Bilik Pustaka

Optimalisasi Peran Karang Taruna dalam Perpustakaan Desa Berbasis Digital dan Sistem Perpustakaan Keliling Guna Meningkatkan Kemampuan Literasi Masyarakat Desa

Ada sebuah pepatah “membaca adalah jembatan ilmu’’ yang berarti dengan membaca buku ilmu yang ada dalam buku tersebut akan terserap ke dalam pikiran kita, kita bisa mengetahui sesuatu yang belum pernah kita ketahui dengan membaca buku. Namun pepatah ini masih menjadi angan-angan negara kita yang belum tercapai.

Dilansir dari detik.com, Indonesia pernah disurvei dalam skala global tentang tingkat literasi di suatu negara. Dalam penelitian PISA menunjukkan rendahnya tingkat literasi Indonesia dibanding negara-negara di dunia yaitu pada urutan 62 dari 70 negara yang disurvei dalam survei ini respondennya adalah anak-anak sekolah usia 15 tahun, jumlahnya sekitar 540 ribu anak 15. Sampling error-nya kurang lebih 2 hingga 3. Skor dengan skor rata-rata negara yang disurvei adalah sebagai berikut, untuk sains adalah 493, untuk membaca 493 juga, dan untuk matematika 490. Skor Indonesia untuk sains adalah 403, untuk membaca 397, dan untuk matematika 386. Dalam penelitian lain pada 2016 yang dilakukan CCSU, Indonesia berada di urutan 60 dari 61 negara yang disurvei. Pemeringkatan perilaku literasi ini dibuat berdasar lima indikator kesehatan literasi negara, yakni perpustakaan, surat kabar, pendidikan, dan ketersediaan komputer.

Tingkat literasi yang rendah dalam suatu negara dapat menimbulkan berbagai masalah yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Salah satu masalah yang muncul adalah tingkat pendidikan rendah. Karena rendahnya budaya literasi menjadi sebab ketidak-tahuan di berbagai bidang ilmu pengetahuan. Sehingga kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan menjadi melemah. Banyak dari elemen masyarakat terutama masyarakat yang kemampuan ekonomi rendah akan berpikir bahwa pendidikan dan literasi bukan menjadi hal yang penting dalam kehidupan mereka, sehingga mereka acuh dari dunia pendidikan.

Masalah pendidikan yang rendah sudah menjadi masalah yang mengakar kuat di Indonesia, menurut data Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) mengungkapkan data angka anak putus sekolah di Indonesia pada 2019. sepanjang tahun 2019 sekitar 4,3 juta siswa Indonesia putus sekolah di berbagai jenjang.

Jika masyarakat berpendidikan rendah dan mempunyai tingkat literasi yang belum mumpuni, maka hal ini akan menjadi gerbang kemiskinan baru. Mereka yang tidak berpendidikan akan kesulitan mencari pekerjaaan karena pendidikan dan keterampilan adalah salah satu syarat yang wajib jika kita mendaftar suatu pekerjaan. Mereka yang kesulitan dalam menemukan pekerjaan akan menjadi pengangguran. Seperti yang kita tahu, jumlah pengangguran Indonesia mendapat predikat tertinggi dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya khususnya tahun 2019. Menurut Badan Pusat Statistik, tingkat pengangguran terbuka berdasarkan tingkat pendidikan masyarakat masih sangat tinggi, terbukti dari data BPS prosentasi masyarakat pengangguran yang tidak pernah sekolah pada tahun 2018 adalah 0.92%, naik menjadi 1,08% pada tahun, dan pada tahun 2020 menjadi 1,65. Prosentasi masyarakat dengan pendidikan Sekolah Dasar yang menjadi pengagguran juga masih tinggi yaitu 3,25% pada tahun 2018, menjadi 3,23% pada tahun 2019 dan naik tajam menjadi 4,61%.

Tingkat pengangguran bervariasi secara substansial dari satu negara ke negara lain dari waktu ke waktu. Jika sebuah negara mampu menekan tingkat pengangguran seminimal mungkin maka laju pertumbuhan negara tersebut akan lebih tinggi di banding negara yang memiliki lebih banyak pengangguran (Mankiw, 2000:226). Masalah yang timbul selanjutnya adalah meningginya angka kriminalitas. Tindakan kriminal atau kejahatan menjadi konsekuensi logis dari pendidikan yang rendah dan kemiskinan yang tidak berujung. Sehingga norma dan nilai kehidupan pun diabaikan. Menurut Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya Inspektur Jenderal Putut Eko Bayuseno , sebagian besar kasus kriminalitas bermula dari persoalan ekonomi yang menerpa kalangan tidak mampu sehinga kriminalitas menjadi jalan satu-satunya. Hampir 60 persen pelaku kejahatan di Indonesia adalah mereka yang belum mempunyai pekerjaan atau pengangguran.

Rentannya sikap bijak masyarakat dalam menyikapi informasi yang beredar juga sangat dipengaruhi tingkat literasi. Menurut data Kemenkominfo menyebutkan bahwa ada sekitar 800.000 situs di Indonesia yang telah terindikasi sebagai penyebar informasi palsu, akibatnya hoaks dan ujaran kebencian mendominasi kehidupan dan media sosial masyarakat. Sehingga banyak lapisan masyarakat yang yang terpengaruhi, resah dan dirugikan. Hal ini karena masyarakat tidak bisa menyeleksi informasi yang benar atau salah.

Indonesia menjadi negara yang mempunyai tingkat literasi yang sangat rendah. Penyebab rendah minat dan kebiasaan membaca itu antara lain kurangnya akses, terutama untuk di daerah terpencil. Menurut Indeks Aktivitas Literasi Membaca (Alibaca) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) kurangnya akses ini menjadi penyebab utama. Menurut Sensus PNRI ada 42.460 perpustakaan umum, 6.552 perpustakaan khusus, 113.541 perpustakaan sekolah/madrasah, dan 2.057 perpustakaan Perguruan Tinggi yang tersebar di 34 provinsi di Indonesia. Sebanyak 47,89% perpustakaan berada di Jawa, 23,55% di Sumatra, dan 11,62% di Sulawesi. Namun jumlah ini masih belum cukup untuk masyarakat Indonesia terutama di desa atau daerah yang terpencil. Kebutuhan akan perpustakaan ini akan selalu meningkat sebanding dngan pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia.

Dalam melihat permasalahan ini, Pemerintah mulai mewajibkan satu desa harus mempunyai setidaknya satu perpustakaan. Hal itu mengingat masih rendahnya minat baca serta literasi masyarakat, sehingga dipelukan sebuah kebijakan, kemudian Undang-undang (UU) Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan. Kebijakan ini juga didukung dengan program perpustakaan desa. Menurut Perka PNRI Nomor 6 Tahun 2017 tentang Standar Nasional Perpustakaan Desa/Kelurahan, Perpustakaan Desa/Kelurahan adalah perpustakaan yang diselenggarakan oleh pemerintah desa/ kelurahan yang mempunyai tugas pokok melaksanakan pengembangan perpustakaan di wilayah desa/kelurahan serta melaksanakan layanan perpustakaan kepada masyarakat umum yang tidak membedakan usia, ras, agama, status sosial ekonomi dan gender. Namun implementasi ini belum dapat terlaksanakan dengan sempurna karena desa mementingkan infrastruktur lain dibanding dengan perpustakaan. Banyak juga perpustakaan desa yang terbengkalai dan tidak terurus. Sehingga pihak desa sebagai penyelenggara perpustakaan desa perlu kerja sama dengan lapisan masyarakat yaitu organisasi yang ada dalam lingkup masyarakat khususnya Karang Taruna.

