Di Balik Buku

Dari Desa Membangun Bangsa; Antologi Kisah Isnpiratif Perpustakaan Desa

Kisah-kisah yang dihadirkan di dalam buku ini sangat inspiratif dan mengesankan. Di halaman pertama buku ini, pembaca disambut kisah dari Said Munawir (Pustaka Gampong Tutong), peserta dari Aceh Selatan, yang dengan percaya diri mengusung tokoh Pak Abdul sebagai tokoh penentang keberadaan perpustakaan desa dalam ceritanya. Hal serupa juga disajikan dengan renyah oleh Ade Irmanus Soleh (Perpusdes Insan Cita) asal Brebes, yang mengangkat Mas Danto sebagai pemuda yang berprofesi sebagai petani kopi, memiliki cita-cita liar untuk mendirikan perpustakaan desa yang sama sekali tidak pernah terpikirkan dan bahkan dianggap gila oleh warga lain di sekitarnya.

Dari segi pahitnya perjuangan dalam mendirikan perpustakaan desa, Mbak Cindi Lala dkk. (Perpusdes Ceria) dari Kendal, lebih luwes menyuguhkan kisah bagaimana seorang anak muda yang hidup di desa tertinggal dan terbelakang dalam hal pendidikan, dengan keyakinan yang teguh mampu membangun TBM yang kemudian dialihkan menjadi perpustakaan desa melalui dukungan dan SK dari kepala desanya. Prihatin dengan keterbatasan perpustakaan di daerahnya, Nita Juniarti (TBM Sigupai Mambaco) asal Aceh Barat Daya menggaungkan kisah yang sama, perihal perjuangannya menggelar Lapak Buku di tepian pantai demi menghadirkan buku di tempat-tempat umum yang ramai pengunjung. Tidak berhenti di sana, Gilang Nanda Permana Widodo (Perpusdes Panuntun) dari Pekalongan, ikut menyusul dengan kisah yang awalnya sebagai relawan Gerakan Perpustakaan Anak Nasantara (GPAN), akhirnya tergerak untuk membangun Perpustakaan di desanya sendiri, menumpang gedung BUMDes untuk sementara, hingga mampu membangun gedung perpustakaan.

Gerakan karang taruna ikut serta memberi warna kisah di dalam buku ini. Eko Prasetyo (Pustaka Kencana) misalnya, sebagai pemuda karang taruna dari daerah Way Kanan Lampung, dengan gigih memperjuangkan literasi hingga ke kompleks prostitusi. Bukan itu saja, Mas Eko juga rela melewati pegunungan terjal di Way Kanan hanya untuk menemui anak-anak sekolah yang butuh sekali akan bahan bacaan. Kisah Mas Eko ini terasa lengkap, ketika peserta lainnya bernama Muhammad Sopian Sidik (TBM Ceria) dari Bogor, dengan santainya mengajak pembaca ikut belajar bagaimana generasi muda di Desa Padurenan ikut serta memberikan kontribusi bagi kemajuan desanya melalui gotong royong hingga mampu membangun Wisata Alam Plus Wisata Edukasi bernama Empang Emak Niyah.

Dalam hal inovasi pengembangan perpustakaan desa, Raden Roro Hendarti (Limbah Pustaka) asal Purbalingga, dengan cerdas mencontohkan melalui program Perpustakaan Keliling dan Tarik Sampah-nya, yang kemudian sampah yang ada diolah menjadi bahan kerajinan bernilai ekonomi bagi masyarakat desa. Hal serupa juga diceritakan oleh Ika Puspita Dewi (Perpusdes Cerdas Desaku) dari Pasuruan, dengan prinsip “Perpustakaan Desa Berbasis Inklusi Sosial”-nya berhasil melahirkan program Pustaka Pos Kamling (Puskamling) dan Pustaka Jangkau Keluarga (Pujangga), sehingga literasi menyentuh setiap KK di seluruh desanya.

Dimas Indiana Senja (Perpustakaan Halaman Indonesia) dari Brebes, sebagai penulis dan pecinta buku menjadikan sajian kisah di dalam buku ini semakin sempurna. Bagaimana tidak, dengan bermodalkan uang pribadi semenjak di bangku kuliah, Mas Dimas menyicil membeli buku-buku anak untuk mementingkan nasib literasi yang dapat dijangkau anak-anak di desanya. Bahkan Mas Dimas membangun di halaman samping rumahnya sebagai ruang perpustakaan, yang hingga saat ini menjadi pusat kajian dan tempat berkumpulnya para penulis handal yang sudah dilatih sebelumnya. Tidak ketinggalan, penulis lainnya bernama Irma Dewi Meilinda (Perpusdes Mata Batu) asal Lampung Selatan, berkisah bagaimana yang awalnya memiliki hobi menulis novel, novelnya viral di media sosial dan terdengar oleh kepala desa, hingga kepala desa mempercayainya sebagai ketua pengelola perpustakaan desa dengan maksud agar terus dikembangkan lebih maju lagi.

Masalah dampak dan prestasi? Jangan ditanya. Ridwan Syafii Ali (TBM Hamfara Library) dari Riau sangat fasih dalam menceritakan perihal ini, yang berhasil memborong banyak pengahargaan dalam berbagai kompetisi, baik lokal maupun nasional. Anak sekolah pun dapat imbalannya, berkat mereka rajin berkunjung ke taman baca, prestasi peringkat kelas teratas pun mereka dapatkan. Tentu juga tidak akan kalah menarik, bila pembaca melirik sebentar secangkir kopi dari Sofyan (Perpusdes Ranting Muhammadiyah) asal Sumatera Utara, yang berhasil mengangkat prestasi siswa dari tingkat TK hingga SMA sekaligus. Sangat mengesankan!

Masih banyak pendalaman cerita menarik lainnya yang akan memanjakan semangat dan memberi pengalaman kepada pembaca, di mana setiap karya memiliki lika-liku dan keunikannya masing-masing. Karena tujuan awal kami menerbitkan kumpulan kisah ini, memang untuk dijadikan referensi dalam hal pengalaman membangun dan mengembangkan perpustakaan desa. Dengan buku ini, para pembaca akan bergumam, “ternyata membangun perpustakaan desa itu gak gampang, ya. Tapi dengan tekad yang kuat, mereka terbukti dapat melakukannya”.

Related Posts

One thought on “Dari Desa Membangun Bangsa; Antologi Kisah Isnpiratif Perpustakaan Desa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *