Bilik Pustaka

Putera Pelita (Perpustakaan Terapung Penggerak Literasi Bangsa untuk Lentera Pelosok Desa)

Indonesia adalah bangsa dan negara yang terdiri dari 17 ribu pulau membentang dari katulistiwa yang mana memiliki perairan di sekeliling pulau itu yang menjadikan Indonesia negara maritim (Kusumoprojo, W. S.: 2009), dengan banyaknya pantai yang luas dan beribu-ribu sungai di Indonesia ini bisa dikembangkan dan dapat diandalkan menjadi sarana pendidikan untuk memberantas kurang minatnya membaca di setiap daerah pelosok dengan membangun perpustakaan terapung.

Membaca buku sebagian orang adalah hal yang membosankan apalagi saat pandemi ini banyak orang yang lebih memilih gadget untuk menghabiskan waktunya untuk bermain sosial media ataupun bermain game daripada memilih meluangkan waktu nya untuk membaca, seseorang akan membaca buku apabila disuruh guru atau akan menghadapi ujian hal ini akan berpengaruh pada orang malas membaca tentu akan membuat tidak produktif banyak generasi muda yang akan menjadi generasi pemalas kurangnya pengetahuan yang dimiliki akan menghambat kemajuan suatu bangsa.

Perpustakaan memeliki peran yang sangat penting di era pandemi saat ini sebagai wadah dan pendukung fasilitas dimana untuk mendukung terwujudnya era society 5.0 yaitu konsep memungkinkan manusia dapat menyelesaikan semua masalah dengan bantuan teknologi. Semakin berkembangnya zaman dan canggihnya teknologi, literasi yaitu kemampuan membaca dan menulis sangat berperan penting untuk mendukung kemajuan pengetahuan disaat era pandemi ini.

Pandemi ini banyak memberi perubahan pada semua aktivitas dan kegiatan semua sektor dimasa sekarang semuanya menjadi terbatas kesadaran literasi sangat penting untuk menambah wawasan seseorang dan bukan menjadi penghalang agar tetap membaca buku karena literasi merupakan jalan untuk menjadikan anak muda menjadi produktif disaat pandemi.

Perpustakaan merupakan gudang semua ilmu pengetahuan dimana seseorang dapat membaca buku apapun yang mereka inginkan, di era society 5.0 ini, sebagian orang malas datang ke perpustakaan karena ini jamannya sudah era digital mereka sangat mudah menemukan buku di internet dengan sesuka hati walau semuanya serba digital kita harus tetap ke perpustakaan karena disitulah kita bisa menemukan semua buku yang tidak ada di internet dan tanpa pengunjung perpustakaan akan sepi.

Perpustakaan sangat berperan penting dalam meningkatkan budaya literasi nyatanya di Indonesia budaya literasi membaca sangat tergolong rendah perlunya menggalakkan literasi di tengah pandemi ini perlu direalisasikan guna menekan budaya malas membaca khususnya di daerah pelosok, pandemi memang membatasi tetapi bukan menjadi penghalang kita untuk beraktifitas menghadapi keterbatasan dengan membaca sebab kita perlu pengetahaun dimasa pandemi ini.

Di era revolusi 5.0 dan pandemi saat ini budaya literasi Indonesia sangat rendah dimana literasi merupakan kemampuan membaca dan menulis yang sangat bermanfaat untuk menambah pengetahuan. Di tengah pandemi ini untuk kesadaran generasi milineal terhadap membaca melalui perpustakaan perlu digalakkan karena secara budaya masyarakat jumlah orang yang membaca buku sangat sedikit terbukti literasi Indonesia menempati peringkat terbawah

Hasil studi Programme for Internasional Student Assesment (PISA) 2018 turun apabila dibandingkan dengan hasil tahun 2015 dimana studi ini membandingkan hasil kemampuan matematika, membaca, dan sains yang mana untuk kategori kemampuan membaca anak Indonesia menempati peringkat 6 terbawah dari 79 negara (Thohir, 2018). Selain itu menurut hasil survey yang dirilis oleh The World Nation’s Most Literate (WNML) dari Central Connecticut State University (CSSU) pada tahun 2016 menunjukkan bahwa negara Indonesia menduduki peringkat terbawah yaitu diurutan 60 dari 61 negara yang disurvey berdasarkan tingkat kemampuan literasi (Miller & McKenna, 2016).

Melirik dari masalah literasi Indonesia hasil kemampuan baca siswa Indonesia berada dalam peringkat terbawah rendahnya minat baca menjadi masalah besar yang memiliki dampak sangat luas bagi kemajuan bangsa dan juga krisis literasi akan berpengaruh terhadap perkembangan bangsanya. literasi yang rendah juga bisa menyebabkan pada kemiskinan, pengangguran dan kesenjangan. Perlu ada upaya-upaya khusus dari pemerintah untuk meningkatkan tingkat literasi di Indonesia pada era pandemi ini yaitu dengan menggalakkan perpustakaan terapung ini sebagai wadah utama untuk membaca di daerah sungai rawa.

Menurut Data Perpustakaan Nasional mengatakan bahwa Indonesia saat ini mempunyai perpustakaan yang tersebar di setiap daerah memiliki sebanyak 164.610 perpustakaan, menempatkan Indonesia di urutan kedua terbanyak di dunia untuk jumlah perpustakaan. Rendahnya literasi di Indonesia, tidak sebanding dengan posisi banyaknya perpustakaan Indonesia tersebut (Sekretariat Jenderal, 2019). Dari data tersebut kita tahu perlu bagaimana perpustakaan melakukan inovasi agar menarik minat dan membangun SDM yang unggul melalui literasi.

Sering sekali kita mendengar kata perpustakaan sekolah perpustakaan digital dan perpustakaan lainnya tetapi jarang sekali kita mendengar perpustakaan terapung karena sangat jarang atau susah kita cari dan temukan. Perpustakaan terapung (Floating Library) yang mengapung di air ini adalah menjadi pembeda dengan perpustakaan lainnya, Perpustakaan terapung ini diharapkan sebagai kepedulian terhadap berbagai daerah pelosok untuk mendukung program pemerintah untuk menekan literasi yang rendah dan menciptakan SDM yang unggul.

Berdasarkan data hasil survey badan pusat statistik nasional tahun 2019, Indeks Pembangunan Pemuda (IPP) nasional pada tahun 2019 adalah sebesar 52,67 Jika dibandingkan dengan negara Asia tenggara lainnya perolehan IPP Indonesia masih tergolong rendah dan menempati peringkat ke-7 bahkan di tingkat global berada di peringkat 139 dari 183 negara Menpora (2020). Mayoritas pemuda di daerah Kalsel, cenderung memilih nikah muda, kemudian tingkat pengangguran dan putus sekolah juga cukup tinggi mengakibatkan kurang berkembang dan perannya pemuda di Kalsel dengan hal ini perpustakaan terapung sangat berperan menyadarkan untuk pentingnya literasi guna membangun provinsi Kalimantan Selatan yang maju untuk kedepannya.

Dengan adanya perpustakaan terapung yang sangat berperan penting dalam meningkatkan budaya literasi pelosok daerah di Indonesia yang mana budaya membaca buku ini dapat memberikan manfaat banyak satu diantaranya dengan membaca buku yang dapat memungkinkan seseorang dalam menambah ilmu pengetahuan, memberikan kemampuan dalam berpikir kritis, serta buku juga dapat memberikan analisis kuat terhadap menangkap sesuatu dan masih banyak hal yang di dapat dengan membaca buku.

Perpustakaan terapung ini tidak jauh berbeda dengan perpustakaan pada umumnya hanya saja yang membedakannya itu terletak pada bentuk tempatnya saja karena perpustakaan terapung ini didesain cukup unik dan menarik mengikuti kapal-kapal yang ada di air pada umumnya tetapi dari fungsinya yang berbeda. agar masyarakat terutama anak-anak sekolah disekitaran sungai meningkatkan rasa kecintaan buku dan ikut tertarik untuk berkunjung ke perpustakaan terapung.

Fasilitas yang ada di dalam perpustakaan terapung untuk dapat meningkatkan literasi yaitu:

  1. Menyediakan fasilitas buku pelajaran guna untuk memberikan ruang belajar bagi anak sekolah dan pelajar bukan hanya buku yang ada diperpustakaan sekolah tetapi bisa juga didapatkan di perpustakaan umum seperti perpustakaan terapung karena daerah pelosok sangat susah untuk menemukan perpustakaan.
  2. Menyediakan buku pelajaran yang menarik agar dapat menarik minat untuk terus membacanya, dengan memberikan fasilitas buku yang menarik yang dapat dibaca oleh semua kalangan ini tujuannya agar suka dan terus membaca dan tidak bosan karena banyak permasalahan perpustakaan bukunya tidak upgrade menyebabkanpengunjung menjadi bosan.
  3. Menyediakan fasilitas tempat seperti meja duduk, kipas dan fasilitas lain yang akan memberikan kenyamanan dalam membaca saat berada diperpustakaan terapung.
  4. Menjadikan perpustakaan terapung sebagai tempat yang tidak hanya meningkatkan minat baca tapi juga mengedukasi bagi pengujungnya untuk mengenal lingkungan daerah airnya baik itu di sungai maupun pantai agar tetap terjaga.
  5. Memberikan akses internet gratis untuk pengunjungnya agar memudahkan mereka dalam mengerjakan tugas dan belajar karena disaat pandemi ini semuanya pembelajaran dilakukan jarak jauh.
  6. Memberi layanan yang optimal agar pengunjung senang dan nyaman.
    Penyebab rendah minat dan kebiasaan membaca khususnya daerah pelosok daerah itu antara lain kurangnya akses untuk daerah terpencil untuk membaca menjadikan kurangnya budaya terhadap literasi sangat tinggi pemerintah daerah harus memikirkan bagaimana caranya menangani hal tersebut tidak hanya fasilitas perpustakaan saja yang berbenah tetapi juga perpustakaan harus melayani secara optimal guna membuat pengunjung perpustakaan menjadi betah karena dari fasilitas dan baiknya pelayanan dapat membuat menarik perhatian untuk datang karena perpustakaan terapung inilah jadi daya tarik tersendiri pengunjung bisa membaca sambil mengarungi indahnya air.

Untuk dapat meningkatkan literasi dalam masa pandemi ini membaca maka diciptakannya-lah perpustakaan terapung guna dapat memberikan manfaat untuk menumbuhkan minat dalam membaca buku. Pada masa keemasan peradaban Islam contohnya, Islam mempunyai perpustakaan yang berfungsi sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan dengan adanya perpustakaan terapung diharapkan juga dapat menumbuhkan minat baca dan menambah wawasan di daerah pelosok Kalimantan Selatan adanya perpustakaan terapung yang memadai ini agar menjadi tolak ukur keseriusan dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

Sangat diharapkan masyarakat untuk turut dapat membantu untuk generasi penerus selanjutnya baik anak-anak, pelajar, dan pemuda mereka agar dapat memberikan motivasi dan dorongan membaca selama 30 menit setiap harinya dan bagaimana permasalahan minat baca buku yang kurang bisa teratasi dalam membaca buku guna untuk meberikan kecintaannya terhadap buku karena bangsa yang maju adalah bangsa yang membaca buku.

Daftar Pustaka:

  • Kusumoprojo, W. S. (2009). Indonesia negara maritim. PT Mizan Publika.
  • Miller, J.W. & McKenna, M.C.. (2016). World literacy: How countries rank and why it matters. 10.4324/9781315693934. Diakses dari https://www.researchgate.net/publication/303434532_World_literacy_How_countries_rank_and_why_it_matters.
  • PEMUDA & OLAHRAGA. (2020). Pemerintah Fokus Tingkatkan IPP Domain Pendidikan. Diakses dari : https://www.kemenkopmk.go.id/pemerintah-fokus-tingkatkan-ipp-domain-pendidikan.
  • Sekretariat Jenderal. (2019). Peran Penting Perpustakaan Tingkatkan Minat Baca di Kalangan Milenial. Diakses dari http://www.dpr.go.id/berita/detail/id/29855/t/Peran+Penting+Perpustakaan+Tingkatkan+Minat+Baca+di+Kalangan+Milenial.
  • Tohir, Mohammad. (2019). Hasil PISA Indonesia Tahun 2018 Turun Dibanding Tahun 2015. 2. 1-2. 10.17605/OSF.IO/8Q9VY. diakses dari https://www.researchgate.net/publication/337717927_Hasil_PISA_Indonesia_Tahun_2018_Turun_Dibanding_Tahun_2015.

BIOGRAFI PENULIS

Nama : Syaripudin
TTL : Sapala, 28 April 2000
Domisili : Desa Sapala RT 02 RW 01 Kecamatan Paminggir Kabupaten Hulu Sungai Utara Provinsi Kalimantan Selatan
Pendidikan : Mahasiswa di Universitas Lambung Mangkurat
Organisasi : UKM Penalaran & Penelitian Forum Inovasi Mahasiswa ULM-Departemen Riset & Tekhnologi, Kerukunan Mahasiswa Hulu Sungai Utara – Departemen Riset & Tekhnologi
IG : Syarif28_
FB : Syarif Aldnoahzero
Email : syaripudinsyarif28@gmail.com

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *