Namanya Mba Raudloh, kelahiran asli Desa Limbangan, Kecamatan Losari, Kabupaten Brebes. Dari tahun 2012 dia sudah mempunyai mimpi untuk punya rumah baca di desanya, salah satu pengabdian yang bisa dia berikan untuk masyarakat. Rumah bacanya dia namakan Rumah Belajar Annur, diawali dari uang hasil dia memberikan Bimbel kepada anak-anak di Cimahi selagi masih kuliah. Dari sana dia mulai punya uang untuk membeli buku, mainan dan alat musik.
Tahun 2018 setelah dia menyelesaikan kuliahnya di Bandung, dia bertekad untuk kembali ke desanya yaitu Limbangan. Dia memberitahukan kepada orang tuanya untuk memanfaatkan ruang tamu supaya bisa dijadikan tempat belajarnya anak-anak. Selain membantu anak-anak sekitar untuk belajar, dia juga ingin rumahnya menjadi ramai. Karena selama ini cuma ada dia dan kedua orang tuanya.
Dia mulai membuat rak besi, dari mulai membeli bahan sampai memotong besi untuk kerangkanya dia lakukan dengan kakak iparnya. Membuat banner dan menata buku-buku semua dia lakukan sendiri. Awal membuat kerangka, tetangganya berpikir kalo Mba Raudloh membuat rak untuk berjualan, karena memang bentuknya yang mirip dengan rak untuk gudang. Setelah banner terpasang, tetangga mengerti jika itu adalah rumah baca, tempat yang menyediakan buku-buku untuk dibaca dan tempat belajarnya anak-anak.
Dua bulan telah berlalu, Mba Raudloh bingung karena anak-anak yang berkunjung tidak bertambah. Dia berpikir untuk membuat lomba. Selain untuk memperkenalkan kepada masyarakat, dia juga ingin membuat satu gebrakan yang tidak pernah dilakukan oleh masyarakat sekitar. Dengan pengalaman pada saat di Papua dulu, dia mulai menyusun strategi untuk membuat event Lomba Mewarnai Tingkat TK dan SD. Dibantu oleh dua keponakannya, dia mulai mempersiapkan acara, peserta, hadiah dan semua keperluan lomba. Hari yang dinantikan pun tiba, dari target 100 peserta ternyata meleset. Peserta menjadi 200, sangat di luar dugaan.
Alhamdulillah setelah kegiatan itu, Rumah Belajar Annur mulai banyak diperbincangkan. Mba Raudloh juga mulai aktif mempromosikan kegiatan-kegiatan Rumah Belajar Annur sehingga setiap bulan Rumah Belajar Annur selalu mendapatkan donasi buku.
Setelah beberapa bulan Mba Raudloh menyebarkan cinta buku, sekarang dia berpikir bagaimana bisa anak-anak wilayah pesisir bisa mendapatkan akses membaca buku. Dia mulai bergerak mendatangi sekolah-sekolah. Setiap Jum’at secara bergiliran dia mendatangi sekolah dari mulai tingkat TK, SD dan SMP.
Cara pendekatan Mba Raudloh sangat unik, dia menghubungi kenalannya yang seorang guru, kemudian meminta izin untuk membawa beberapa buku bacaan. Alhamdulillah responnya sangat bagus. Dia mulai memberanikan diri untuk mengunjungi SD, dengan bekal buku satu box kardus dan sepedanya, dia mulai berkeliling membawa buku. Setiap hari Kamis Mba Raudloh datang ke sekolah yang dituju untuk meminta ijin buka lapak buku. Kemudian di hari Jum’at pada jam istirahat dia membuka terpal dan mulai membuka lapak buku selama 15 menit.
Dari mulai dua SD di Desa Limbangan, dia merambah ke desa sebelahnya yaitu Karang Dempel. Kemudian ke Desa Prapag Kidul, di sana ada beberapa SD dan MI. Kemudian berpindah ke Desa Prapag Lor dengan sasaran SD dan beberapa TK. Dilanjutkan ke Desa Pengabean, di sana ada satu SD yang tidak mau dikunjungi, mungkin mereka berpikir kalo Mba Raudloh akan menjual buku. Tetapi Mba Raudloh selalu berpikir positif, masih banyak sekolah yang harus didatangi.
Setelah Desa Pengabean, dilanjutkan Desa Losari Lor. Dari beberapa sekolah yang Mba Raudloh kunjungi ternyata, rata-rata sekolah tidak menyediakan perpustakaan. Jika ada sekolah yang punya perpustakaan di dalamnya hanya menyediakan buku-buku paket dari pemerintah.
Selain hari Jum’at Mba Raudloh juga bergerak setiap hari Minggu. Dia mengunjungi beberapa dusun dan desa yang ada di Kecamatan Losari, dengan dibantu pemuda-pemudi desa yang dia kunjungi, dia bersepeda dengan membawa tas carier yang diisi buku, sketsa gambar dan pensil warna. Anak-anak yang dia kunjungi sangat antusias, mereka menginginkan Mba Raudloh untuk datang setiap minggu. Tetapi Mba Raudloh dapat menjelaskan jika dia tidak bisa memenuhi keinginan mereka karena Mba Raudloh juga harus berkeliling ke dusun yang lain.
Mba Raudloh berkolaborasi dengan beberapa komunitas yang ada di Kecamatan Losari. Dia meminta ijin untuk buka lapak buku di kegiatan-kegiatan besar seperti Peringatan Hari Santri, Ulang Tahun Karang Taruna dan kegiatan gabungan komunitas. Dari kegiatan-kegiatan ini dia menyebarkan virus literasi kepada masyarakat dan mengajak pemuda-pemudi desa untuk sama-sama bergerak di pendidikan khususnya dunia literasi yang memang masih sangat masih awam di telinga masyarakat. Dia mengajak beberapa karang taruna untuk membuat rumah baca. Alhamdulillah yang dulunya hanya ada dua rumah baca di Losari sekarang sudah ada 12 dari 22 desa di Kecamatan Losari.
Banyaknya rumah baca yang tumbuh di Kecamatan Losari sangat berdampak pada pergerakan Mba Raudloh. Dia sangat bersyukur karena di samping akan banyak anak-anak yang bisa mengakses buku bacaan, dia juga bisa menyimpan energi dan membuat rencana kegiatan untuk Rumah Belajar Annur ke depannya.
Selain buku bacaan, di Rumah Belajar Annur juga menyediakan alat musik seperti marawis dan gitar. Mba Raudloh meminta salah satu temannya untuk meluangkan waktu supaya bisa mengajarkan beberapa alat musik yang sudah disediakan setiap satu minggu satu kali.
Pada tahun 2019, Mba Raudloh mulai membenahi Rumah Belajar Annur. Dia mendata buku-buku yang masuk, memberi stempel dan label pada buku, membuat program harian, mingguan, bulanan dan tahunan. Anak-anak yang tadinya hanya bisa baca buku di tempat, mereka mulai diperbolehkan untuk pinjam buku untuk dibaca di rumah. Responnya sangat luar biasa. Anak-anak banyak yang meminjam buku, walaupun kadang buku-buku yang ada di Rumah Belajar Annur ada yang belum dikembalikan sampai sekarang.
Di pertengahan tahun 2019, Mba Raudloh juga membuat lomba. Kali ini lingkupnya lebih besar. Target peserta yang hanya 200, ternyata sampai 350 anak yang mengikuti lomba. Peserta mulai TK, SD dan SMP dari enam desa yang ada di Kecamatan Losari. Pada acara kali ini banyak teman-teman yang support, dari teman-teman yang ada di desa, kecamatan dan ada yang dari Bandung.
Di akhir 2019, Mba Raudloh mencoba kolaborasi dengan beberapa guru SD yang di rumahnya membuka tempat les. Mba Raudloh menitipkan beberapa buku bacaan dan setiap satu bulan satu kali bukunya diganti.
Tahun 2020 merupakan tahun yang sedikit sulit. Di awal tahun Mba Raudloh harus menutup Rumah Belajar Annur karena masa pandemi. Anak-anak banyak yang protes karena mereka bosan, selain sekolah yang diubah menjadi daring, anak-anak juga banyak yang dibatasi gerak mereka karena harus mengikuti himbauan pemerintah. Mba Raudloh mulai menyusun strategi untuk bisa bertahan di masa pandemi. Dia mengajak ibu-ibu sekitar Rumah Belajar Annur untuk membuat masker, dengan memanfaatkan beberapa mesin yang ada di Rumah Belajar Annur. Alhamdulillah ibu-ibu mendapatkan penghasilan tambahan dari orderan masker. Mba Raudloh juga mulai membuka Rumah Belajar Annur kembali tapi menghimbau kepada para pengunjung untuk mematuhi protokol kesehatan yang dianjurkan oleh pemerintah.
Pertengahan tahun 2020, tepatnya bulan Juni, Mba Raudloh dan pemuda-pemudi Kecamatan Losari berencana akan mengadakan Festival Literasi Losari. Karena masa pandemi belum juga usai, akhirnya rencana itu masih menggantung sampai sekarang. Hal itu sedikit membuat mental down karena kegiatan ini sudah direncanakan dengan matang dan belum terealisasi. Tapi dari kegiatan ini Mba Raudloh membentuk satu komunitas pecinta buku. Setiap Senin malam Selasa Mba Raudloh dan kawan-kawan mengadakan khataman buku, di mana satu orang akan menceritakan satu buku dan nanti akan diulas oleh teman-teman yang lain.
Kegiatan khataman buku masih berlangsung sampai sekarang. Selain itu Mba Raudloh juga menemukan potensi lain dari Losari. Banyak penulis-penulis Losari yang kurang di-publish sehingga masyarakat tidak tahu jika di Losari banyak penulis hebat yang sudah mempunyai banyak karya. Dari sini Mba Raudloh mengajak untuk mengadakan kegiatan bedah buku yang dia beri nama “Ndarus Buku”, dengan mengundang satu penulis asli Losari kemudian membedah bukunya dengan diselipi musik akustik dan beberapa penampil dari pemuda-pemudi Losari.
Di akhir tahun 2020 Mba Raudloh lebih banyak bergerak di dunia tulis menulis. Dia mulai belajar kepada beberapa penulis di Brebes, ikut berpartisipasi dalam membuat buku antologi, dan mengikuti program magang yang diadakan Kemdikbud. Semoga pandemi cepat usai dan perjalanan ke depan masih panjang. Begitu banyak liku-liku dalam pergerakan di dunia literasi. Semoga selalu istiqomah dan selalu diberi kesehatan.
BIODATA TOKOH DAN PENULIS
Nama : Raudlotul Jannah
Tempat tanggal lahir : Brebes, 10 Mei 1990
Domisili : Desa Limbangan Blok Madrasah RT 004 RW 004 Kecamatan Losari Kabupaten Brebes 52255
Pendidikan terakhir : Sarjana Pendidikan Matematika
Pengalaman : Mengajar di Kabupaten Sorong Selatan Papua Barat
Email : [email protected]
FB : Raudloh Nashir
IG : @raudlohnashir
WA : 081915007427
Literasi Tanpa Batas
Terimakasih kak atas komentarnya. Semoga literasi kita semakin maju. Salam!
Terimakasih kak atas komentarnya. Semoga literasi kita semakin maju. Salam literasi!
Terimakasih kak atas komentarnya. Semoga literasi kita semakin maju terus. Salam literasi!
Terimakasih kak atas komentarnya. Semoga literasi kita semakin maju terus. Salam!
Terimakasih kak atas komentarnya. Semoga literasi kita semakin maju terus. Salam literasi kita!
Terimakasih kak atas komentarnya. Semoga literasi kita semakin maju terus. Salam sukses!
semangat menginsiprasi Rumah belajar Annur
Kalau saya mau bilang.. Ini gila.. Gila banget. Mba yang satu ini potensinya sangat luar biasa. Saya pribadi sangat kagum salut dan takjub atas apa yang di lakukan. Saya mengatakan mba ini adalah pahlawan literasi dari losari. Apa yang bisa aku bantu untuk kemajuan literasi losari? Barangkali saya mampu.
keren dah