Menurut Permensos 25 tahun 2019 Karang Taruna adalah organisasi yang dibentuk oleh masyarakat sebagai wadah generasi muda untuk mengembangkan diri, tumbuh, dan berkembang atas dasar kesadaran serta tanggung jawab sosial dari, oleh, dan untuk generasi muda, yang berorientasi pada tercapainya kesejahteraan sosial bagi masyarakat. Salah satu Karang Taruna bertujuan untuk mewujudkan.pertumbuhan dan perkembangan setiap anggota masyarakat yang berkualitas, terampil, cerdas, inovatif, berkarakter serta memiliki kesadaran dan tanggung jawab sosial dalam mencegah, menangkal, menanggulangi dan mengantisipasi berbagai masalah kesejahteraan sosial, khususnya generasi muda.

Karang Taruna berisi generasi muda desa ini diharapkan mempunyai inovasi agar pendirian, pengelolaan, dan pengembangan perpustakaan desa menjadi maju dan meningkatkan literasi pada masyarakat desa. Dimulai dalam proses pendirian perpustaaan desa, organisasi karang taruna bisa mengusulkan pendirian dan pengelolaan suatu perpustakaan desa di suatu wilayah. Mereka bisa meyakinkan perangkat desa serta masyarakat bahwa adanya perpustakaan desa adalah wajib ada pada suatu desa.

Karang taruna juga menjadi tonggak kegiatan sosial masyarakat di desa, karena karang taruna berasal dari masyarakat, penjelasan atau sosialisasi yang dilakukan mereka juga dianggap lebih meyakinkan masyarakat. Program sosialisasi tentang pentingnya literasi masyarakat, dalam program ini karang taruna beserta perpustakaan desa dan perangkat desa akan memberi penuluhan tentang manfaat literasi, pentingnya literasi serta damapak jika literasi di suatu daerah sangat rendah. Program ini juga bisa didukung dengan dengan melaksanan Progam Wajib Membaca, yaitu program di mana semua anak dan remaja wajib membaca buku di perpustakaan desa minimal seminggu sekali. Dengan adanya program ini orang tua akan dituntut mengingatkan kesadaran literasi kepada anaknya masing-masing. Sehingga kewajiban masyarakat akan literasi kemudian menjadi budaya membaca seiring berjalannya waktu.

Program lain yaitu program perpustakaan desa berbasis digital. Seperti yang kita tahu era internet dan globalisasi sudah masuk dalam beberapa lapisan masyarakat di Indonesia. Pengaruh ini dapat dirasakan dengan kebutuhan telepon pintar naik dan menjadi kebutuhan pokok masyarakat. Era digitalisasi ini juga menjalar dalam dunia literasi. Banyak buku atau bacaan lain yang sudah dapat diakses melalui internet. Maka dari itu inovasi aplikasi perpustakaan digital sangat diperlukan. Masyarakat bisa meminjam buku dengan telepon pintarnya tanpa harus mengunjungi perpustakaan desa. Aplikasi perpustakan desa dapat dilakukan dengan sistem programan Php dan Mysql yang merupakan sebuah bahasa pemrograman yang bersifat open source, maksudnya pendistribusian programnya disertakan juga kode programnya dan biasanya secara gratis. Dengan menggunakan PHP script maka maintenance suatu situs web menjadi lebih mudah. Proses update data dapat dilakukan dengan menggunkan aplikasi yang dibuat dengan menggunakan script PHP. Tentu pembuatan aplikasi ini membutuhkan biaya yang harus ditanggung desa namun bisa diminimalkan dengan kerjasama dengan pihak lain atau dengan anggota karang taruna yang ahli dalam informatika dan teknologi.

Sistem perpustakaan desa keliling juga bisa dimanfaatkan. Dalam program ini perpustakan desa akan bekerja sama dengan karang taruna sebulan sekali berkeliling menggunakan mobil yang berisi buku, tempat yang menjadi target adalah tempat yang ramai, seperti di suatu lapangan atau taman bermain. Sistem ini memudahkan pemerataaan layanan informasi dan bacaan kepada masyarakat semua lapisan masyarakat khususnya dalam meminjam atau mengembalikan buku ke perspustakaan desa. Manfaat yang dirasakan oleh masyarakat adalah kemudahan dan fleksibel dalam berliterasi.

Program bedah buku adalah program yang bisa dilakukan dalam optimalisasi peran karang taruna dalam memberantas literasi masyarakat desa yang rendah. Dalam program ini menghadirkan penulis untuk memaparkan isi bukunya dan berdiskusi dengan masyarakat. Program ini dinilai menumbuhkan minat baca khususnya kepada masyarkat, bedah buku juga sekaligus dinilai sebagai wadah menginspirasi masyarakat dalam untuk menulis cerpen maupun buku. Adanya kegiatan ini dimaksudkan agar mewujudkan kegiatan perpustakan desa yang hidup.

Kelas menulis dan membaca, dalam program ini karang taruna dan desa bekerja sama dengan komunitas yang ada dalam masyarakat khususnya komunitas yang bergerak dalam dunia kepenulisan. Program ini dikhususkan bagi masyarakat yang mempunyai minat terhadap dunia kepenulisan. Program ini juga berisikan lomba menulis atau membaca puisi bagi masyarakat desa guna ewujudkan desa yang mempunyai tingkat literasi yang tinggi. Hal ini juga bisa menjadi variasi dalam kegiatan lomba di masyarakat dan lebih bermanfaat.

Pengelolaan dana tetap menjadi wewenang pemerintah desa mulai dari pembangunan, perawatan, pengadaan bahan bacaan dan lain-lain. Karang taruna hanya mengoptimalkan manfaat dari perpustakaan tersebut. Namun warga atau masyarakat dibolehkan menyumbangkan bahan bacaan yang dimilikinya dan turut aktif dalam peningkatan literasi desa tersebut.

Permasalahan literasi di Indonesia sudah sangat parah dan menimbulkan beberapa masalah lain yang akan dihadapi sosial lain yang akan dihadapi oleh negara kita, maka perlu adanya inovasi untuk mengatasi masalah tersebut. Peran Karang Taruna dan perpustakan adalah jawaban dari permasahan tersebut. Dengan adanya inovasi optimalisasi peran karang taruna sebagai organisasi yang ada di masyarakat desa serta program-program yang berhubungan dengan perpustakaan desa diharapkan dapat meningkatkan literasi masyarakat desa itu sendiri

Daftar Pustaka:

  • BPS. 2020,’ Tingkat Pengangguran Terbuka Berdasarkan Tingkat Pendidikan 2018-2020’’ ’, https://www.bps.go.id/indicator/6/1179/1/tingkat-pengangguran-terbuka-berdasarkan-tingkat-pendidikan.html. diakses pada tanggal 25 Januari 2021
  • Danu. 2019.’’ Benarkah Minat Baca Orang Indonesia Serendah Ini?’’, https://news.detik.com/berita/d-4371993/benarkah-minat-baca-orang-indonesia-serendah-ini diakses pada tanggal 25 Januari 2021
  • Erwin . 2019.’’ Literasi Baca Indonesia Rendah, Akses Baca Diduga Jadi Penyebab’’, https://edukasi.kompas.com/read/2019/06/23/07015701/literasi-baca-indonesia-rendah-akses-baca-diduga-jadi-penyebab. diakses pada tanggal 25 Januari 2021
  • Ilham. 2019.’’ 4,3 Juta Siswa Putus Sekolah di 2019’’, https://www.medcom.id/pendidikan/news-pendidikan/9K50Pl3k-4-3-juta-siswa-putus-sekolah-di-2019 diakses pada tanggal 25 Januari 2021
  • Menteri Sosial. Permensos 25 tahun 2019 tentang Karang Taruna
  • Kepala Perpustakaan Nasional. PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL TENTANG STANDAR NASIONAL PERPUSTAKAAN DESA/KELURAHAN

BIODATA PENULIS

 Nama Lengkap : Febrianto
TTL : Tuban, 03 Februari 2001
Alamat : Desa nguruhan, kec. Soko, kab. Tuban
Kabupaten/Kota : Tuban
Provinsi : Jawa Timur
Pengalaman : Mahasiswa
Prestasi : Best delegation pkmk Dekan Cup FHUB 2020
Instagram : febri.arto
Facebook : febri febrianto

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *