Bilik Pustaka

Taman Baca Masyarakat sebagai Wisata Budaya Literasi Masyarakat dalam Upaya Meningkatkan Minat Baca dan Tulis

Tahun yang semakin dewasa ini, perkembangan teknologi semakin meningkat. Semua kalangan baik yang tua, muda, dan anak-anak sudah menggunakan handphone. Banyak di antara mereka lebih membiasakan diri menonton, bermain game, dan bermedia sosial. Apalagi para investor sudah banyak menerbitkan berbagai aplikasi. Dampaknya, membuat para masyarakat lebih senang menghabiskan waktunya dengan kegiatan tersebut ketimbang membaca buku.

Padahal, Perpustakaan sudah membuat ide kreatif untuk meningkatkan minat baca, seperti perpustakaan digital. Dengan tujuan, masyarakat dapat mudah mengakses buku-buku kapan saja, dan di mana saja. Sehingga masyarakat bisa membaca buku dengan waktu yang bebas. Selain itu, pemerintah juga mengarahkan kebijakan Pembangunan Pendidikan Nasional 2010-2014 yang tertuang pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.48 Tahun 2010 adalah penguatan dan perluasan budaya melalui penyediaan taman baca masyarakat, bahan bacaan dan sumber informasi lain yang mudah, murah, dan merata serta sarana pendukungnya.

Membaca merupakan suatu kegiatan literasi yang harus dibudayakan. Literasi bukan sekedar membaca dan menulis. Menurut sejarah perkembangannya dari literasipublik.com, sebutan literatus yang disandang olehh roorang-orang yang mampu membaca, menulis, bercakap-cakap dalam bahasa latin di abad pertengahan. Kemudian sekitar tahun 1960, literasi dikaitkan dengan fungsi dan keterampilan hidup seorang individu. Seiring perkembangan waktu, konsep literasi menjadi konsep fungsional yang tidak hanya dibatasi pada kemampuan membaca dan menulis. Sehingga dibedakan berdasarkan beberapa jenis, yaitu literasi baca-tulis, literasi numerasi, literasi sains, literasi finansial, literasi digital, literasi budaya dan kewargaan.

Jalan Literasi

Literasi itu sangat penting untuk keberlangsungan hidup. Namun, Syarif Yunus dalam tulisannya yang berjudul “Budaya Literasi Masyarakat Indonesia Rendah, Inilah 6 Dampak Mengenaskan” di media www.Kumparan.com mengungkapkan Indonesia adalah negera yang budaya literasinya rendah. Di kawasan ASEAN, posisi budaya literasi Indonesia berada di bawah Singapura, Malaysia, dan Thailand. Sebagai negara dengan penduduk terbanyak ke-5 di dunia, masyarakat Indonesia dianggap tidak gemar membaca, menulis, berhitung ataupun berkreasi yang menjadi ciri kuatnya tingkat budaya literasi suatu bangsa. Maka tradisi baca dan budaya literasi masyrakat sangat penting untuk dibangkitkan oleh siapun dan hingga kapanpun.

Syarif Yunus juga memaparkan 6 dampak fundamental dari rendahnya budaya literasi masyarakat, yaitu: 1) Tingginya angka putus sekolah, 2) Merebaknya kebodohan yang tidak berujung, 3) Meluasnya kemiskinan, 4) Meningginya angka kriminalitas, 5) Rendahnya produktivitas kerja, 6) Rentannya sikap bijak dalam menyikapi Informasi, sehingga ujaran kebecian dan hoaks mendominasi.

Budaya literasi harus lebih dekat dengan masyarakat sehingga mampu menerobos ke seluruh lapisan masyarakat. Menurut penulis, melalui TBM bisa menjadi solusi untuk meningkatkan budaya literasi di masyarakat. Kalida (2012:2) berpendapat bahwa Taman Baca Masyarakat (TBM) merupakan suatu lembaga yang melayani kebutuhan masyarakat akan informasi mengenai ilmu pengetahuan dalam bentuk bahan bacaan dan bahan pustaka. TBM juga merupakan suatu lembaga untuk mempromosikan kebiasaan membaca, karena TBM adalah sebuah tempat yang dilengkapi dengan bahan bacaan dan sebagai ruang untuk membaca, berdiskusi, dan melakukan kegiatan serupa lainnya.

Wisata Baca dan Tulis

Bagi saya TBM adalah wisata edukatif yang menyenangkan bagi masyarakat. Mendirikan TBM bisa dilakukan oleh siapa pun, dan kapan pun, selama dia menginginkannya. Karena, taman baca bukan hal tentang buku saja, melainkan pengabdian kepada masyarakat sebagai pembelajar kehidupan menjadi manusia. Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia, (HR. Ahmad, Ath-Thabrani, ad-Daruquthni).

Ada banyak kegiatan yang bisa diciptakan di TBM, seperti kegiatan bercerita (dongeng), belajar memasak, pelatihan pubic speaking, menulis, dan lainnya. Semua kegiatan itu bisa membantu pengembangan literasi di masyarakat, dan juga menambah pengetahuan, dan melatih skill masyarakat. Tapi di sini, penulis ingin memfokus kepada kedua kegiatan untuk meningkatkan budaya literasi baca dan tulis. Kedua kegiatan itu adalah menulis dan bercerita.

  • Kelas Menulis

Kelas menulis bisa menjadi satu alternatif untuk meningkatkan literasi baca dan tulis. Membaca dan menulis suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya saling melengkapi. Membaca dan menulis, kegiatan memasukan dan mengeksplor pengetahuan yang didapat. Membaca adalah salah satu proses penting dalam hal menulis. Maka untuk bisa menulis, harus didahuluis dengan membaca.

Semua orang bisa menulis. Asal mau untuk berlatih. Jadi kelas menulis bisa menjadi agenda penting di TBM. Peserta kelas menulis bisa siswa, guru, mahasiswa, dan umum. Pilihan jenis menulis bisa dilakukan secara bebas, bisa praktik menulis fiksi atau nonfiksi. Mengapa harus menulis? Karena menulis adalah bekerja untuk keabadian. Seperti yang diungkapkan Pramoedya Ananta Toer, “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”

Setelah pelatihan menulis digelar, sebaiknya karya yang ditulis dibukukan. Lalu bagaimana soal menerbitkan? Untuk menerbitkan karya para peserta bisa bekerja sama dengan penerbit. Atau mencari sponsor yang bisa membantu untuk penerbitan. Bisa juga menerbitkan karya dengan penerbit yang gratis, namun tetap mengikuti ketentuan dari penerbit, seperti penerbit Guepedia.

Menulis juga memiliki banyak manfaat, dilansir dari Tempoinstitute.com yaitu: 1) Meningkatkan kreativitas, 2) Wadah untuk menuangkan emosi dan perasaan, 3) Menjadi lebih terorganisir, 4) Memperkuat daya ingat, 5) Meningkatkan kemampuan dalam berbahasa yang baik, 6) Menghasilkan uang. Maka luangkanlah untuk menulis.

  • Wahana Bercerita

Meningkatan minat baca hendaknya dimulai sejak usia dini, untuk menanamkan kebiasaan. Salah satu cara meningkatkan minat baca adalah dengan cara bercerita. Melalui budaya bercerita atau mendongeng dapat mengenalkan nilai-nilai dalam berkehidupan di bawah alam sadar anak-anak. Dongeng juga dapat menstimulasi keinginan anak untuk membaca. Setelah mendengar satu dongeng, seringkali anak kemudian tertarik untuk mendengar dongeng yang lain. Maka dengan kesempatan ini bisa dikenalkan buku sebagai salah satu “teman” yang mengasyikan.

Menurut psikologi Monica Sulistiawati (https://edukasi.kompas.com/red/) mendongeng juga memiliki banyak manfaat lain, di antaranya:

  • Perkembangan kognitif untuk dapat memperluas pengenalan objek seorang anak pada saat mendongeng dengan menggunakan alat peraga seperti buku bergambar.
  • Perkembangan sosial dan emosional dari kegiatan mendongeng, kita bisa menyelinapkan ajaran norma-norma seperti sosial, agama dna sopan santun.
  • Memperat ikatan anak dan orang tua.
  • Mengembangkan daya imajinasi anak. Dunia anak-anak adalah dunia imajinasi.

Kita memiliki peran dan fungsi untuk meningkatkan budaya literasi di masyarakat. TBM menjadi salah satu cara tempat atau wisata untuk meningkatkan literasi di masyarakat. Bangsa yang maju dan berperadaban, tidak akan bisa lepas dari budaya literasinya. Semoga kita dapat meningkatkan budaya literasi dan memecahkan persoalan-persolan yang terjadi di negeri kita saat ini.

Referensi:

  • Entin, dkk. Jurnal: Upaya Peningkatan Minat Baca Anak Melalui Kegiatan “Senin Berbahasa” (Studi Kasu di Taman Baca Masyarakat Wadas Kelir, Kecamatam Purwokerto Selatan, Kab. Banyumas). Undip Tembalang: Semarang.
  • Departemen Pendidikan Nasional. 2009. Pedoman Penyelenggara Taman Bacaan Masyarakat. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
  • https://edukasi.kompas.com/red/ diakses pada tanggal 20 Januari 2020
  • Kalida, Muhsin. 2012. Fund Raising Taman Bacaan Masyarakat (TBM). Yogyakarta: Cangkruk Publishing.
  • Syarif Yunus dilansir www.kumparan.com diakses pada tanggal 20 januari 2020
  • www.Tempoinstitute.com
  • Semua/sebagian isi dari tulisan esai ini adalah ide atau pendapat pribadi penulis.

BIODATA PENULIS

Mawardah adalah putri pertama dari Bapak Arman dan Ibu Normi yang lahir pada tanggal 07 November 1996. Alumni Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Negeri Medan. Aktif berkegiatan sastra bersama Komunitas Tanpa Nama (KONTAN) dan Komunitas Penulis Anak Kampus (KOMPAK), dan menjadi Relawan di Perpustakaan Padepokan Iqro, Desa Kolam. E-mail mawarmawardah96@gmail.com. No.Hp 0852 9609 3972.

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *