Bilik Pustaka

Kiat Mengelola Perpustakaan Desa guna Meningkatkan Minat Baca

Membaca adalah suatu kegiatan untuk menambah wawasan. Dengan ilmu pengetahuan manusia dapat meningkatkan kualitas diri. Namun, seiring berjalannya waktu, membaca semakin langka dijumpai. Perlahan lahan, masyarakat menyukai hal yang bersifat praktis dan cepat, sehingga saat meluangkan waktu untuk membaca terasa membuang-buang waktu.

Ahuja (2010) merumuskan beberapa alasan orang membaca, yaitu sebagai berikut: (1) untuk tertawa; (2) untuk menghidupkan kembali pengalaman-pengalaman sehari-hari; (3) untuk menikmati kehidupan emosional dengan orang lain; (4) untuk memuaskan kepenasaran; (5) untuk menikmati situasi dramatik seolah-olah pembaca mengalaminya sendiri (6) untuk memperoleh informasi tentang dunia yang kita tempati; (7) untuk merasakan kehadiran orang dan menikmati tempat-tempat yang belum pernah kita lihat; dan (8) untuk mengetahui seberapa cerdas kita menebak dan memecahkan masalah dari pengarang.

Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, perpustakaan sebagai wahana belajar sepanjang hayat mengembangkan potensi masyarakat agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab dalam mendukung penyelenggaraan pendidikan nasional (UU No 43 Tahun 2007). Menurut Surat Keputusan (SK) Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 3 Tahun 2001, perpustakaan Desa / Kelurahan adalah “perpustakaan masyarakat sebagai salah satu sarana / media untuk meningkatkan dan mendukung kegiatanpendidikan masyarakat pedesaan, yang merupakan bagian integral dari kegiatan pembangunan desa / kelurahan”.

Namun, pada kenyataanya banyak perpustakaan desa yang masih belum maksimal dalam desain dan tata kelolanya. Hal ini menimbulkan banyak masyarakat yang enggan untuk membaca buku. Paulo Coelho pernah mengatakan “koleksi buku yang dikumpulkan susah payah seumur hidup tidak ada artinya bila hanya sebagai pajangan”. Sehingga untuk menghindari hal tersebut, kita harus mengupayakan peningkatan pengelolaan perpustakaan desa.

Berikut ini kiat-kiat yang dapat dilakukan untuk menarik minat baca masyarakat di perpustakaan desa:

  •  Membuat desain bernuansa alam
    Mendirikan perpustakaan di wilayah pedesaan, sudah sebaiknya kita memanfaatkan alam sebagai tema. Dengan melihat ketertarikan masyarakat saat ini yang rela membeli makanan dan minuman di kafe hanya karena desain yang diambil sangat menarik. Oleh karena itu, mengapa kita tidak membuat perpustakaan dengan tema demikian? Membaca dengan ditemani udara sejuk serta pemandangan alam yang indah, memberikan kesan tersendiri dibandingkan membaca di dalam ruangan. Selain itu, nuansa alam dapat meningkatkan kenyamanan saat membaca.
  • Membuat banner berisi buku populer
    Beberapa masyarakat di pedesaan yang saya temui, banyak yang tidak paham mengenai isu politik, ekonomi maupun tren yang sedang naik. Bahkan ada dari mereka yang termakan berita hoax sehingga ini akan berdampak buruk bagi kehidupan masyarakat pedesaan. Cara yang ampuh untuk menghindari hal tersebut adalah membuat masyarakat giat membaca. Upaya supaya masyarakat sadar akan buku yang berhubungan dengan isu-isu tren, kita dapat membuat banner. Misalnya, dalam 3 bulan terakhir terdapat berita mengenai omnibus law, masyarakat yang awam tidak mengerti tentang apa itu omnibus law. Kita dapat membuat banner yang berhubungan dengan buku karya Prof. Dr. Jimmy Asshiddiqie, S. H. berjudul omnibus law dan penerapannya di Indonesia. Dari sanalah, masyarakat akan belajar untuk menyimpulkan pendapatnya sendiri.
  • Memanfaatkan list buku
    Sebelum masyarakat tertarik untuk membaca pastinya yang dilihat pertama kali adalah penampilan dari perpustakaan tersebut. Penataan yang rapi akan memberi kesan indah pada perpustakaan. Dengan membuat daftar buku, selain terlihat rapi, pengunjung (masyarakat) juga bisa mencari daftar bacaan dengan mudah.
  • Mengadakan lomba dan memberi hadiah
    Mengadakan lomba adalah salah satu cara dalam meningkatkan minat baca masyarakat. Misalnya lomba bagaimana cara memperbaiki diri agar tidak ketergantungan dengan telepon seluler namun syaratnya ialah pernyataan yang disampaikan harus bersifat ilmiah salah satunya dengan membaca buku. Dengan cara tersebut, baik tua maupun anak – anak akan tertarik untuk membaca karena akan diberi hadiah. Ini mungkin terkesan memaksa karena jika kita membaca buku seharusnya dengan tujuan untuk menambah ilmu bukan untuk mendapat hadiah. Tetapi, jika masyarakat sudah dibiasakan untuk membaca lama kelamaan mereka akan membaca sesuai dengan keinginannya sendiri.
  • Menyumbang buku dalam bazar
    Selain mengadakan lomba, kita juga dapat membuat bazar yang didalamnya terdapat amal untuk menyumbang buku bagi yang menginginkan. Saat ini banyak sekali beberapa buku di buang hanya karena terlihat sudah kusam, tua maupun jelek. Padahal, buku tersebut bisa di sumbangkan kepada pihak yang membutuhkan. Ini adalah salah satu cara untuk menambah pasokan buku di perpustakaan desa. Mengingat apa yang pernah disebutkan Gong dan Irkham (2012) yaitu tentang rendahnya budaya literasi di Indonesia sebab masih kurangnya buku bacaan yang tersedia dengan harga yang terjangkau.

Itulah beberapa kiat untuk mengelola perpustakaan desa agar minat baca masyarakat meningkat. Kesimpulannya adalah membaca itu penting! Tidak ada alasan untuk tidak membaca. Semua orang pasti setuju akan hal tersebut. Ingat pesan yang disampakan oleh Joseph Brodsky “ada kejahatan yang lebih kejam daripada membakar buku. Salah satunya adalah tidak membacanya”. Tiada kata rugi dalam meluangkan waktu untuk membaca walau lima menit saja.

Referensi:

  • Ahuja, Pramila dan Ahuja, G.C. 2010. Membaca Secara Efektif dan Efisien. Martiani, Tina. Bandung: PT Kiblat Buku Utama.
  • Gong, A gol & Irkham, M Agus. 2012. Gempa literasi. Jakarta: Kepustakaan Gramedia Populer.
  • https://www.google.com/amp/s/www.idntimes.com/life/inspiration/amp/adliputra/15-quotes-tokoh-dunia-tentang-buku-semoga-mulai-kecanduan-membaca-c1c2
  • Surat Keputusan ( SK ) Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 3 Tahun 2001.
  • UU No 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan.
  • Sebagian isi dari tulisan esai ini adalah ide atau pendapat pribadi penulis.

BIOGRAFI PENULIS

Nama : Alifi Mahkota Ardiss
TTL : Malang, 7 Maret 2002
Domisili : Malang
Pendidikan Terakhir : SMA
Pengalaman prestasi : beberapa kali menjuarai lomba puisi, pantun, dan cerpen tingkat nasional

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *