Bilik Pustaka

Mendirikan Perpustakaan di Wilayah Pedesaan

Kata “desa” atau “kampung” biasanya identik dengan keterbelakangan pengetahuan seperti “tidak bisa membaca atau menulis”. Inilah mengapa pemerintah kita menggalakkan kegiatan pendidikan dan pembangunan ke pelosok-pelosok desa seperti membangun sekolah-sekolah, lembaga-lembaga pelatihan serta program-program dinas pemerintah terkait dan lintas sektor termasuk di dalamnya meningkatkan potensi-potensi yang ada di desa guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.

Kegiatan pembangunan fisik dan non fisik yang sudah dilakukan oleh pemerintah di beberapa bidang sudah menampakkan hasil yang menggembirakan, namun di beberapa bidang lain belum menunjukkan peningkatan, yang mana penyebabnya adalah kurangnya kemampuan literasi di masyarakat desa. Banyak program-program dari pemerintah yang tujuannya meningkatkan SDM dan memberdayakan masyarakat desa terhambat hanya karena kurangnya kemampuan membaca dan menulis, kurangnya kemampuan berpikir kritis dalam memecahkan masalah, kurangnya kemampuan berkomunikasi, dan yang krusial adalah kurangnya kesadaran partisipasi masyarakat dalam menyukseskan program pemerintah itu sendiri. Padahal poin-poin minus di atas merupakan bagian dari definisi pokok apa itu istilah “literasi”. Jadi jelaslah bahwa faktor bidang literasi perlu mendapatkan perhatian khusus oleh pemerintah dalam manfaatnya melancarkan kegiatan program pembangunan desa.

Kemajuan pembangunan di negara kita tidak lepas dari geliat dunia pendidikan kita. Banyak yang sudah dilakukan oleh Sistem Pendidikan Nasional yang tentunya juga mengarah pada upaya pembinaan literasi di negara ini. sudah banyak kemajuan yang dihasilkan dari proses pendidikan yang dilakukan, namun kenyataannya masih banyak hal yang harus dibenahi di dalam model pembelajaran pendidikan nasional kita itu sendiri. Terlepas dari kemajuan yang sudah diraih selama ini, mungkin sebagai pertimbangan seperti apa kondisi dunia pendidikan kita bisa kita lihat dari data survei kemampuan pelajar oleh Programme for International Student Assessment (PISA) pada bulan Desember 2019 di Paris dimana Indonesia menempati peringkat ke 72 dari 77 negara yang disurvei. Suatu data yang berbanding lurus dengan hasil dari proses komunikasi yang salah yang dilakukan selama ini. Inilah salah satu penyebab hambatan-hambatan pembangunan di negara kita Indonesia selama ini yaitu kurangnya kemampuan literasi.

Atas dasar hal tersebut di atas maka pemerintah kita melalui Perpustakaan Nasional Republik Indonesia berupaya membangun kesadaran dan kemampuan literasi khususnya di masyarakat pedesaan guna meminimalisir poin-poin minus tersebut. Mengapa harus melalui Perpustakaan Nasional ?, karena Perpustakaan Nasionallah Lembaga Pemerintah Non Departemen yang melaksanakan tugas pemerintah yang output dari kegiatannya adalah untuk mewujudkan Melek Literasi di masyarakat. Harapannya dengan masyarakat yang melek literasi, kekurangan-kekurangan dari Sistem Pendidikan Nasional kita bisa tertutupi dan diperbaiki, tentunya dengan kiprah perpustakaan nasional dengan segala turunannya tetap bisa mengawal proses pembangunan di negara kita menuju yang diharapkan.

Perpustakaan Nasional RI diyakini mampu menjawab tantangan ini bukan tanpa dasar, karena sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Presiden, dipertegas dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan artinya perpustakaan nasional berperan sebagai pembina dan inspirator semua perpustakaan di Indonesia yang yang berada di bawah naungannya termasuklah salah satunya yaitu Perpustakaan Desa yang nantinya perpustakaan desa adalah merupakan ujung tombak dalam meningkatkan literasi di masyarakat pedesaan yang tentunya perpustakaan desa sudah dibekali kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugasnya sesuai dengan fungsi dan manfaat dari keberadaan Perpustakaan Nasional RI terutama untuk menghadapi era informasi 4.0.

Perpustakaan Desa posisinya sebagai perpustakaan dibawah binaan Perpustakaan Nasional yang didampingi oleh Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah di tingkat propinsi serta Dinas Perpustakaan dan Kearsipan di tingkat kabupaten dan kini ditambah lagi sudah masuk dalam ranahnya Kementerian Dalam Negeri yang artinya perpustakaan desa sudah mampu dan kuat dalam segi kapasitas, kualitas, kebijakan, dan dukungan anggaran untuk melakukan tugasnya sebagai pendamping kegiatan lembaga pendidikan sekolah khususnya pendidikan di masyarakat pedesaaan.

Maksud mampu dari segi kapasitas dan kualitas adalah adanya Standar Nasional Perpustakaan yang dibuat oleh Perpusnas RI adalah kunci bagi perpustakaan desa untuk percaya diri dalam mengemban amanat dari pemerintah dalam tujuannya untuk meningkatkan dan mewujudkan melek literasi di masyarakat khususnya masyarakat pedesaan. Karena 6 Standar Nasional Perpustakaan yang terdiri atas : Standar Koleksi Perpustakaan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pelayanan Perpustakaan, Standar Tenaga Perpustakaan, Standar Penyelenggaraan dan Standar Pengelolaan yang biasanya dievaluasi dalam suatu bentuk Akreditasi Perpustakaan apabila dijalankan dengan sungguh-sungguh itu sudah lebih dari cukup untuk sebuah perpustakaan desa menjadi agen perubahan di negara ini apalagi untuk sebuah perubahan di masyarakat pedesaan itu sangat efektif. Sedang yang dimaksud kuat dari segi kebijakan dan dukungan anggaran adalah dimana semua kegiatan perpustakaan desa didukung atau dipayungi oleh kebijakan pemerintah desa dan difasilitasi oleh anggaran dana desa, artinya untuk operasional kegiatan perpustakaan desa sudah tidak dikuatirkan lagi sumber pendanaannya sehingga perpustakaan desa dengan aman dan nyaman dalam menjalankan amanat pemerintah.

Dengan keterangan di atas jelas sudah penting, manfaat adanya dan didirikannya perpustakaan bagi masyarakat di wilayah pedesaan, antara lain dapat meningkatkan pengetahuan, meningkatkan kecerdasan, dan memperkaya wawasan, serta masih banyak manfaat-manfaat lainnya. Khususnya perpustakaan desa yang dibawah naungan pemerintah desa akan lebih mudah dan leluasa dalam menjalankan perannya sebagai ujung tombak pemerintah di tingkat desa guna menyukseskan pembangunan khususnya program pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Semoga tulisan ini bisa membukakan wawasan baru dalam mendirikan perpustakaan di wilayah pedesaan terutama perpustakaan desa di bawah naungan pemerintah desa, khususnya bagi perangkat desa dan tokoh masyarakat desa untuk bersama mewujudkan perpustakaan desa bekerja sama dengan seluruh masyarakat di wilayah pedesaan.

Salam Literasi … Ayo Membaca … Ayo Berkarya!

Referensi:

  • UU RI No. 43 tahun 2007 Tentang Perpustakaan
  • https://sevima.com/pengertian-literasi-menurut-para-ahli-tujuan-manfaat-jenis-dan-prinsip/
  • https://indonesia.go.id/kementerian-lembaga/perpustakaan-nasional-republik-indonesia
  • https://www.dw.com/id/hari-pendidikan-internasional-indonesia-masih-perlu-tingkatkan-kualitas-pendidikan/a-52133534
  • https://www.unand.ac.id/id/berita-peristiwa/berita/item/2552-proyek-pembangunan-komunikasi.html
  • https://www.perpusnas.go.id/magazine-detail.php?lang=id&id=8079

BIOGRAFI SINGKAT PENULIS

Rendra Suparmadi lahir di Gunungkidul, 5 desember 1974, domisili di dusun Sengir Sumberharjo Prambanan Sleman, Lulusan SMU. Pengalaman organisasi ; Ketua TBM Sanggar Studio Biru, ketua dua Perpusdes Sumberharjo, Pengurus di Paud Mutiara Sengir, Ketua dua dan admin di Kampung KB Sengir, anggota Karang Taruna Sumberharjo, anggota Forum Siaga Bencana Sumberharjo, anggota di Forum TBM Sleman dan Forum TBM D.I.Yogyakarta, anggota di GPMB Sleman. Prestasi ; Juara 2 Lomba Perpustakaan Masyarakat kabupaten Sleman bersama TBM Sanggar Studio Biru Tahun 2016. Juara 2 lomba Perpustakaan Desa Tingkat Kabupaten Sleman Tahun 2018. Juara 3 Lomba perpustakaan Desa Tingkat DIY Tahun 2018. Juara Harapan 1 Lomba perpustakaan Desa Tingkat DIY Tahun 2019. Juara 1 Lomba Perpustakaan Desa Tingkat Kabupaten Sleman Tahun 2019. Juara 2 Lomba Perpustakaan Desa Tingkat DIY Tahun 2020, Mengantarkan Perpustakaan Desa Sumberharjo meraih predikat Terakreditasi A pada akreditasi perpustakaan tahun 2020, mengantarkan Kampung KB Sengir sebagai juara 1 Lomba Kampung KB Tingkat Kabupaten Sleman Tahun 2019, mengantarkan Paud Mutiara Sengir juara 1 Lomba Lembaga Paud Inovasi Tahun 2019 Tingkat Kabupaten Sleman. Kontak person ; 082314460786 (WA), rendrasuparmadi@gmail.com (e-mail), Rendra Sb (FB), rendra_studiobiru (IG).

Akrab dipanggil dengan nama mas Rendra atau mas Perpus ini merupakan pria sederhana yang senang dengan kegiatan pendidikan dan sosial di masyarakat. Sosok yang memiliki tekad dan keyakinan untuk ikut menyumbang dan memajukan dunia pendidikan di Indonesia ini membuktikan kiprahnya pantas diapresiasi ketika dengan segala keterbatasannya mencoba mengembalikan senyum anak-anak korban bencana gempa jogja tahun 2006 di dusun Sengir desa Sumberharjo Prambanan Sleman Yogyakarta. Mencoba menggali tawa canda anak-anak di dusun terpencil tersebut melalui kegiatan edukasi, literasi, dan seni di TBM Sanggar Studio Biru yang didirikannya sekaligus mengenalkan pendidikan alternatif kepada warga masyarakat.

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya :
Nama : Rendra Suparmadi
Alamat : Sengir RT/RW 03/26, Sumberharjo, Prambanan,
Sleman, D.I.Yogyakarta
Kontak : 082314460786
Delegasi Perpustakaan : Perpustakaan Desa Sumberharjo “PENA”

Dengan ini menyatakan Kisah berjudul “Mendirikan Perpustakaan Di Wilayah Pedesaan” yang diikutsertakan dalam “Lomba Menulis Esai Perpustakaan” yang diselenggarakan oleh CV. Tirta Buana Media adalah benar karya saya sendiri dan Kisah tersebut belum pernah menjadi finalis atau memenangkan perlombaan sejenis.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya. Jika kemudian ditemukan menyalahi aturan yang ditentukan atau hak cipta orang lain, karya ini berhak didiskualifikasi dari perlombaan tersebut dan segala bentuk pelanggaran hak cipta menjadi tanggungjawab peserta yang bersangkutan bukan tanggungjawab penyelenggara.

Yogyakarta, 23 Januari 2021

Rendra Suparmadi

 

Related Posts

One thought on “Mendirikan Perpustakaan di Wilayah Pedesaan

  1. hardita pangestuti berkata:

    keren

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *