Bilik Pustaka

Mahasiswa Sebagai Pionir Rumah Literasi (Ruli) untuk Media Penyimpan Khasanah Budaya di Desa Jurang Belimbing

Pada dasarnya Indonesia merupakan suatu negara besar yang memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) dan Sumber Daya Alam (SDA) melimpah. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai potensi bagi Indonesia untuk maju dalam berbagai bidang seperti halnya literasi, sosial budaya maupun pendidikan. Seiring berjalannya waktu minimnya kemampuan budaya literasi dan turunannya menunjukkan bahwa kegiatan tersebut sangat memprihatinkan (Kharizmi, 2015). Hal ini tentu menjadi fakta empiris yang menyatakan perkembangan teknologi informasi secara global tidak berbanding lurus dengan peningkatan minat literasi secara umum. Pemahaman dalam menkonstruksikan literasi adalah dengan memiliki peran penting bagi kehidupan pribadi, masyarakat serta negara, sehingga gerakan literasi dapat terkait melalui instrumen kebijakan literasi lingkup nasional (Fonna, 2019; Indriyani, 2017). Tentunya dalam melaksanakan upaya tersebut selain diperlukan sarana dan prasarana hal yang menjadi poin penting adalah kemampuan serta kemauan maupun kesiapan dari setiap individu masyarakat untuk turut mengikutsertakan perannya masing-masing dalam kegiatan memajukan literasi.

Literasi merupakan kemampuan seseorang dalam mengolah dan memahami informasi saat melakukan proses membaca dan menulis. Definisi literasi dalam perkembangannya selalu berevolusi sesuai dengan tantangan zaman. Pengertian literasi waktu dahulu adalah kemampuan membaca dan menulis, namun saat ini istilah literasi sudah mulai digunakan dalam arti yang lebih luas dan sudah merambah pada praktik kultural yang berkaitan dengan persoalan sosial dan politik. Budaya literasi adalah kebiasaan berfikir yang diikuti oleh sebuah proses membaca serta menulis yang pada akhirnya dilakukan dalam sebuah proses kegiatan sehingga akan menciptakan suatu karya sastra. Literasi belum mengakar kuat dalam budaya bangsa kita. Masyarakat lebih sering menonton atau mendengar dibandingkan membaca apalagi menulis. Adanya literasi budaya pada dasarnya bertujuan untuk mencengah lunturnya budaya lokal akibat imbas dari masuknya budaya asing yang sangat kuat. Namun, literasi di dunia pendidikan seakan samar keberadaannya. Kurangnya budaya literasi yang ada di sekolah kerap kali disebabkan oleh pola pikir pendidikan yang hanya berbasis hasil bukan proses. Sekolah sedikit sekali memberikan pemahaman dan kegiatan tentang budaya membaca dan menulis. Untuk itu budaya literasi perlu digalakkan kembali dengan memanfaatkan informasi dan bahan bacaan untuk menjawab beragam persoalan kehidupan sehari-hari sehingga, gerakan literasi berbasis masyarakat mampu bertahan dan berkembang serta berangkat dari kebutuhan masyarakatnya.

Ruang Lingkup Inovasi

Desa merupakan kemajuan sebuah bangsa serta menjadi bagian terpenting dari negara ini, akan tetapi masih banyak yang tergolong kedalam tingkat kesejahteraan minimal (Irianto, 2017). Salah satu faktor penghalang adalah terbatasnya kemampuan SDM yang ada didesa terkait literasi. Sebetulnya terdapat banyak sekali faktor yang menjadi penyebab kurangnya motivasi dan semangat dalam kegiatan literasi membaca, antara lain adalah lingkungan keluarga, masyarakat, perkembangan teknologi yang semakin canggih serta rangsangan dalam mencari informasi sarana dan prasarana yang masih minim. Pada dasarnya literasi adalah upaya untuk membuka isolasi kesejahteraan masyarakat dengan kehidupan sosial ketika mereka sudah memahaminya. Kegelisahan akan minimnya tingkat antusias literasi, sosial budaya serta pendidikan pada suatu perdesaan merupakan momok terpenting dalam studi pemberdayaan masyarakat ini (Shofi, 2020). Berbagai cara membangun sebuah pondasi yang kecil dalam ruang lingkup kebudayaan berliterasi terus dilakukan agar peran pentingnya literasi membaca sebagai jendela dunia menuju cita dapat terlaksana dengan semestinya.

Sudah seharusnya bagi para pemuda Indonesia untuk membekali dirinya dalam hal kompetensi pengetahuan informasi yang bahkan saat ini sudah mampu diterapkan dalam beragam aspek kehidupan agar dapat memajukan kegiatan literasi, sosial budaya hingga pendidikan ke berbagai daerah khususnya pedesaan. Salah satu indikator tingkat literasi suatu negara adalah minat baca. Melalui minat baca dengan media perpustakaan merupakan dasar motivasi bagi seorang individu untuk menganalisis, mengingat, dan menilai apa yang telah dibaca. Perpustakaan di daerah perdesaan dalam bentuk Taman Bacaan Masyarakat (TBM) adalah katalisator yang memperkuat dan menyatukan komunitas (Hildreth dan Aytac, 2007). Adanya TBM tersebut pada umumnya difungsikan untuk mengembangkan kemampuan gagasan penduduk pedesaan, kebutuhan informasional, pendidikan, dan rekreasi. TBM bisa dijadikan sebagai acuan untuk kehidupan masyarakat pedesaan guna menyediakan sumber budaya serta dengan melakukan lebih banyak interaksi sosial dan fungsi budaya (Abu et al., 2011). TBM bisa menghasilkan pengetahuan yang luas dan komunitas yang terinformasi dengan baik melalui penanaman gaya hidup positif (Omar et al., 2012). Diantara ciri gaya hidup yang direkomendasikan bagi masyarakat adalah kebiasaan setiap individu dalam melakukan kegiatan membaca dan kepenulisan.

Tujuan Inovasi

Menurut Dent (2006) dalam konteks Afrika, menyatakan bahwa ada beberapa tujuan umum mengapa peran dari perpustakaan di wilayah pedesaan sangat penting, yaitu sebagai berikut :

  • Membantu anak-anak pedesaan dan orang dewasa mempertahankan pengetahuan yang diperoleh dari pendidikan mereka.
  • Untuk membantu masyarakat pedesaan memahami upaya sosial, politik dan ekonomi negara serta sebagai upaya pembangunan bangsa.
  • Membantu perkembangan kehidupan keluarga yang berwawasan luas, menyediakan materi tentang sosial, pembangunan ekonomi dan kesehatan.
  • Menginspirasi anggota masyarakat untuk membaca, menggunakan buku, mengetahui cara akses informasi dan pengetahuan serta menikmati semua materi di perpustakaan untuk pendidikan dan rekreasi.
  • Keterampilan praktis yang mampu dipraktikkan selepas kegiatan membaca.
  • Sebagai tempat bertamasya sambil belajar melalui bahan pustaka nonfiksi yang ada, dimana melalui bahan pustaka tersebut mampu memberikan hiburan yang mendidik serta menyenangkan pemustaka.
  • Bahan pustaka yang telah disediakan TBM diharapkan mampu menjadikan masyarakat untuk lebih dewasa dalam berbaur maupun bersosialisasi dengan lingkungannya.

Pengertian Literasi

Saat ini seseorang yang memiliki kecakapan literasi mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan seseorang tersebut apalagi bagi generasi muda (Padmadewi dan Artini, 2018; Cahyani, 2017). Terdapat kefasihan terhadap seorang literasi yang baik akan membantu dalam memahami suatu informasi nantinya, baik informasi lisan maupun tertulis. Kecakapan literasi seseorang tentu saja dapat berguna pada setiap aspek kehidupan seperti halnya sosial budaya serta pendidikan yang nantinya dapat mendukung kompetensi serta potensi yang dimiliki individu tersebut. Sementara itu kompetensi dan potensi tersebut perlu juga dibumbui dengan peran para pemuda dalam memahami pengembangan literasi yang berjalan dengan tepat sasaran dan berlangsung lancar.

Literasi di Wilayah Desa

Literasi menurut Latif (2009) ialah suatu cara yang ditempuh oleh individu maupun kelompok untuk memberikan informasi kepada masyarakat luas dalam menghadapi tantangan teknologi sehingga diharapkan literasi tersebut dapat menjadi terapan untuk kondisi sosial, sejarah, dan budaya dalam bentuk menghasilkan serta menjelaskan pesan melalui teks. Dengan berjalannya semua program yang telah direncanakan oleh berbagai stakeholder terkait, maka diharapkan masyarakat menjadi berdikari serta memiliki pola pikir yang lebih maju (Nielsen dan Borlund, 2011).

Membangun Kedaulatan Literasi di Wilayah Pedesaan

Membangun literasi di desa bukanlah menjadi kegiatan yang mudah. Terdapat tantangan serta urgensi dalam setiap pelaksanaannya. Perpustakaan pedesaan adalah perpustakaan atau sistem perpustakaan yang melayani komunitas atau penduduk pedesaan itu terutama hidup dipertanian dan peternakan serta dikomunitas terpencil (Reitz, 2004). Kempson (1986) mencantumkan tiga pedoman untuk pembuatan dan operasi yang harus dianggap sebagai definisi perpustakaan pedesaan: perpustakaan pedesaan tidak harus hanya didasarkan pada ketentuan bahan; perpustakaan pedesaan harus berakar pada masyarakat dan sebagian besar difasilitasi oleh anggota komunitas tertentu; dan layanan perpustakaan pedesaan harus menjadi saluran untuk mentransfer informasi ke/dan/dari komunitas lokal. Kedaulatan literasi di desa akan tercapai jika program telah berjalan lancar dan selalu diadakan evaluasi serta dalam pengelolaannya menghasilkan sumber daya manusia yang unggul.

Taman Bacaan Masyarakat (TBM)

Taman Bacaan Masyarakat (TBM) merupakan badan yang membudayakan kegiatan gemar membaca masyarakat dengan menyediakan serta memberikan pelayanan bahan pustaka baik berupa buku, majalah, koran maupun komik serta multimedia lainnya, kemudian juga dapat menyediakan ruangan membaca, diskusi, bedah buku, menulis maupun kegiatan yang berhubungan dengan literasi lainnya. Selain itu, ada juga dukungan sebagai motivator dari pengelola TBM atau penyedia. TBM umumnya difungsikan untuk memberikan layanan seperti penyedia ruangan kegiatan membaca yang berhubungan dengan literasi lainnya. Untuk melaksanakan fungsi tersebut, pastinya dibutuhkan tenaga pengelola yang terampil dan kreatif agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat sekitar. Sosialisasi TBM pada hakikatnya memiliki tujuan yakni mengenalkan TBM itu sendiri beserta pemanfaatannya seperti memberikan pengenalan terhadap bahan bacaan, layanan, serta kegiatan inovatif lainnya. Hal itu juga ditunjukkan kepada masyarakat guna menumbuhkan kesadaran akan adanya TBM serta mempermudah pendekatan dan bimbingan dengan teknik yang efektif dan efisien (Hoq, 2015). Berbagai kegiatan TBM yang diberikan kepada masyarakat pada umumnya adalah seperti: mempraktikan isi buku (keterampilan), mendiskusikan isi buku baru dan diselingi oleh adanya kegiatan lomba-lomba (menulis sinopsis, lomba memasak, mengadakan acara cerdas cermat, dan lain sebagainya).

Gambaran Kegiatan RULI

Kegemaran membaca sudah seharusnya dijadikan kegiatan yang dilakukan sejak dini serta melekat pada masyarakat. Banyak wawasan dan infomasi yang diperoleh melalui kegiatan membaca (Rahayu dan Widiastuti, 2018). Sebagaimana diketahui kemiskinan masih menjadi alasan dari berbagai faktor yang ada dalam tingkat pendidikan maupun kuantitas literasi masyarakat Indonesia. Rendahnya kuantitas kegiatan tersebut membuat sebagian masyarakat tengah kesulitan dalam mendapati pekerjaan yang layak. Sehingga perlunya mendapat kepedulian dari semua kalangan dalam membentengi literasi adalah hal yang wajib.

Globalisasi yang kian tumbuh hampir diseluruh dunia menyebabkan pudarnya sekat-sekat budaya antarnegara. Seluruh elemen masyarakat memiliki kewajiban untuk mempertahankan sekat-sekat tersebut, tanpa harus membatasi keinginan negara lainnya untuk mengenal lebih jauh tentang budaya Indonesia. Generasi milenal dapat dikatakan sebagai salah satu komponen yang perlu berpartisipasi dalam pembangunan. Hal ini dikarenakan SDM yang memiliki potensial dalam hal kaya akan pengetahuan baru, kreatif serta inovatif adalah modal untuk menjadi bangsa yang maju. Tentunya hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Safrin, peran para pemuda sangat diperlukan sebagai tonggak perubahan dimana para pemuda adalah individu yang nantinya akan melanjutkan nasib bangsa, sehingga harus melakukan perannya dalam beraneka bidang yang ada termasuk literasi.

Perkembangan IPTEK terutama dari aspek informasi, komunikasi, dan transportasi dewasa ini membuat jarak dan hubungan antarnegara semakin terasa dekat dan transparan. Dimasa-masa yang akan datang akan sangat memungkinkan para generasi muda dihadapkan pada situasi yang jauh lebih terbuka. Dalam proses interaksi global nantinya, mau tidak mau kita juga akan dihadapkan dengan kondisi dan budaya yang sangat beragam. Maka dari itu, sebuah solusi sangat dibutuhkan untuk mendukung pertahanan dari terkikisnya nilai-nilai dan budaya lokal itu sendiri (Irianto dan Febrianti, 2017). Salah satu usaha yang dapat kita lakukan untuk membentenginya adalah melalui pendidikan literasi karakter berbasis budaya (RULI).

Analisa Lokasi Kegiatan

Jurang Belimbing adalah nama sebuah desa yang berada di Kelurahan Tembalang, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Desa yang kini berada di sisi kampus Universitas Diponegoro (UNDIP) Semarang merupakan desa warga peralihan, yang mana dulunya Desa Jurang Belimbing berada di area sebelum didirikan kampus UNDIP (Irhandayaningsih, 2018). Pada tahun 1970 Desa Jurang Belimbing sangat antusias terhadap bidang seni dan budaya. Hampir seluruh masyarakat di desa tersebut menekuni kesenian, apalagi seni ketoprak, karawitan, serta kuda lumping yang sangat terkenal.

Seiring berjalannya waktu Desa Jurang Belimbing mengalami peningkatan jumlah penduduk dengan banyaknya pendatang serta masyarakat yang berinteraksi disekitar Jurang Belimbing. Ditambah lagi desa ini disebut sebagai kampung tematik dan seni sehingga masyarakat di Desa Jurang Belimbing sebagian besar gemar melakukan kegiatan kesenian (Triyono, 2020). Tidak hanya itu mereka juga kerap melaksanakan pameran miniatur sebagai kerajinan tangan, sehingga tidak dapat dipungkiri lagi, banyaknya interaksi dan aktivitas masyarakat yang terjadi membuat produktifitas di wilayah ini meningkat.

Mekanisme Pelaksanaan

Objek wilayah pada pengabdian literasi berupa TBM ini berlokasi di Desa Jurang Belimbing dengan tahapan seperti berikut :

a. Tahap Persiapan

  • Perlunya dukungan masyarakat setempat untuk mengsukseskan pengadaan TBM disuatu desa. Kegiatan survei lapangan dengan bersilaturahmi terhadap tokoh desa seperti RT maupun RW, kemudian mewawancarai tokoh masyarakat yang ada khususnya yang memiliki kepedulian terhadap gerakan literasi.
  • Menyiapkan sarana serta prasarana yang hendak dibutuhkan dalam program TBM di Desa Jurang Belimbing
  • Perencanaan jadwal TBM Desa Jurang Belimbing.
  • Dalam pembuatan jadwal kegiatan TBM sendiri hendaknya membuat kesepakatan terlebih dahulu dengan pihak aparat desa serta penyelenggara TBM agar penjadwalan TBM ini mampu diikuti oleh masyarakat desa tersebut serta pihak penyelenggara.
  • Mempersiapkan pendanaan.

Hal ini ditujukan agar program TBM dapat terealisasi. Adapun prosedur memperoleh dana bantuan sosial bagi penggerakkan literasi desa diatur dalam panduan yang disahkan oleh Direktorat Pendidikan Masyarakat (Direktorat Pendidikan Masyarakat, 2009). Sementara mekanisme pengajuan dana TBM ini sendiri yakni melalui penguatan keaksaraan yang dapat diajukan kepada direktur pendidikan masyarakat dengan melampirkan proposal. Dana bantuan dipergunakan untuk pembelian buku serta segala jenis kegiatan TBM untuk meningkatkan minat dan kegemaran membaca masyarakat.

b. Tahap Pelaksanaan

  • Sosialisasi
    Pemuda/i dan masyarakat dituntut untuk mengetahui program yang akan dilaksanakan beserta perannya masing-masing.
  • Pelatihan.
  • Pendampingan.

Pemuda yang ditunjuk melakukan pendampingan bagi para pelaksana kegiatan agar proses pelaksanaan kegiatan literasi perdesaan berjalan sesuai dengan alur yang telah ditetapkan. Kegiatan pendampingan dilaksanakan dalam keseluruhan kegiatan dan menjadi bagian dari gerakan literasi perdesaan.

c. Tahap Evaluasi

Kegiatan yang telah dilaksanakan harus dilakukan penilaian untuk melihat tingkat keberhasilan yang dicapai dari program literasi perdesaan tersebut. Kegiatan evaluasi meliputi seluruh penilaian proses dari awal sampai dengan akhir serta melihat dampak atau faedah yang dirasakan oleh masyarakat karena hadirnya kegiatan literasi perdesaan.

Kiat- Kiat Pelaksanaan

Pada dasarnya masyarakat lebih menyenangi segala sesuatu hal peninggalan nenek moyang ketimbang perubahan dimasa kini. Relawan literasi di desa harus memperhitungkan dan membuat siasat yang tepat sasaran kepada masyarakat yang ingin dituju, dengan begitu karakteristik dapat dikantongi sehingga mempermudah dalam membangun literasi di wilayah desa tersebut.

Analisa Kebutuhan dan Sumber Dana

Para pengurus memperoleh dana dari berbagai sumber seperti: dana bersama, dana sumbangan, dan dana pemerintah pusat yang telah diberikan ke pemerintah daerah. Dana bersama merupakan dana yang dikumpulkan anggota pengurus yang mendirikan literasi di desa. Dana sumbangan merupakan dana yang diberikan donatur untuk literasi desa yang dimana para pengurus dan pendiri literasi desa mencari sumber sponsor. Selanjutnya, dana pemerintah pusat yang dibagikan kepemerintah daerah dengan porsi tersendiri untuk dana Taman Bacaan Masyarakat (TBM) atau literasi di desa, sehingga pengurus literasi desa harus mengajukan proposal agar dana dapat cair sesuai rencana. Dengan banyaknya sumber dana yang dimiliki, diharapkan literasi di desa semakin berkembang.

Analisa Manfaat Pelaksanaan

Program ini diharapkan akan memunculkan output bagi kuantitas serta kualitas melek huruf dan berhitung dari masyarakat guna membantu kemajuan kehidupan mereka. Program Taman Bacaan Masyarakat (TBM) ini tentunya juga menjunjung tinggi budaya setempat supaya perkembangan pola pikir dimasyarakat dapat menjadi sumber keahlian dalam mendayagunakan SDA di desa tersebut.

Kesimpulan

Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk lebih dari 240 juta serta 16.000 pulau dimana 8.000 diantaranya berpenghuni. Hal ini tentunya berkaitan erat dengan kompetisi universal yang menjadi sebuah tantangan sejalan majunya zaman (Ghufron, 2018). Tantangan ini dapat diatasi dengan, penguasaan literasi dalam berbagai arah kehidupan yang menjadi tulang punggung pertumbuhan peradaban bangsa. Adanya anggapan bahwa suatu bangsa tidak mungkin bersaing dikancah global, apabila hanya menyandarkan adat oral yang mewarnai pendidikan adalah salah satu alasan untuk kita mau bergerak bersama dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas literasi diseluruh Indonesia dengan memulainya di perdesaan. Untuk itu, perlu membiasakan budaya literasi sejak dini, sehingga menghasilkan para kompeten yang mampu memahami, mengaitkan, menggunakan, menganalisis, dan mentrasformasikan informasi yang ada. Hal ini dapat menjadikan seseorang dapat mengenali dan melebarkan potensi diri sebagai cara menambah kualitas diri, serta sanggup bertarung dikancah internasional.

Saran

Dalam meningkatkan kegiatan literasi pada masyarakat pedesaan tidak hanya membutuhkan peran pustakawan, pengabdian oleh pemuda/i maupun orang-orang yang berada diluar lingkup desa tersebut, namun juga memerlukan tanggapan dari masyarakat untuk mau bersama-sama dalam merealisasikan kegiatan literasi ini. Selain itu, ada baiknya jika program Taman Bacaan Masyarakat (TBM) ini dimasukkan kedalam salah satu program kerja diperpustakaan daerah tersebut, karena pastinya memerlukan pendanaan yang cukup banyak, baik terkait hal penyediaan tempat, dan perlengkapan yang sepatutnya ada.

Dengan adanya peran dari pemuda/i diharapkan dapat menjadi dasar dalam keberlangsungan dari pelaksanaan Taman Bacaan Masyarakat ini. Pemuda/i sebagai agent of change dan social control berkewajiban untuk memberikan sebuah solusi nyata dari berbagai masalah yang ada di masyarakat agar pemikiran solusi yang rekonstruktif dan solutif terhadap minimnya literasi pedesaan akan terselesaikan.

Daftar Pustaka:

  • Abu, R., Grace, M., & Carroll, M. 2011. The Role of The Rural Public Library in Community Development and Empowerment. International Journal of the Book, Vol. 8, No. 2.
  • Cahyani, I. R. 2017. Peran Orang Tua dan Guru dalam Mengembangkan Literasi Dini (Early Literacy) di Kabupaten Sidoarjo. Universitas Airlangga.
  • Dent, V. F. 2006. Modelling The Rural Community Library: Characteristics of the Kitengesa Library in Rural Uganda. New Library World 107.
  • Fonna, N. 2019. Pengembangan Revolusi Industri 4.0 dalam Berbagai Bidang. GUEPEDIA.
  • Ghufron, G.2018. Revolusi Industri 4.0: Tantangan, Peluang, dan Solusi Bagi Dunia Pendidikan. In Seminar Nasional dan Diskusi Panel Multidisiplin Hasil Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat 2018, Vol. 1, No. 1.
  • Hildreth, C., & Aytac, S. 2007. Recent Library Practitioner Research: A Methodological Analysis and Critique. Journal of Education for Library and Information Science, Vol.48, No. 3.
  • Hoq, K. M. G. 2015. Rural Library and Information Services, Their Success, Failure and Sustainability: a Literature Review. Information Development, Vol. 31, No. 3.
  • http://www.kompasiana.com/safrin/peran-generasi-muda-menghadapi-mea masyarakat-ekonomi-asean_56bed50fcc92738b11e2330d: Peran Generasi Muda Menghadapi MEA (Masyarakat Ekonomi Asean).
  • Indriyani, I. 2017. Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat Berbasis Kekeluargaan dan Dampaknya terhadap Kemajuan Literasi Masyarakat (Studi pada Taman Bacaan Masyarakat Pondok Maos Guyub Desa Bebengan Kecamatan Boja Kabupaten Kendal). Universitas Negeri Semarang.
  • Irhandayaningsih, A.2018. Pelestarian Kesenian Tradisional sebagai Upaya dalam Menumbuhkan Kecintaan Budaya Lokal di Masyarakat Jurang Blimbing Tembalang. Anuva: Jurnal Kajian Budaya, Perpustakaan, dan Informasi, Vol. 2, No. 1.
  • Irianto, H. A. 2017. Pendidikan sebagai Investasi dalam Pembangunan Suatu Bangsa. Kencana.
  • Irianto, P. O., & Febrianti, L. Y.2017. Pentingnya Penguasaan Literasi Bagi Generasi Muda dalam Menghadapi MEA. In Proceedings Education and Language International Conference Vol. 1, No. 1.
  • Kempson, E.1986. Information for Self-Reliance and Self-Determinations: the Role of Community Informations Services. IFLA Journal, Vol. 12, No. 3.
  • Kharizmi, M. 2015. Kesulitan Siswa Sekolah Dasar dalam Meningkatkan Kemampuan Literasi. Jurnal Pendidikan Dasar, Vol. 2, No. 2.
  • Latif, Y.2009. Menyemai Karakter Bangsa: Budaya Kebangkitan Berbasis Kesastraan.
  • Nielsen, G., N & Borlund, P.2011. Information Literacy, Learning, and the Public Library: A Study of Danish High School Students. Journal of Librarianship and Information Science, No. 43, Vol. 2.
  • Omar, S. Z., dkk. 2012. The Impingement Factors of The Rural Library Services Usage Among Rural Youth in Malaysia. Asian Social Science, Vol. 8, No. 7.
  • Padmadewi, N. N., & Artini, L. P. 2018. Literasi di Sekolah, dari Teori ke Praktik. Nilacakra.
  • Rahayu, R., & Widiastuti, N.2018. Upaya Pengelola Taman Bacaan Masyarakat dalam Memperkuat Minat Membaca (Studi Kasus TBM Silayung Desa Ciburuy Kecamatan Padalarang). Comm-Edu (Community Education Journal), Vol. 1, No. 2.
  • Reitz,J. M. 2004. Dictionary for Library and Information Science. Danbury, USA, Libraries Unlimited: 800.
  • Shofi, S., Seroja, dkk. 2020. Kebebasan Media Mengancam Literasi Politik. Malang: Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang bekerjasama dengan Inteligensia Media (Intrans Publishing Group), Vol.1.
  • Triyono, T. 2020. Seni Kuda Lumping “Turangga Tunggak Semi” di Kampung Seni Jurang Belimbing Tembalang: Sebuah Alternatif Upaya Pemajuan Kebudayaan di Kota Semarang. Anuva: Jurnal Kajian Budaya, Perpustakaan, dan Informasi, Vol. 4, No. 2.

BIOGRAFI SINGKAT PENULIS

Nama : Nadia Elisabet Br. Hutapea
Tempat/tanggal lahir : Medan, 3 September 2001
Domisili/alamat : Rusunawa UNDIP Gd. E, Semarang
Universitas : Universitas Diponegoro
Fakultas : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
NIM : 26020119130045
Pengalaman organisasi : Staf Muda Riset dan Keilmuan BEM FPIK 2020
Sibero Project Internsip 2020

Prestasi :

  • Juara 2 Pekan Ilmiah Mahasiswa Universitas Diponegoro Bidang Pengabdian Masyarakat
  • Juara 2 Esai dan best finalis oleh Universitas Riau 2020
  • International GIS Day 2020 World Class Professor (WCP) Program Workshop Nasional Remote Sensing and Geographic Information System
  • Oral Presenter in the 6th International Conference on Tropical and Coastal Region Eco-Development 2020
  • Juara 2 Lomba Menulis Cerpen Tingkat Nasional oleh Rumah Karya 2020
  • Juara 1 Gebyar PKM FPIK Bidang Pengabdian Masyarakat 2020
  • Peserta Studium Generale : Climate Change and The Southern Ocean Research Examples From The Deep South oleh Sekolah Pascasarjana Universitas Diponegoro dan ANSTO

Email : nadia05elisabethtp@gmail.com
No. Hp (WA) : 0877 8676 6757
Instagram : @nadia__elisabet

Nama : Rina Setyaningsih
Tempat/tanggal lahir : Boyolali, 21 Juni 2001
Domisili/alamat : Bangsalan, Teras, Boyolali
Universitas : Universitas Diponegoro
Fakultas : Ilmu Budaya
NIM : 13040119120024
Pengalaman organisasi : Stafmuda HMPS Ilmu Perpustakaan 2020, Anggota LPM Hayam Wuruk
Email : rinasetyaningsih3@gmail.com
No. Hp (WA) : 081517410100
Instagram : rinna6_

Nama : Galuh Raras Puspanjali
Tempat/tanggal lahir : Boyolali, 30 Juni 2001
Domisili/alamat : Boyolali
Universitas : Universitas Diponegoro
Fakultas : Fakultas Ilmu Budaya
NIM : 13040119120014
Pengalaman organisasi : Bidang Edukasi, Komunitas Visual FIB UNDIP Biro Kantor Media dan Informasi, Himpunan Mahasiswa ILPUS UNDIP
Email : galuh1702@gmail.com
No. Hp (WA) : 082242890069
Instagram : @galuhr.p

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *