini menyediakan beberapa meja dan komputer khusus. Meja di ruang tulis ini dapat digunakan masyarakat untuk memperlancar kemampuan menulisnya. Tepat di atas meja, ada komputer yang akan menuntun masyarakat, bisa dengan menampilkan sepenggal teks berukuran besar yang mudah dibaca atau mengeluarkan suara disertai tulisan untuk masyarakat yang belum lancar membaca. Dengan demikian, “Library for All” ini membantu masyarakat setempat untuk meningkatkan kualitas literasi. Selain itu, komputer di dalam ruangan ini ada yang bisa difungsikan untuk masyarakat setempat menyalurkan karya tulis, mulai dari esai, opini, hingga karangan ilmiah.

Beberapa minggu sekali, beranda komputer akan menampilkan karya tulis terbaik buatan masyarakat setempat (di semua beranda komputer yang ada di dalam perpustakaan). Hal itu tentu dapat menjadi kebanggaan tersendiri bagi masyarakat yang karyanya akan dipajang beberapa hari ke depan. Bahkan, apresiasi ini akan meningkatkan kemauan masyarakat untuk selalu menulis dan membuat karya tulis.

Terciptanya “Library for All” ini menjadi bukti, perpustakaan yang adaptif terhadap teknologi dan ramah kepada masyarakat yang belum bisa membaca serta menulis. Kehadiran teknologi ini tentu mempermudah segala aktivitas di dalam perpustakaan. Masyarakat akan semakin mengenal teknologi, di satu sisi tetap meningkatkan kualitas literasi. Dengan demikian, implementasi “Library For All ” harus disegerakan demi terciptanya perpustakaan daerah yang maju dan berkualitas.

Referensi:

  • https://news.detik.com/: Ini Lho 8 Perpustakaan Keren di Indonesia
  • http://www.noah-arkindo.com/: Teknologi RFID Tag: Definisi, Prinsip Kerja dan Kelebihan
  • Manurung, Muhammad Khoir Al Alim. 2019. Implementasi SMART LIBRARY Menggunakan Konsep Internet of Things (IoT) dalam Meningkatkan Pelayanan Perpustakaan. Jurnal Iqra, Vol.13, No.1
  • Utomo, Teguh Prasetyo. 2019. Potensi Implementasi Internet of Things (IoT) untuk Perpustakaan. Buletin Perpustakaan Universitas Islam Indonesia, Vol.2, No.1

BIODATA SINGKAT

Nama : Yohanes Maruli Arga Septianus
Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 20 September 2002
Domisili : Jakarta
Institusi : Institut Teknologi Sepuluh November

Organisasi :

  • Member SRE ITS (2020-sekarang)
  • Member Indocor ITS (2020-sekarang)
  • Anggota UKM Penalaran ITS (2020-sekarang)
  • Anggota UKM TDC ITS (2020-sekarang)

Prestasi :

Juara 3 cipta esai FIB UNS 2020

Juara 2 cipta esai Pegiat Literasi Tanah Air 2020

Esai terbaik LKM UNJ 2020

Nomor telepon : 085780034543
Email : maruliyohanes09@gmail.com
Instagram : @maruli.y

Related Posts

One thought on “Library for All : Inovasi Perpustakaan Desa dengan Bangunan Khas Daerah Berkonsep Internet of Things

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *