Bilik Pustaka

Sld Learning 4.0: Model Aplikasi Lapobra Berbasis Sign Language Detection Menggunakan CNN untuk Membangun Kedaulatan Literasi bagi Penyandang Disabilitas di Jawa Timur

Kesulitan Belajar Literasi Bagi Peserta Didik Penyandang Disabilitas di masa Pandemi Covid-19

Pendidikan merupakan salah satu hak yang dimiliki oleh penyandang disabilitas yang wajib dilindungi dan dilaksanakan oleh pemerintah. Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945 Nomor 20 Tahun 2003 bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan bertujuan untuk mengembangkan potensi mereka. Sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan.

Penyandang disabilitas adalah kelompok masyarakat yang memiliki keterbatasan fisik maupun jiwa yang dapat menghambat partisipasi dan peran serta mereka dalam kehidupan bermasyarakat atau dengan lingkungan sekitarnya seperti lingkungan pendidikannya. Menurut BPS (2019) jumlah penyandang disabilitas di provinsi Jawa Timur (tunanetra, tunarungu, tunawicara, dan tunarungu-wicara) mencapai 20.002 orang dari 38 kabupaten dan kota. Literasi merupakan pendidikan untuk meningkatkan dan menumbuhkembangkan kemampuan berbahasa seseorang (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis) agar dapat berkomunikasi dengan cara yang berbeda sesuai dengan tujuannya. Saat ini pendidikan literasi bagi Peserta Didik Penyandang Disabilitas (PDPD) umumnya masih menggunakan literasi braille yang memerlukan sentuhan tangan untuk mengenali pola dasar suatu tulisan dalam buku. Literasi braille ini dapat digunakan oleh kaum tunanetra maupun non tunanetra.

Untuk membangun, memperbaiki, dan meningkatkan beberapa fasilitas pendidikan dalam hal aksesibilitas khususnya pembelajaran literasi bagi kaum minoritas di Jawa Timur, Kantor Perpustakaan Umum dan Arsip Daerah Kota Malang membangun Layanan Pojok Braille (Lapobra) tahun 2015 di Kota Malang. Keberadaan Lapobra ternyata mampu meningkatkan minat literasi di kalangan PDPD. Hal ini didukung dengan jumlah pengunjung Lapobra sejak tahun 2018 dalam Setiawan et al., (2019) yaitu sebanyak 382 orang (tunanetra dan non tunanetra). Namun demikian, perpustakaan tersebut hanya dapat diakses oleh PDPD yang berada di Kota Malang saja. Sementara PDPD yang berada di luar kota Malang tidak dapat mengunjungi perpustakaan tersebut. Terlebih di masa pandemi Covid-19 ini, layanan tersebut harus ditutup sementara untuk menghindari penyebaran Covid-19. Dengan adanya pemberlakuan tersebut, PDPD tidak dapat mengunjungi Lapobra sehingga mereka mengalami kesulitan dalam mengembangkan kemampuan literasinya. Menurut Kemdikbud (2020) di masa pandemi Covid-19, PDPD yang mengalami kesulitan belajar yaitu sebesar 48% (41.426 peserta didik). PDPD yang mengalami kesulitan belajar umumnya dari penyandang tuna netra (9306 orang), tuna rungu (3433 orang), dan tuna wicara (3192). Kesulitan belajar yang dialami PDPD tersebut disebabkan oleh sejumlah faktor. Menurut Ahmadi dalam Idris (2009) faktor tersebut terbagi dalam dua golongan yaitu faktor internal yang meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologis, dan faktor eksternal yang meliputi faktor sosial (seperti gaya belajar) dan faktor non sosial (seperti alat-alat pembelajaran, kondisi tempat belajar, dan kurikulum).

Penutupan akses Lapobra dalam situasi pandemi Covid-19 ini telah mengubah sistem pembelajaran yang semula dilakukan secara tatap muka langsung, kini beralih dengan sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dengan bantuan teknologi, komunikasi dan informasi, dan media lainnya. Belum adanya media pendukung literasi berbasis daring membuat PDPD semakin mengalami kesulitan untuk mengembangkan kemampuan literasinya. Jika pengembangan teknologi tersebut belum diupayakan sejak dini, maka hal ini akan berdampak pada rendahnya minat literasi di kalangan PDPD yang berujung pada rendahnya pendidikan PDPD di Indonesia. Hal ini mengacu pada data Statistik Pendidikan 2018 dalam Jayani (2019) bahwa persentase penduduk usia 5 tahun ke atas penyandang disabilitas yang masih sekolah hanya 5,48% dan penyandang disabilitas yang belum atau

tidak pernah bersekolah sama sekali mencapai 23,91%. Sementara itu, persentase penyandang disabilitas yang tidak bersekolah mencapai 70,62%. Oleh karena itu, diperlukan inovasi media pembelajaran literasi sebagai pelengkap Lapobra yang dapat menjangkau seluruh PDPD di Jawa Timur, sehingga keberadaanya secara optimal mampu meningkatkan minat literasi mereka. Selian itu, keberadaan inovasi tersebut juga penting sebagai dukungan dan fasilitas dalam memenuhi pemerataan hak pendidikannya untuk mencapai taraf kompetensi yang produktif bagi PDPD di Jawa Timur. Dengan adanya upaya tersebut, diharapkan persentase kesulitan belajar literasi dapat ditekan dan diatasi. Upaya pemenuhan tersebut merupakan perwujudan dari pasal 24 B Undang-Undang No.8 Tahun 2016 tentang penyandang disabilitas bahwa penyandang disabilitas memiliki hak yang sama untuk berekspresi, berkomunikasi, dan memperoleh informasi melalui media yang mudah diakses.

SLD Learning 4.0

Bahasa isyarat (Sign Language) merupakan bahasa komunikasi manual yang menggunakan bahasa tubuh, tangan, dan gerak bibir, bukan suara lisan. Dari seluruh PDPD, kaum tunarungu dan tunarungu-wicara merupakan kelompok utama yang menggunakan bahasa ini. Sistem bahasa isyarat yang digunakan di Indonesia sama dengan bahasa isyarat yang digunakan di Amerika (American Sign Language) dan Brazil (Mardiyani et al., 2012).

SLD Learning 4.0 merupakan aplikasi media pembelajaran yang memiliki keunggulan mampu menerjemahkan bahasa isyarat ke dalam teks dan ucapan (audio) real time menggunakan metode Convolutional Neural Network (CNN). Media ini merupakan pelengkap fasilitas perpustakaan seperti di Lapobra maupun sekolah untuk meningkatkan minat literasi bagi PDPD dengan jangkauan yang lebih luas mencakup provinsi Jawa Timur dan seluruh Indonesia. Media ini juga merupakan inovasi terbarukan sebagai penyempurna media pembelajaran seperti aplikasi google meeting dan zoom meeting yang belum mampu mendukung sarana PJJ dalam menjembatani keterbatasan yang dimiliki oleh PDPD terutama bagi mereka yang menggunakan bahasa isyarat sebagai cara berkomunikasinya. SLD Learning 4.0 merupakan solusi yang tepat untuk mengatasi kesulitan belajar literasi yang dialami oleh PDPD terutama di masa pandemi Covid-19.

Pengembangan SLD Learning 4.0 yaitu dengan menggunakan Convolutional Neural Network (CNN). CNN merupakan pengembangan dari Multilayer Perceptron (MLP) yang didesain untuk mengolah data dua dimensi dan termasuk dalam jenis Deep Neural Network (Deep Learning) dengan hasil yang signifikan karena CNN memiliki kemampuan meniru sistem pengenalan citra pada visual cortex manusia dan memiliki akurasi jaringan yang tinggi, sehingga mampu mengolah informasi citra dengan baik. LeNet merupakan salah satu model CNN yang berhasil diterapkan oleh LeChun pada penelitiannya mengenai pengenalan angka dan tulisan tangan. CNN juga terbukti berhasil mengungguli metode Machine Learning lainnya seperti Support Vector Machine (SVM) pada kasus klasifikasi objek pada citra (Suartika et al., 2016). Saat ini Deep Learning telah menjadi salah satu topik terbarukan dalam dunia Machine Learning karena kapabilitasnya yang signifikan dalam memodelkan berbagai data kompleks seperti citra dan suara. Dengan kemampuan tersebut, CNN menjadi metode yang tepat untuk pengembangan SLD Learning 4.0.

Cara kerja model aplikasi SLD Learning 4.0 yaitu dengan mengenali penggunanya sebagai penyandang tunarungu, tunarungu-wicara, tunawicara, tunanetra, atau normal melalui scan kode jari tangan (Gambar 2 dan 4 terlampir). Setelah pengguna berhasil dikenali oleh aplikasi tersebut sebagai salah satu dari penyandang tersebut, maka SLD akan aktif dalam mendeteksi bahasa isyarat yang diperagakan oleh pengguna dalam meeting (Gambar 5 terlampir). Dengan bantuan algoritma dan CNN, sistem kerja SLD secara umum sebagai berikut: 1) Membaca bahasa isyarat individu melalui gesture; 2) Bahasa isyarat terdeteksi dan model CNN akan menyesuaikan dengan himpunan data tersebut; 3)

Menampilkan kata-kata di layar dalam bentuk teks; 4) Menghasilkan audio keluaran yang dapat didengar oleh lawan komunikasi. Adapun flow chart model aplikasi SLD Learning 4.0 ini mengacu pada penelitian Ojha et al., (2020) pada gambar 3.

Hasil penelitian Ojha et al., (2020) menunjukkan bahwa dengan metode tersebut, bahasa isyarat tubuh dapat diterjemahkan dengan tingkat akurasi mencapai 95%. Data ini menunjukkan bahwa model aplikasi berbasis CNN ini jika dikembangkan akan mampu memecahkan masalah kesulitan belajar yang dialami PDPD. Materi atau literasi (seperti puisi, cerita pendek, novel, dan lain-lain) yang disampaikan pengajar maupun PDPD yang menggunakan bahasa isyarat dalam menyampaikan literasinya dapat dengan mudah dipahami oleh seluruh PDPD. Selain itu, keluaran audio dari aplikasi SLD Learning 4.0 semakin memudahkan seluruh penyandang disabilitas lain untuk memahami apa yang disampaikan oleh mereka. Sehingga melalui aplikasi tersebut, pembelajaran literasi akan berlangsung dengan produktif dan kondusif. Keunggulan lain dari media tersebut yaitu orang tua sebagai pendamping PDPD tidak akan mengalami kesulitan dalam mengajari anaknya. Media berbasis aplikasi ini dapat mudah dipahami oleh siapapun yang ada di lingkungan sekitarnya sehingga jika ada kesulitan, pihak lain dapat membantunya. Terutama di era 4.0 ini dimana seluruh lapisan masyarakat baik di pedesaan maupun di perkotaan telah menggunakan smartphone sebagai media komunikasi, pembelajaran, dan lain-lain. Oleh karenanya, kehadiran SLD Learning 4.0 dapat mudah diterima oleh semua pihak dan dapat digunakan secara luas hingga ke seluruh Indonesia.

Inovasi media aplikasi SLD Learning 4.0 sangat layak dikembangkan di Indonesia. Hal ini didukung dengan Sumber Daya Manusia (SDM) di Indonesia yang terus meningkat yang ditunjukkan dengan adanya kemajuan teknologi dalam berbagai bidang seperti

Bukalapak (e-commerce), GeNose C-19 (Kesehatan), Gojek (Transportasi atau Perhubungan), Zenius (Pendidikan), dan lain-lain. Dengan adanya kemajuan SDM tersebut, pengembangan SLD Learning 4.0 dapat menjadi solusi yang tepat untuk mengatasi masalah kesulitan belajar literasi bagi PDPD di masa pandemi ini maupun di masa depan dan keberadaanya dapat meningkatkan minat literasi dan persentase pendidikan PDPD di Jawa Timur dan seluruh Indonesia.

SLD Learning 4.0: Solusi Perwujudan Pasal 24 B Undang-Undang No.8 Tahun 2016

Minat literasi PDPD di Kota Malang terus menunjukkan peningkatannya. Namun demikian, pandemi Covid-19 hari ini telah mengubah sistem pembelajaran yang semula tatap muka kini menjadi PJJ dengan bantuan teknologi. Lapobra merupakan salah satu ruang pembelajaran literasi bagi PDPD khususnya di wilayah Kota Malang. Untuk mengurangi penyebaran Covid-19, Lapobra ditutup untuk sementara waktu. Adanya pemberlakukan tersebut membuat PDPD mengalami kesulitan belajar literasi. Sementara media pembelajaran daring sebagai pendukung dalam menjembatani keterbatasan yang dimiliki PDPD terutama bagi mereka yang berkomunikasi dengan bahasa isyarat belum dikembangkan di Indonesia. Padahal, seperti peserta didik umum lainnya, PDPD pun memiliki hak yang sama dalam mengakses pembelajaran melalui media teknologi Jika hal ini terus dibiarkan maka akan menyebabkan rendahnya minat literasi di kalangan PDPD dan berdampak pada semakin meningkatnya persentase PDPD yang tidak menempuh pendidikan di Indonesia.

Pasal 24 B Undang-Undang No.8 Tahun 2016 bahwa penyandang disabilitas memiliki hak yang sama untuk berekspresi, berkomunikasi, dan memperoleh informasi melalui media yang mudah diakses. SLD Learning 4.0 merupakan pelengkap Lapobra sebagai perwujudan bagi PDPD untuk memperoleh haknya tersebut. Melalui aplikasi tersebut, PDPD dapat mengembangkan kemampuan literasinya tanpa harus mengunjungi Lapobra terutama dalam situasi pandemi Covid-19 saat ini.

SLD Learning 4.0 memiliki keunggulan utama yaitu mampu menerjemahkan bahasa isyarat ke dalam teks (tulisan) dan audio dengan akurasi yang tinggi melalui CNN. Selain itu, aplikasi tersebut memiliki jangkauan yang luas seperti aplikasi meeting pada umumnya, sehingga pemerataan hak PDPD dapat dirasakan tidak hanya di Jawa Timur, tetapi oleh PDPD di seluruh Indonesia. Dengan keunggulan tersebut, kesulitan belajar literasi di

kalangan PDPD dapat diatasi, sehingga peningkatan mutu pendidikan serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan tersebut dapat sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan global saat ini. Oleh karena itu, kedaulatan literasi dalam hal pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan dapat tercapai sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945 Nomor 20 Tahun 2003.

Daftar Pustaka:

  • BPS. (2019). Banyaknya Desa/Kelurahan Menurut Keberadaan Penyandang Cacat. Retrieved from Badan Pusat Statistik Jawa Timur: https://jatim.bps.go.id/statictable/2019/10/04/1557/baanyaknya-desa-kelurahan-menurut-keberadaan-penyandang-cacat-.html
  • Idris, R. (2019). Mengatasi Kesulitan Belajar dengan Psikologi Kognitif. Lentera Pendidikan, 12(2), 152-172. Retrieved from http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/lentera_pendidikan/article/viewFile/3798/3470
  • Jayani, H. D. (2019). Pada 2018, Hanya 5,48% Penyandang Disabilitas yang Masih Sekolah. Retrieved Januari 19, 2020, from Databoks: https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/08/29/pada-2018-hanya-548-penyandang-disabilitas-yang-masih-sekolah
  • Kemdikbud. (2020). OPTIMALISASI PEMBELAJARAN pada MASA PANDEMI COVID-19 bagi PESERTA. Retrieved from puslitjakdikbud: https://puslitjakdikbud.kemdikbud.go.id/
  • Mardiyani, A., Purnomo, H. M., & Purnama, E. K. (2012). Pengenalan Bahasa Isyarat Menggunakan Metode PCA dan Haar Like Feature. 1-7. doi:http://digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-21869-2207100529-Paper.pdf
  • Setkab. (2020). UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL. Retrieved from https://sipuu.setkab.go.id/PUUdoc/7308/UU0202003.htm
  • Setiawan, A., Sembiring, R. A., & Six Maria, W. (2019). Layanan Pojok Braile Dalam Meningkatkan Literasi Baca Bagi Disabilitas Netra Di Kota Malang. Jurnal Transformative, 5(1), 70–86. https://doi.org/10.21776/ub.transformative.2019.005.01.5
  • Eka Putra, W. S. (2016). Klasifikasi Citra Menggunakan Convolutional Neural Network (CNN) pada Caltech 101. Jurnal Teknik ITS, 5(1). https://doi.org/10.12962/j23373539.v5i1.15696

BIODATA PENULIS

Nama lengkap : Deva Dirgantina
TTL : Subang, 16 Maret 1997
Domisili : Jl. Yudhawinata Kp. Krajan Ds. Tanggulun Barat RT 02/RW 01 Kec. Kalijati Kab. Subang 41271
Pendidikan : Sedang menempuh S1 Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati
Status : Mahasiswa (Semester 3)

Pengalaman Organisasi :

  • Anggota Lingkar Studi Ilmiah Sains dan Teknologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung 2019-2020
  • Wakil Divisi Reasoning and Saintific Studies (Markas Belajar Indonesia) periode 2020-2021
  • Sekretaris II Bidang Penelitian dan Pengembangan Keilmuan (PPK) Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung periode 2020-2021
  •  Anggota Komunitas Inovator Muda dinaungi Pondok Inspirasi periode 2020-2021
  • Ketua Bidang Penelitian dan Pengembangan Lingkar Studi Ilmiah Sains dan Teknologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung 2021-2022

Prestasi :

  • Awardee Beasiswa MAI Foundation 2016
  • Juara 1 Lomba Puisi Bertema “Jemput Mimpimu Bersama Keajaiban Cinta” yang diselenggarakan oleh Venda Media 2016
  • Juara 1 Lomba Cerpen “Melodi akan Kenangan” yang diselenggarakan oleh WA Publisher 2016
  • Penerima Beasiswa MAI Foundation 2016
  • Penerima Beasiswa Bidikmisi 2019
  • Finalis Lomba Esai Pelangi Konservasi Universitas Negeri Semarang 2019
  • Juara III Lomba Esai Jurusan Biologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung 2020
  • Juara III Lomba Esai Balitjestro Kementerian Pertanian 2020
  • Juara II Lomba Poster LSIST UIN Sunan Gunung Djati Bandung 2020
  • Best Presentation Young Leader Energy Camp Universitas Gadjah Mada 2020
  • Delegasi Summer School Online Portugal 2020

Kontak :
Instagram : @deva.dirgantina
E-mail : [email protected]

 

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *