Bilik Pustaka

Smart Library Keluarga (SE-RAGA); Perkaya Waktu Keluarga dan Berantas Kebodohan di Tengah Pandemi

Merana karena corona, tampaknya istilah ini dapat menggambarkan situasi yang terjadi saat ini. Muncul pada awal tahun 2020 dan belum berakhir juga di awal tahun 2021. Virus yang menyebar melalui droplet ini mulai menyapa semua sektor kehidupan tidak terkecuali dunia pendidikan. Sektor pendidikan dihebohkan dengan situasi pembelajaran tanpa bertatap muka di dalam kelas namun di Dalam Jaringan (Daring) pada kurun waktu yang telah ditetapkan. Lebih kurang sudah masuk di semester ketiga, awal tahun 2021 ini. Seperti bayi, yang masih terbata-bata belajar merangkak dan duduk mulai bulan kelima, kemudian sudah mulai terbiasa untuk merangkak dan duduk kira-kira di bulan kesebelas ini. Begitulah sistem daring yang dihadapi para pendidik dan peserta didik, awam dengan yang namanya zoom, google meeting, google classroom, dan kawan-kawan e-google lainnya, kemudian sudah mulai akrab dengan mereka di awal tahun ini.

Keakraban para pendidik dan peserta didik dengan komunikasi daring yang telah dilakukan tampaknya belum menjangkau kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan komunikasi langsung dan bertatap muka di dalam kelas. Banyak para pendidik dan peserta didik yang mengeluhkan proses daring ini karena terkendala dengan fasilitas handphone dan internet. Tidak semua masyarakat yang mampu memenuhi ini. Seperti yang dikemukakan oleh Harnani (2020) bahwa tidak semua orang tua yang mampu memenuhi fasilitas untuk proses daring. Artinya jika proses pembelajaran dilanjutkan tentu tidak menjangkau semua kalangan peserta didik. Dapat kita katakan, bahwa hanya mereka peserta didik dari keluarga mampu saja yang dapat melakukannya.

Lantas apa yang terjadi dengan peserta didik yang kurang mampu untuk memenuhi proses daring tersebut? Bagi sekolah yang tinggi tingkat pengawasannya, tentu hal ini dapat ditoleransi dengan memberikan semacam tugas terstruktur oleh guru secara manual, seperti yang dilakukan oleh SDN 28 Air Tawar Timur Kecamatan Padang Utara Kota Padang selama ini (Rosita, 2021). Sebaliknya kondisi di luar batas terjadi pada sekolah yang minim pengawasan, asas “suka-suka” pun terjadi ditambah pula kurangnya tingkat kontrol dari orangtua.

Di Jakarta saja misalnya, pada Bulan Maret tahun 2020 lalu bahwa Satpol PP menjaring anak usia sekolah yang sedang bermain game di warnet (warung intenet). Waktu sekolah yang diliburkan selama empat belas hari oleh pemerintah daerah digunakan untuk bermain, yang seharusnya waktu tersebut digunakan untuk isolasi mandiri dan mencegah diri dari penyebaran virus covid 19 (Tim detik.com, 2020). Sebagai tambahan pula, Saputro (2020) mengemukakan bahwa sistem daring berpengaruh buruk pada perkembangan mental anak. Anak-anak lebih memprioritaskan menggunakan smartphone untuk bermain game daripada belajar.

Miris sekali rasanya, bagi kita yang membuka kesempatan akan masuknya kecanggihan teknologi informasi dalam dunia pendidikan, namun asas pemanfaatannya masih jauh ketercapaiannya. Harapan kita ingin menjangkau bintang di langit, namun akhirnya mengambang justru di dasar lautan.

Beranjak pada fenomena tersebut tentu orangtua adalah pemegang kuncinya. Kontrol perilaku anak-anak di rumah ada pada orang tua selain sekolah sebagai faktor pendukung proses pembentukan pola perilaku tersebut. Samsudin (2019) mengemukakan bahwa keluarga adalah faktor utama pembentuk kepribadian anak. Dalam ajaran agama Islampun membenarkan bahwa keluarga bertanggungjawab dunia dan akhirat. Belajar adalah salah satu tanggung jawab yang digariskan oleh keluarga sampai ke generasi seterusnya.

Literasi adalah bagian dari upaya belajar, dan ini termasuk tanggung jawab keluarga untuk menyemarakkannya di rumah. Rumah adalah sekolah bagi keluarga. Tempat untuk berdiskusi, berkomunikasi, dan menghasilkan ide-ide yang luar biasa. Maka perlu rumah yang demikian tersebut didesain oleh keluarga yang memiliki konsep yang mumpuni. Pustaka merupakan bangunan wajib yang perlu ada di dalam rumah. Jangan pernah bayangkan pustaka dalam hal ini layaknya pustaka di sekolah. Tentu tidak demikian. Pustaka sederhana pada satu ruang sederhana yang di dalamnya ada dasar pembangunan mental keluarga. Di sinilah terjadi diskusi, komunikasi dan ide-ide yang luar biasa tercipta.

Munculnya corona yang memberikan waktu luang lebih banyak bersama keluarga, harapannya juga diimbangi oleh semaraknya pembangunan pustaka keluarga ini. Jika boleh diberikan nama, SE-RAGA singkatannya atau Smart Library Keluarga. SE-RAGA serupa dengan namanya yang memiliki arti bahwa pustaka sederhana yang dikonsep pada unit-unit keluarga memberikan satu rasa, satu langkah, dan satu jiwa di antara penghuninya untuk membudayakan literasi. Orangtua yang menjadi kepala dan wakil kepala sekolah dalam membuat standar dan peraturan yang mesti dipatuhi oleh anak-anaknya sebagai anggota perpustakaan. Banyak hal yang dapat dijadikan sumber referensi di SE-RAGA ini mulai dari bacaan buku-buku tertentu, majalah atau koran sisa belanja di pasar, bahkan yang lebih modernnya bersumber dari internet serta sudah disarikan oleh orangtua sebagai sumber bacaan yang pantas oleh anggota perpustakaannya. Jika hal ini diterapkan oleh semua keluarga di unit-unitnya, tentu kendala daring yang dihadapi ketika wabah corona datang tidak akan terjadi lagi. Setiap anak tahu akan porsinya dengan literasi. Maka perlu budaya literasi ini dibentuk dari keluarga sebagi inisiatornya.

SE-RAGA dalam konsep ini tidak selalu berbicara buku dan sumber digital. Proses diskusi dan komunikasi yang terjadi di dalam keluarga, yang membicarakan masalah dan solusi tertentu merupakan wujud literasi pada level tinggi. Proses analisa dan berpikir tingkat tinggi sudah barang tentu terjadi di dalamnya. Lalu tinggal proses manajemen yang mengaturnya sebagai packaging bagaimana SE-RAGA ini dapat dilaksanakan dengan baik dan tepat. Tanpa proses manajamen, tentu SE-RAGA hanyalah mimpi di siang bolong.

Manajemen dan SE-RAGA

Pengelolaan perlu dilakukan di setiap aspek dan lini kehidupan agar tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya dapat tercapai secara efektif dan efisien, tidak terkecuali itu perpustakaan. Ada empat fungsi utama di dalam manajemen dan perlu diterapkan dalam SE-RAGA. Keempat fungsi tersebut disingkat dengan POAC yaitu Planning (Perencanaan), Organizing (Pengorganisasian), Actuating (Pelaksanaan), dan Controlling (Pengawasan).

Planning (Perencanaan)

Perencanaan merupakan susunan langkah-langkah tertentu yang akan dilaksanakan untuk maksud tertentu. SE-RAGA dan perencanaan merupakan langkah awal yang perlu dicanangkan. Pada tahapan ini fokus perencanaan bisa saja ke pembahasan bentuk dan suasana pustaka keluarga yang diinginkan, buku dan referensi yang digunakan, dan waktu yang ditetapkan untuk menggunakan SE-RAGA. Perencanaan dalam hal ini juga terkait dengan standar dan harapan SE-RAGA yang diinginkan oleh setiap unit keluarga. Tahap perencanaan ini dibahas sedetail dan serinci mungkin dalam rangka membudayakan literasi pada setiap unit keluarga.

Organizing (Pengorganisasian)

Pengorganisasian adalah tahapan pembagian kerja di dalam sebuah organisasi. Jika dikaitkan dengan SE-RAGA pembagian kerja dilakukan oleh orang tua dan anak-anak di rumahnya masing-masing. Peranan yang dilakukan oleh ayah, ibu, dan anak-anak dalam mewujudkan budaya literasi. Si ayah dan ibu dapat menjadi fasilitator dan supervisor dalam kegiatan literasi keluarga. Ketika sang anak tidak tahu akan suatu masalah, ayah dan ibu menjadi pengarah untuk menuju penyelesaian masalah. Ketika sang anak mulai berhenti dalam berliterasi, ayah dan ibu dapat menjadi pengingat agar budaya literasi tumbuh selalu.

Actuating (Penggerakan)

Dalam hal menggerakkan anggota perpustakaan keluarga agar senantiasa selalu semangat dalam berliterasi, maka penggeraknya yaitu ayah dan ibu yang menjadi motivator. Mendorong anak-anak dalam keluarga untuk memiliki budaya baca, tulis, dan dengar adalah hal yang krusial. Selain itu memotivasi anak-anak dalam berargumen, berdiskusi, dan memecahkan masalah juga demikian. Tidak mengucilkan pendapat anak-anak dan menghargai pendapat anggota perpustakaan dalam berliterasi adalah beberapa perilaku perwujudannya.

Controlling (Pengawasan)

Suatu kegiatan perlu dilihat dan dievaluasi bila sudah berjalan dengan baik atau tidak. Tahap inilah yang dinamakan dengan pengawasan. Sejauh mana pergerakan yang sudah dilakukan oleh anak-anak sebagai anggota perpustakaan dan bagaimana hasilnya. Jika hasil yang dalam hal ini budaya berliterasi anak-anak masih rendah, maka perlu upaya lain yang perlu dilakukan oleh orang tua agar budaya tersebut bergerak terus. Reward sebagai bentuk penguatan positif perlu diberikan jika anak-anak melewati batas dalam penerapan perilaku berliterasi.

Secara gamblang juga dikemukakan oleh Roikan (2019) bahwa mewujudkan literasi pada keluarga millenial adalah dengan memunculkan kesadaran terlebih dahulu pada anggota keluarga, menetapkan waktu baca di rumah, mendesaian suasan pustaka keluarga yang nyaman, dan merencanakan liburan berbasis literasi adalah konsep manajemen dalam mewujudkan budaya literasi di tengah keluarga.

Tampaknya memang suatu kegiatan perlu dibarengi dengan manajemen. SE-RAGA yang merupakan perwujudan budaya literasi di unit keluarga adalah poin awal dan sederhana untuk membangun insan yang cerdas. Tidak perlu kecanggihan dalam penerapan ini, perilaku berliterasi sederhana seperti diskusi, argumentasi, dan pemecahan masalah merupakan proses literasi yang apik. Apalagi budaya literasi yang diwujudkan dikaitkan dengan agama yang pastinya tidak hanya membangun insan yang cerdas di tengah pandemi ini, namun juga mencetak insan yang berakhlakul karimah.

Referensi:

  • Harnani, S. (2020). Efektivitas Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Covid-19. BDK Jakarta. https://bdkjakarta.kemenag.go.id/berita/efektivitas-pembelajaran-daring-di-masa-pandemi-covid-19. Diakses pada tanggal 27 Desember 2020.
  • Roikan. (2019). Budaya Literasi Keluarga Milineal. https://news.detik.com/kolom/d-4596102/budaya-literasi-keluarga-milenial. Diakses pada tanggal 25 Januari 2021.
  • Rosita, Efiana. (2021). Pola Kebijakan Kepala Sekolah dalam Proses Pembelajaran di Era Pandemi Covid 19; Studi Kasus di SDN 28 Air Tawar Timur Kecamatan Padang Utara. Jurnal Mataazir Volume 1 Nomor 2. STAIN Mandailing Natal.
  • Samsudin. (2019). Pentingnya Peran Orang Tua dalam Membentuk Kepribadian Anak. Scaffolding; Jurnal Pendidikan Islam dan Multikulturalisme. Volume 1 Nomor 2.
  • Saputro, Dwi. (2020). Dilema Sekolah Daring, Bukannya Belajar Malah Main Game Pakai Wifi Gratis. https://5news.co.id/berita/2020/12/02/dilema-sekolah-daring-bukannya-belajar-malah-main-game-pakai-wifi-gratis/. Diakses pada tanggal 25 Januari 2021.
  • Setiawan, Parta. 2021. Pengertian POAC-Planning, Organizing, Actuating, Controlling, Manfaat, Tujuan dan Proses. https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-poac/. Diakses pada tanggal 25 Januari 2021.
  • Tim Detik. (2020). Pandemi Corona bikin Sekolah Diliburkan, Siswa Malah Keluyuran. https://news.detik.com/berita/d-4945091/pandemi-corona-bikin-sekolah-diliburkan-siswa-malah-keluyuran. Diakses pada tanggal 25 Januari 2021.

BIOGRAFI

Wahyu Fitrina Defi, lahir pada tanggal 18 Desember 1993 di Bukittinggi. Penulis merupakan alumni S2 Jurusan Administrasi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Padang. Sebelumnya melakoni pekerjaan sebagai pengajar mulai tahun 2015/2016 sampai awal tahun 2019 di Sumatera Barat. Kemudian awal tahun 2019-sekarang Alhamdulillah diamanahkan sebagai dosen di Prodi Manajemen Pendidikan Islam, STAIN Mandailing Natal. Penulis memiliki ketertarikan terhadap sastra berupa puisi dan seni olah vokal. Beberapa puisi penyair karya Chairil Anwar, Sutardji Calzoum Bachri sering menjadi incarannya dalam perlombaan pembacaan puisi dan musikalisasi di Kota Padang yang membawa gadis minang ini walau hanya sebagai finalis mulai tahun 2010. Sementara untuk olah vokal penulis pernah menyabet “Best Vocalist” Se Sumatera Barat tahun 2010, dan finalis “Solo Singer” Pop dan Minang pada tahun 2010, 2013, dan 2017 di Kota Padang. Penulis juga aktif pada olahraga bela diri Taekwondo “Poomsae” mulai tahun 2015-2017. Antologi Cerpen Dosen STAIN Madina merupakan karya sastra fiksi pertama penulis. Instagram @wahyufitrinadefi.

 

 

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *